Ruangan dengan lampu remang-remang itu kini dipenuhi oleh beberapa bodyguard. Marcello dan juga Elios kini ikut berada di sana.
Keduanya memancarkan aura dingin namun tenang. Matanya menajam menatap para bodyguard yang menurut mereka tidak becus dalam bekerja.
Suasana di dalam ruangan itu sangat mencekam membuat beberapa pengawal yang berada di sana menundukkan pandangan dengan tubuh yang gemetar.
Marcello maju mendekati bodyguard yang sempat ia suruh untuk menjaga istrinya. Tanpa aba-aba ia memberikan bogeman mentah di rahang pria itu.
Marcello memberikan pukulan berkali-kali hingga wajah pria itu babak belur. Darah mengucur keluar dari mulut dan hidung pria itu.
“Brengsek, aku memerintahkanmu untuk menjaga istriku! Mengapa istriku bisa hilang, sialan!” Ucapnya dengan emosi yang memuncak.
Saat Marcello dan juga Elios tengah fokus pada pekerjaannya masing-masing. Salah satu bodyguard mereka memberi kabar bahwa pasangan mereka tidak juga kembali setelah izin untuk berjalan-jalan sebentar sore hari tadi.
Keduanya kalang kabut ketika mendengar perempuan yang mereka cintai hilang entah ke mana.
Elios sama emosinya dengan Marcello. Ia ingin sekali menghajar beberapa bawahannya yang tidak becus untuk menjaga gadisnya. Namun, Elios menahan itu. Ia tidak mau terbawa emosi sehingga tidak bisa berpikir jernih untuk menemukan gadisnya.
“Hentikan, Marcello. Kau bisa lanjutkan menghajar beberapa pengawal sesukamu nanti. Bahkan jika kau ingin membunuhnya, aku tidak akan masalah. Tapi sekarang, yang harus kita pentingkan adalah bagaimana caranya menemui mereka berdua. Kau harus bisa berpikir jernih. Jangan biarkan dirimu dikuasai oleh amarah.” Peringat Elios mampu menghentikan aksi Marcello.
Marcello melempar tubuh pria itu dengan mudahnya hingga terbentur dinding, membuat punggung pria itu retak.
“KELUAR KALIAN SEMUA!” Teriak Marcello membuat para bodyguard itu keluar dari dalam ruangan.
“Kita harus bagaimana sekarang? Benar 'kan firasatku, pasti hal tidak diinginkan seperti ini akan terjadi.”
“ARGHHH!!” Marcello membanting berkas-berkas yang ada di atas meja.
“Jangan merusak barangku!” Peringat Elios.
Marcello tak mempedulikan ucapan Elios. Ia berusaha mengatur dirinya yang tengah diselimuti emosi.
“Aku hampir lupa.” Ucap Elios membuat Marcello menoleh.
“What?”
“Aku memasang GPS di kalung liontin milik gadisku.” Elios memeriksa ponselnya yang terhubung langsung oleh kalung liontin yang ia berikan beberapa hari lalu pada gadisnya.
“Fuck! Kenapa kau baru bilang, idiot?” Kesalnya.
“Namanya juga baru ingat. Aku sama paniknya denganmu.”
“Kau tidak panik sama sekali! Dari tadi saja kau hanya diam. Atau kau tidak benar-benar mencintai gadis itu, huh?”
Elios mendekat pada Marcello dengan rahang mengeras. Tangannya mengepal kuat. Ia meninju rahang tegas pria itu dengan kuat.
“Jaga ucapanmu brengsek! Aku sangat mencintai gadisku! Aku berdiam diri sejak tadi karena aku memikirkan bagaimana caranya menemui mereka. Tidak sepertimu yang terlalu cepat emosi, bodoh.” Ucap Elios dengan tajam. Ia benci jika orang-orang mengatakan dirinya tidak mencintai gadisnya. Jelas-jelas dirinya sangat mencintai gadisnya. Bahkan, cintanya lebih besar daripada cinta Marcello pada istrinya. Menurut Elios.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BABY [END]
Teen Fiction[ SUDAH END DAN PART LENGKAP✅ ] [ 18+ ] "𝑮𝒂𝒅𝒊𝒔 𝒄𝒂𝒏𝒕𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒐𝒍𝒐𝒔 𝒊𝒕𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒌𝒖." -ᴇʟɪᴏs ʟᴀɴᴢᴏ sᴀʟᴠᴀᴛᴏʀᴇ- ⚠️ WARNING ⚠️ - Terdapat beberapa kata-kata kasar yang tidak di sensor. - Terdapat beberapa adegan keker...