019. Terluka

27K 794 0
                                    

Cahya berlari kecil mengejar kupu-kupu yang mulai menjauh darinya.

“Nona Cahya, tungguin Saya! Jangan lari-lari seperti itu.” Ujar Adwey mengejar Cahya dari belakang.

Kini, Adwey diutus langsung oleh Elios untuk menjaga Cahya ketika laki-laki itu sedang tidak ada.

Elios memang pagi-pagi tadi terburu-buru pergi karena memiliki masalah di perusahaannya. Jadilah dia tidak sempat pamit pada Cahya yang masih tertidur pulas.

“Nona Cahya, jangan lari-lari! Bagaimana kalau nanti Anda ja—tuh,”

Adwey menghela napas berat. Wajahnya mendadak cemas melihat atasannya yang terjatuh karena berlari terlalu kencang mengejar kupu-kupu.

Cahya meringis merasakan perih pada lututnya yang kini lecet dan mengeluarkan darah segar.

Adwey menghampiri Cahya dengan terburu-buru. Ia mendadak gelisah melihat luka yang didapat pada lutut Cahya. Ia takut Elios akan memarahinya karena tidak becus menjaga kekasih laki-laki itu.

“Nona, maafkan Saya karena tidak becus menjaga Anda. Mari Saya obati luka Anda.” Adwey membantu Cahya untuk berdiri. Ia memapah tubuh gadis itu.

Adwey membawa Cahya ke ruang tamu. Ia izin pamit kepada Cahya untuk mengambil obat-obatan yang berada di dapur.

Tak lama, Adwey kembali dengan kotak P3K di tangannya. Ia mengeluarkan betadine dan juga kapas untuk mengobati luka Cahya. Tak lupa untuk membersihkan luka itu terlebih dahulu dengan air bersih.

“Nona tahan, ya? Mungkin ini akan sedikit sakit.” Ucap Adwey mulai men'tap-tap kapas yang sudah diberi betadine pada luka Cahya.

Cahya terisak ketika merasakan perih pada lututnya yang terkena betadine.

Hiks, hiks, sakittt,” Ringisnya.

Adwey semakin panik mendengar tangisan Cahya yang semakin keras. “Iya, Nona tahan sebentar, ya? Sedikit lagi selesai.” Ucap Adwey.

Cahya meremas lengan wanita itu dengan kuat. “Hiks, Bibi udah...” Rengeknya.

Adwey mengangguk patuh. Ia membereskan obat-obatan itu kembali.

Cahya masih saja terisak sambil memandangi lututnya yang memerah.

“Bibi... Aya mau Kak Elios,” Ujar Cahya pada Adwey yang berada di sampingnya.

“Tuan Elios sedang sibuk, Nona. Mungkin akan lama untuk Tuan Elios kembali ke mansion.” Ujar Adwey.

Cahya semakin menangis mendengar penjelasan Adwey. Ia menginginkan Elios saat ini.

“Nggak mau tahu, pokoknya Aya mau Kak Elios!” Sentaknya. Ia membuang bantal di ujung sofa ke sembarang arah.

Adwey yang bingung pun hanya diam memandangi atasannya yang semakin keras menangis. Ia bingung harus bagaimana saat ini.

Setelah lama terdiam, Adwey menghampiri salah satu bodyguard yang berjaga di pintu utama.

“Cedrick, bisakah aku meminta bantuanmu? Dari tadi Nona menangis ingin meminta Tuan Elios untuk kembali ke mansion. Tadi Nona sempat terjatuh. Kakinya luka dan sekarang masih terus menangis. Aku bingung harus menenangkannya bagaimana. Bisakah kau telfon Tuan Graziano agar memberitahu Tuan Elios? Aku terlalu takut untuk melakukannya.” Jelas Adwey pada bodyguard yang bernama Cedrick.

Cedrick mengangguk, kemudian ia segera menghubungi Tuan-nya.

Cedrick menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celana panjangnya.
“Tuan Graziano akan memberitahukan hal ini kepada Tuan Elios.”

MY BABY [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang