28 | Fakta Yang Terkuak

101 11 0
                                    

"Telah terjadi sebuah kecelakaan yang cukup fatal beberapa saat yang lalu di jalan Sukamerang-Karesek, tidak jauh dari seberang Kantor Desa Karyamukti, Cibatu, Garut. Satu buah mobil Toyota Alphard berwarna putih dengan nomor polisi B 1717 HM yang di kendarai oleh seorang Dokter bernama Dhisa Adrishta, baru saja ditabrak oleh mobil lain dari arah belakang saat sedang menepi untuk beristirahat sejenak. Mobil berjenis Toyota Avanza dengan nomor polisi Z 5645 EQ menabrak mobil Toyota Alphard yang saat itu dalam kondisi sedang berhenti di pinggir jalan, teridentifikasi melaju dengan kecepatan yang tinggi, yakni seratus delapan puluh kilometer perjam. Pengemudi di dalam mobil itu bernama Tomi Hasfindra beserta Istrinya, Ilmi Rianti. Keadaan korban yang ada di dalam mobil Toyota Alphard saat ini dinyatakan selamat, meskipun keadaan korban cukup kritis akibat kepalanya yang mengalami pendarahan setelah terbentur pada kemudi. Diduga airbag pada mobil Toyota Alphard terlambat keluar ketika kecelakaan terjadi, sehingga kepala korban terbentur pada kemudi yang ada di hadapannya. Saat ini korban sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat setelah Polisi melakukan evakuasi bersama tim medis yang didatangkan oleh pihak kepolisian. Sementara keadaan dua orang yang berada di dalam Toyota Avanza, hanya mengalami cedera tidak serius. Menurut Polisi yang sedang mengamankan TKP, kedua orang yang ada di dalam mobil Toyota Avanza tersebut sudah ditetapkan sebagai tersangka, setelah kamera dashboard pada mobil milik korban membuktikan bahwa mobil milik Tomi Hasfindra tersebut memang sudah sejak awal mengikutinya ketika baru saja keluar dari lingkungan rumah mereka. Demikian berita terkini yang dapat kami sampaikan. Berita selanjutnya akan kami sampaikan kembali apabila sudah ada laporan perkembangan dari rumah sakit ataupun dari kepolisian setempat. Selamat pagi."


Semua orang yang sedang menatap berita di televisi saat itu jelas merasa kaget setengah mati. Abi sudah mengurus permintaan izin kepada Pak Camat sejak tadi dan Pak Camat jelas memberinya izin untuk pulang lebih awal bersama Yatna, setelah Salma menghubunginya. Salma sendiri kini sedang dalam perjalanan menjemput Abi dan Yatna dengan mobilnya. Marni ada di kursi samping Salma dan tengah menangis sejak tadi sambil menatap layar ponsel yang terus menampilkan berita soal kecelakaan yang terjadi pada Dhisa. Ketika Abi dan Yatna sudah masuk ke mobil itu, Salma pun langsung memacu laju mobilnya agar bisa segera tiba di rumah sakit yang menjadi tempat Dhisa menerima perawatan.

"Mereka berdua itu benar-benar sinting! Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka sampai tega dan sengaja menabrak mobil Dhisa yang sedang berhenti. Mereka kesurupan setan atau bagaimana sebenarnya?" geram Salma.

"Polisi sudah menetapkan mereka sebagai tersangka, Bu Salma. Katanya Polisi menemukan bukti kalau mereka memang sengaja mengikuti Dhisa sejak baru keluar dari lingkungan rumah," ujar Marni, sambil berusaha menyeka airmatanya.

"Sengaja mengikuti? Wah ... rasanya saya benar-benar tidak bisa berpikir jernih sekarang. Berani-beraninya mereka sengaja mengikuti Dhisa dan juga menabrak dari belakang saat mobil Dhisa sedang berhenti. Kurang ajar!" Salma tidak bisa menahan diri lagi.

"Sabar dulu, Bu Salma. Intinya saat ini mereka berdua sudah diamankan oleh pihak kepolisian sehingga tidak akan bisa lari ke mana pun," ujar Yatna, berusaha membuat suasana agar menjadi netral kembali.

"Pokoknya kita tidak bisa biarkan mereka lolos, Pak Yatna. Ini sudah sangat keterlaluan. Dhisa berusaha keras agar laki-laki itu tidak bisa memfitnah Abi lagi. Lalu setelah laki-laki itu tidak bisa lagi memfitnah Abi, dia justru semakin menggila dan langsung menyerang Dhisa. Kalau kita membiarkannya, maka anak-anak kita akan terus menjadi sasaran kegilaannya," ungkap Salma, akan perasaan resahnya.

Abi sejak tadi berusaha untuk berpikiran jernih. Padahal kenyataannya pria itu sama sekali tidak bisa memikirkan sesuatu secara jernih lagi, setelah melihat sendiri bagaimana saat kecelakaan itu terjadi dan setelah mengetahui bagaimana fakta yang ada di lapangan melalui berita. Perasaan Abi terasa sakit sekali, karena Dhisa harus menjadi korban hanya karena wanita itu terus mencoba untuk melindunginya dari Tomi dan Ilmi. Ia kemudian teringat bahwa tadi dirinya belum sempat membalas pesan dari Dhisa yang paling terakhir.

"Ya Allah ... pesan itu seakan memberiku tanda bahwa akan terjadi sesuatu padanya. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang?" batin Abi, benar-benar frustrasi.

Mobil yang Salma kemudikan kini melewati lokasi kejadian yang sudah diamankan oleh Polisi. Mobil milik Dhisa masih ada di sana, begitu pula dengan mobil milik Tomi.

"Ya Allah ... bagian belakang mobilnya Dhisa hancur, Pak," tangisan Marni pun semakin menjadi saat melihat langsung keadaan di lokasi.

"Astaghfirullah ... astaghfirullah ...." Yatna dan Abi sama-sama beristighfar saat melihat hal itu.

Ponsel milik Salma berbunyi. Wanita paruh baya itu pun segera mengangkatnya dan menekan tombol loudspeaker.

"Halo, assalamu'alaikum Astrid."

"Wa'alaikumsalam, Bibi Salma. Maafkan aku, Bi. Maafkan aku," mohon Astrid yang terdengar menangis di seberang sana.

"Maaf kenapa, Nak? Kenapa kamu malah meminta maaf?" tanya Salma, merasa heran.

"Aku yang mengarahkan Dhisa untuk menepi di Cibatu, Bibi. Dhisa meneleponku dan bilang katanya dia merasa sedang diikuti oleh mobil milik tetangganya. Aku bilang pada Dhisa, kalau sudah sampai di Cibatu, segeralah menepi dan biarkan mobil itu melewati mobil kamu. Aku sudah berkoordinasi dengan Bina yang sedang bertugas di lapangan agar menilang mobil itu jika kecepatannya terpantau tinggi. Aku enggak tahu kalau mobil itu justru akan menabrak mobil Dhisa yang sedang berhenti, Bibi. Maafkan aku, Bi. Maaf," Astrid benar-benar memohon pada Salma dengan penuh penyesalan.

Marni dan Yatna tampak mulai sulit untuk tenang saat mendengar hal itu. Abi terus memegangi dadanya yang berpacu begitu cepat saat tahu fakta sebenarnya.

"Oke ... tenangkan diri kamu dulu, Nak ... Astrid, tenang dulu. Kamu tidak dalam posisi yang salah saat ini, Sayang. Bukan niat kamu untuk membuat Dhisa celaka. Kamu sudah mengupayakan sesuatu untuk membantu Dhisa agar lolos dari kedua orang itu. Tapi memang pada dasarnya mereka sudah berniat jahat sejak awal. Mereka memang sedang mengincar Dhisa, Nak. Maka dari itulah sekarang sebaiknya kamu tenangkan diri kamu dan beri saja kabar mengenai kondisi Dhisa di rumah sakit," pinta Salma, berusaha mewaraskan pikirannya.

"Dhisa masih ada di UGD, Bibi. Kepala Dhisa terbentur sangat keras pada kemudi akibat airbag di mobilnya terlambat keluar. Kepala Dhisa mengeluarkan banyak darah saat dilarikan ke rumah sakit, Bi. Aku ada di sini sejak tadi dan bahkan sempat ikut di ambulans setelah Dhisa dikeluarkan dari mobilnya. Dhisa sudah tidak sadarkan diri saat berhasil dievakuasi, Bibi Salma."

"Oke, Astrid. Tetap berpikir positif, Sayang. Saat ini Dhisa butuh kamu di situ sebelum Bibi sampai di sana. Hanya kamu saat ini yang bisa memantaunya, jadi kamu harus menguatkan diri. Oke? Kamu paham, Sayang?" tuntun Salma.

Pesan dari Danar masuk ke ponsel milik Salma. Salma membuka pesan tersebut dan melihat beberapa buah foto yang Danar kirimkan.

"Danar kirim pesan pada saya, Pak Yatna. Dia menyertakan foto sebuah berkas dalam pesannya. Isi pesannya sendiri adalah, 'Bibi ini adalah hasil pencarian berkas yang Dhisa inginkan dari Apoteker di klinik bernama Felicia. Garis besarnya dari berkas itu, Ilmi adalah Putri kandung dari Mirza Alauddin, narapidana kasus suap yang dipenjara pada tahun dua ribu lima'," ujar Salma.

Salma pun langsung menepi secara mendadak, sementara Yatna kini tampak terbelalak usai mendengar fakta mengenai siapa Ilmi sebenarnya. Abi dan Marni jelas kaget akibat mobil yang berhenti mendadak tersebut. Namun Salma tidak bisa menenangkan mereka, karena dirinya sendiri pun sedang tidak bisa tenang.

"Itukah alasannya semalam Dhisa bertanya soal pekerjaanku yang dulu? Dia sudah tahu siapa Ilmi sebenarnya dan sedang mencari bukti untuk melindungi Abi serta keluarga kalian. Ya Allah, Dhisa! Anak itu benar-benar nekat sekali kalau sedang mencoba memberi orang lain perlindungan!" tubuh Salma pun mendadak lemas.

* * *

AKHIRNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang