Bab 8

268 6 0
                                    

Pertama, saya ucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca karya saya. Maaf kalau sejak awal belum menyapa kalian.

Selamat membaca. Sudah up bab 8🥰


Matahari mulai naik. Sinar hangatnya menyapa wajah Wulan dan Naila yang masih terduduk di tepi pantai. Karena dirasa sudah puas, Naila pun mengajak sahabatnya untuk pulang. Dia lapar, katanya. Mau tak mau Wulan menuruti, meski masih betah menikmati pantai dan mendengar debur ombak. Baginya, ada ketenangan sendiri ketika mengunjungi pantai.

Pantai adalah salah satu wisata yang disukai Wulan. Jika harus memilih pergi ke mall atau tempat wisata, Wulan akan langsung memilih tempat wisata. Itu pun harus tidak semua wisata dikunjingi. Perempuan itu lebih menyukai pantai dan pengunungan.

Di daerah Kebumen, ada banyak pantai. Yang tak ada adalah gunung. Karena kota kelahiran Wulan termasuk dataran rendah.

Namun, sayangnya keterbatasan kelihaian Wulan mengendarai sepeda motor yang membuatnya hanya bisa bermain ke pantai yang akses jalannya bisa dia lalui dengan mudah. Jika harus ke wisata yang jalannya sangat terjal, Wulan belum berani.

"Lan, kita beli kue serabi aja, yuk!" Naila berseru ketika mereka sudah dalam perjalanan.

Wulan mengiakan ajakan sahabatnya. Perempuan itu melajukan kendaraannya sedikit kencang agar cepat sampai di pasar. Yang pasti agar tak kehabisan. Itu pun juga harus antre untuk bisa menikmati kue itu.

Setelah lima menit perjalanan, mereka sampai di pasar. Wulan memarkirkan motor matic-nya di parkiran. Pandangan Wulan mengedar ke segala sudut pasar. Meski tempatnya tak terlalu luas seperti pasar lainnya, tapi pasar ini cukup ramai. Banyak pedagang yang menjajakan dagangannya.

Yang unik dari pasar ini adalah, tempat yang digunakan untuk berdagang masih menggunakan bambu.  Setiap penjual  sudah mempunyai tempat sendiri-sendiri.

Naila memesan lima setangkup serabi. Begitu juga dengan Wulan. Jika hanya membeli setangkup serabi, rasanya belum kenyang. Kue ini salah satu kue tradisional yang banyak diminati.

Kue serabi ini terbuat dari tepung beras dan parutan kelapa. Meski bahan dasarnya sederhana, cita rasanya tak dapat diragukan lagi. Ada beberapa macam rasa kue ini; cokelat, susu, gula jawa dan original. Yang original inilah yang menjadi favorit Wulan.

Pembeli kue serabi ini biasanya adalah orang-orang yang baru berangkat bekerja atau usai olahraga. Harganya pun murah. Setangkup serabi dihargai dengan Rp.1000,00 untuk yang original. Untuk penambahan rasa Rp.1500,00.

Setelah hampir sepuluh menit mengantre, Naila dan Wulan mendapatkan kue pesanan mereka. Wulan langsung mengajak Naila segera pulang karena hari mulai siang.

Sebelum Wulan melajukan motor matic-nya.    Perempuan itu menoleh ke belakang. Ternyata Naila tak langsung naik ke boncengan.

"Buruan, Nai!"

Naila tergagap. "Eh, iya, iya."

Ketika Wulan akan men-stater kendaraanya. Naila berujar, "Nai, nanti ke toko buku, yuk!"

Wulan menolak ajakan sahabatnya. Dia beralasan lelah, ingin istirahat saja.

Mendengar penolakan Wulan. Naila menghela napas panjang. Perempuan itu tak  menyerah. "Aku nanti traktir seblak, deh," sahutnya.

"Nggak, Nai. Aku mau di rumah aja."

"Plaese, Lan. Aku pengen keluar. Masa iya, aku ke sana sendiri."

Wulan mendengkus pelan. Jika sudah mendengar rengekan sahabatnya, Wulan tak tega. Akhirnya dia mengiakan ajakan sahabatnya. Sontak saja Naila kegirangan

JODOH UNTUK PAK DOSEN  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang