Hai, lama Gavin dan Wulan tak muncul. Ada yang rindu? Saya kasih cuplikan saja, ya.
Gavin melajukan kendaraannya dengan kecepatan lumayan tinggi. Tepat ketika berhenti karena ada lampu merah, ponselnya berdering.
"Ya, saya lagi di perjalanan. Tunggu di situ. Saya akan segera sampai."
Gavin menyimpan ponselnya setelah panggilan berakhir.
Setelah hampir sepuluh menit, Gavin sampai di bangunan rumah sederhana. Lelaki itu turun setelah mematikan mesin mobil. Gavin berjalan sedikit cepat menuju rumah itu.
Gavin mengetuk pintu sembari mengucapkan salam. Tak lama, muncul perempuan dengan senyum semringah.
"Wa'alaikumussalam. Ah, Mas! Akhirnya kamu datang juga. Ayo, masuk!" Perempuan itu membuka pintu lebar agar Gavin segera masuk.
"Mamah kamu di mana, Nesya? Ayo, saya antar ke rumah sakit, katanya sakit."
"Iya, Mas. Demamnya belum turun dari kemarin." Nesya berjalan menuju kamar. Gavin mengikuti di belakangnya.
"Mah ...." Nesya memegang lengan wanita paruh baya yang terbaring di ranjang. Wajahnya pucat.
Wanita paruh baya itu membuka matanya perlahan.
"Ayo kita ke rumah sakit. Kita ke dokter, ya, Mah. Biar Mamah cepet sembuh," ucap Nesya pelan. "Diantar Mas Gavin. Mau, ya, Mah?"
"Gavin ...?" gumam wanita itu, lalu berpaling menatap Gavin yang masih berdiri di dekat ranjang. Gavin tersenyum, lalu mencium tangan wanita paruh baya itu.
"Iya, Mah. Mau, ya?" Nesya memegang tangan Santi—mamahnya.
"Nggak usah. Mamah nggak papa, kok. Hanya sakit ringan. Nanti juga sembuh."
"Tante, kita ke rumah sakit, ya. Biar Tante cepet sembuh." Kali ini Gavin bersuara. Melihat Santi yang terkulai lemas di ranjang, membuat hati lelaki itu prihatin.
"Nggak usah, Vin. Tante nggak papa, kok.
***
Gavin duduk sembari memejamkan mata. Nesya yang duduk di sisi kiri Gavin, tampak cemas. Mereka sedang menunggu Santi yang sedang diperiksa di ruang IGD. Sesekali Nesya melirik Gavin yang sejak tadi terdiam selama hampir lima menit.
Nesya bersyukur, Santi mau dibawa ke rumah setelah dibujuk beberapa kali oleh Gavin. Diam-diam perempuan itu tersenyum ke arah lelaki itu tanpa sepengetahuan Gavin.
"Mas Gavin ...."
Gavin berpaling, menatap ke arah Nesya.
"Makasih karena sudah membujuk Mamah dan mengantar ke rumah sakit. Kalau nggak ada Mas Gavin, mungkin Mamah masih betah di kamar."
----
Maaf, hanya cuplikan. Saya hanya menghargai dan menghormati mereka yang sudah membuka gembok di aplikasi sebelah. 🙏😘
![](https://img.wattpad.com/cover/320067078-288-k154278.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH UNTUK PAK DOSEN
Romance"Vin, kamu harus segera menikah!" Dimas memandang putranya yang baru saja menghabiskan nasi di piring. Kenapa cepat sekali Dimas menyuruh Gavin untuk menikah? Baru satu bulan yang lalu, kejadian menyedihkan nyaris membuat Gavin putus asa karena keke...