Hanya cuplikan, ya, Guys.😊
-----
Gavin pamit sebentar ke kamar. Lelaki itu ingin membalas pesan dari nomor yang tadi menelfonnya berkali-kali.Gavin duduk di tepi ranjang. Menatap layar ponsel dan membaca pesan dari nomor itu. Gavin tahu siapa pengirim pesan itu.
Gavin langsung membalas.
[Ada apa?]
Tidak menunggu lama, pesan Gavin sudah bercentang biru.
[Aku pengen ketemu, Mas. Bisa?]
[Maaf, saya tidak bisa.]
Gavin mencoba menghindar dari perempuan itu. Dia sudah bertekad untuk tak mau berurusan lahi dengannya.
[Mas. Please aku ngomong penting. Aku mau nyelesain semuanya. Kalau belum bilang yang sebenarnya aku belum lega.]
Gavin tak langsung membalas pesan dari perempuan itu. Dia termenung.
[Oke. Saya bisa. Tapi, tidak lama-lama. Saya masih banyak urusan.]
Gavin akhirnya menyetujui permintaan perempuan itu. Bagaimana pun juga, Gavin harus menyelesaikan masalahnya dengan Nesya. Agar tak dibayangi kenapa Nesya pergi tanpa alasan.
[Di cafe dulu tempat langganan kita, ya, Mas.]
Gavin menyambar jaket di belakang pintu. Mengambil dompet yang berada di meja, lalu elaki itu melangkah keluar.
"Wulan, aku pergi dulu. Ada urusan sebentar," ucap Gavin ketika sudah berada di ruang tamu.
Wulan beranjak medekati. "Urusan apa, Mas?" tanyanya penasaran. Apa ada hubungannya dengan nomor tadi? Wulan menatap suaminya lekat.
"Urusan dengan teman. Hanya sebentar." Gavin mencoba tersenyum. "Kamu mau titip dibelikan sesuatu?" tanyanya. Di berusaha untuk menghalau rasa penasaran istrinya dengan menawarkan makanan.
Wulan menggeleng, lalu meraih tangan Gavin dan menciumnya. "Nggak usah, Mas. Mas Gavin hati-hati aja."
Gavin tersenyum, lalu melangkah keluar.
Wulan masih menatap kepergian Gavin yang hilang di balik pintu, lalu deru mesin mobilnya yang perlahan menghilang.
Wulan kembali ke sofa. Dia mengembuskan napas panjang. Wulan berusaha melenyapkan pikiran negatif yang bersarang di kepala sejak tadi.
-----
Mungkinkah yang mengajak bertemu Gavin itu Nesya, perempuan masa lalunya?

KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH UNTUK PAK DOSEN
Roman d'amour"Vin, kamu harus segera menikah!" Dimas memandang putranya yang baru saja menghabiskan nasi di piring. Kenapa cepat sekali Dimas menyuruh Gavin untuk menikah? Baru satu bulan yang lalu, kejadian menyedihkan nyaris membuat Gavin putus asa karena keke...