FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!
KLIK VOTE, KOMENTAR DI SETIAP PART YANG KAMU SUKA, DAN SHARE KE SEMUA AKUN SOSIAL MEDIA KAMU BIAR TEMEN-TEMEN KAMU JUGA KENAL SAMA RANIA❤️
TERIMAKASIH BANYAK 🍓🍓
|TANDAI TYPO!|
"Bangun Rania!" Ita yang sudah berada di samping ranjang king size milik Rania, berdiri dengan membusungkan dada dan tangan yang di lipat rapi di depannya
Rania masih menikmati tidurnya tanpa tergugah sedikitpun dengan suara Ita di sebelahnya. Tidur dengan lelapnya wajahnya tenang seolah tidak tau jika bahaya sudah menunggu di hadapannya.
Karena Rania tak kunjung membuka mata, Ita menjadi geram. Matanya berkeliling mencari benda apapun itu yang bisa ia lempar ke arah Rania
Matanya tertuju pada segelas air di dekat lampu tidur di nakas sebelah ranjang Rania. Tidak- bukan gelas yang di ambil. Ita meraih lampu tidur itu mengangkatnya dan melemparkan begitu saja ke arah Rania.
Rania langsung terbangun karena kepala lampu yang keras menimpa wajahnya. Beruntung lampunya tidak jatuh dan pecah. Rania langsung mengubah posisinya menjadi duduk begitu melihat neneknya yang sudah sigap dengan ancang-ancang.
Kepalanya berdenyut karena sakit tertimpa lampu tidur yang ukurannya lumayan besar dan bingung dengan keadaannya yang bisa terbangun di atas tempat tidur seperti ini. Bukankah semalam ia masih sempat menerima 'hadiah' dari neneknya
"Dasar pemalas! Haruskah setiap hari kau dibangunkan seperti ini agarbangun pagi?" Sarkas Ita berkacak pinggang membentak Rania
"Maaf nek" Rania menundukkan kepalanya yang masih berdenyut. Ia benar benar tidak mengingat apapun semalam
"Buatkan aku sarapan!" Seruhnya
"Ta.. tapi.. bibi Fu.." Rania bingung harus menjawab seperti apa karena ia tak pernah menyentuh dapur untuk memasak, semua disiapkan oleh bibi Fu selama ini
"Kau mau membantah orang tua?! Buatkan cepat! Sarapan dan juga teh hangat!" Tanpa mau mendengar apapun lagi Ita keluar dari kamar Rania
Rania masih bingung harus bagaimana namun menolak perintah nenek iblis itu sama saja mendaftarkan diri menuju gerbang kematian.
Rania segera turun dari tempat tidurnya. Kepalanya masih terasa berdenyut. Ia heran dengan wanita tua itu padahal lampu tidurnya terbilang cukup berat meski ukurannya tidak terlalu besar. Bagaimana tangan rentanya itu masih sekuat ini pantas saja pipi Rania sampai merah jika tertampar.
Rania turun menuju dapur ia melihat bibi Fu sudah berdiri ketakutan sambil menoleh sedikit pada Rania untuk mengisyaratkan jika bibi Fu harus diam tidak boleh membantu Rania memasak. Rania faham situasinya jadi ia tak menyalahkan bibi Fu sama sekali di kasus ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI
Teen FictionGemini, sosok manipulatif yang tak terduga. Rania, seorang gadis kaya yang kesepian dan terjebak dalam trauma penyiksaan, berjuang menemukan tempatnya di dunia. Dalam cinta tak terbalas dengan Kevin yang dingin dan dalam pelukan Deandra yang tulus...