GEMINI|| 51

182 55 1
                                    

Rania meletakkan tas punggungnya di kursi belajar lalu mengeluarkan buku bukunya untuk di letakkan di meja belajar. Buku catatan pribadinya yang berisi banyak rumus dan catatan petuah juga ia keluarkan

Tes

Netra Rania beralih pada tetesan di bawahnya. Tetesan itu berasal dari buku catatan yang kini ada di tangannya

"AAAAAAAAA"

Barusaja Rania bisa mengatur napas setelah sesak melanda kini ia kembali dikagetkan dengan surat ancaman itu lagi.

Ini sudah kedua kalinya.

Tapi yang kali ini lebih keterlaluan. Ini benar benar sudah kelewatan. Siapa sebenarnya yang melakukan ini pada Rania.

Deru napas Rania tak beraturan ia sampai gemetar begitu melihat tetesan darah dari buku catatannya. Dan setelah di lihat dalam tas rupanya ada bangkai burung dengan darah yang sangat banyak.

Rania mual

Bagaimana tidak, burung itu memiliki kepala yang hampir putus dan semua isi perutnya berceceran keluar. Hanya psikopat gila yang menggunakan cara ini untuk ancaman.

Baunya begitu busuk

Ada kertas yang membungkus burung itu. Sama seperti sebelumnya dikertas itu bertuliskan 'MATI'

Rania tak sanggup dengan baunya ia memanggil bibi Fu untuk membuang tas itu dan membakarnya.

Rania pergi membersihkan dirinya menggosok tangannya sampai benar benar bersih. Ia tak yakin itu hanya darah burung yang sudah dimutilasi mengingat darahnya begitu banyak dan kental serta berbau busuk menyengat.

Ia tak berani keluar kamar.

Dirinya merasa terancam setelah mendapat dua surat ancaman berdarah.

"Ino?"

Tiba-tiba saja Rania mengingat kejadian di rumah sakit tadi, dimana Ino meminta tasnya untuk ia simpan.

"Enggak pasti bukan Ino kan?"

"Mana mungkin Ino Setega itu"

"T-tapi?"

"Berarti yang sebelumnya bukan Kevin?"

--

Hari ini Rania ke sekolah dengan paman Jo. Ia masih trauma dengan kejadian kemarin. Takut jika akan ada orang iseng lagi yang menerornya.

Tapi apa motifnya?

Rania tak punya musuh sejauh ini.

Hari ini Rania berbeda. Semua teman sekelasnya bisa melihat perubahan Rania. Dia tampak lebih diam dan tenang.

Tidak. Bukan tenang, lebih tepatnya kosong.

Mereka- teman sekelas Rania berpikir jika itu karena deandra yang tidak masuk sekolah. Meski mereka tak tahu apa penyebab Deandra sampai tidak masuk namun alasan Rania sangat murung pasti karena tak ada Dean.

Mereka tidak salah sepenuhnya.

"Jadi Dean kemana?" Tanya Felicia berbisik di telinga Rania melihat keadaan sahabatnya yang tidak seceria biasanya Felicia berpikir pasti sesuatu telah terjadi pada Deandra

Rania menelan salivanya"kecelakaan"

Felicia mengulum bibirnya ke dalam

"Parah banget ya?"

Rania menoleh menatap Felicia dengan sendu

"Dia berantem mukanya babak belur"

"Dan itu semua gara gara gue dia mau lindungin gue dari orang yang mau ngebahayain gue" pelupuk mata Rania samar samar mulai membendung air mata

GEMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang