Rania POV
Yang buat aku bingung dari sikap Kevin adalah, dia terlihat seperti sebuah kaca besar yang di tempatkan di tengah lapangan. Ketika aku berada di sisi selatan aku dapat melihat sinar mentari yang terbit dari lautan biru yang amat luas. Namun, ketika aku berdiri di sisi utara yang aku lihat adalah hutan belantara yang gelap dan menyeramkan dengan pepohonan rimbun menjulang tinggi.
Kadang dia membuatku takut, namun di detik berikutnya aku masih merasa nyaman berdiri di belakangnya.
Hati kecilku menolak semua fakta yang terlalu sering aku terima mengenai Kevin yang selalu bersikap acuh tak acuh padaku.
Aku bahkan masih merasakan rasa hangat dekapan Kevin hari itu dia juga mengecup keningku. Pipiku memanas mungkin sudah berwarna merah sekarang. Aku butuh cermin! Seseorang tolong bawakan aku cermin.
Ini gila! Aku hanya memikirkan kejadian hari itu sudah membuat jantungku berdebar kencang sampai tersipu seperti ini. Ya aku tau aku memiliki Deandra yang mungkin sekarang sedang merindukanku di atas ranjang rumah sakit.
Tapi satu dari sekian juta kepingan hatiku yang telah memilih Deandra masih tersisa suara untuk Kevin. Satu suara itu berteriak paling kencang memekakkan jutaan kepingan hatiku yang lain.
Aku mencintai Deandra. Tapi aku juga masih menginginkan Kevin.
Oh ayolah bolehkah aku memilih keduanya saja?
Tapi lihatlah Kevin hari ini!
Kepingan hatiku memberontak melawan satu keping yang masih menyuarakan Kevin di dalam sana. Mereka membandingkan Deandra dengan Kevin.
Itu tak adil!
Aku tau Kevin dan Deandra memang sangat berbeda. Ya, bahkan aku sendiri sudah pernah membentak Kevin dengan berkata bahwa Deandra jauh lebih baik. Namun setelah kupikir lagi, bukankah setiap orang memang diciptakan berbeda?
Jangan pernah membandingkan dirimu dengan orang lain, pun sebaliknya. Sejatinya ada banyak cara untuk menghasilkan angka 2 entah dengan penjumlahan atau pengurangan.
Apakah Kevin benar benar lupa hari itu? Bukankah itu baru berlalu tiga hari yang lalu?
Dia amat tenang. Mencatat materi yang di berikan guru di kelas belajar kamu hari ini.
Kevin... itu baru tiga hari apa benar benar lupa?
Aku melihat wajahnya yang tenang tanpa guratan emosi apapun. Apakah menulis bagi Kevin adalah hal yang menyenangkan? Apakah dia tidak menyadari jika aku sedang menatap ke arahnya?
Oh ayolah aku duduk tepat di sebelahnya harusnya dia sadar jika aku sedari tadi menoleh pandang padanya tapi dia tetap dengan coretan di buku miliknya.
Satu sel di otakku memutarkan ingatan ketika Felicia mengatakan jika Kevin memiliki kepribadian ganda. Ya, itu sudah lama namun entah kenapa aku selalu mengingat kata kata itu. Seolah itu adalah benar karena aku sudah melihatnya meski otak dan hatiku menyangkal kebenarannya.
Kevin tampan. Hanya menulis seperti itu aku sudah dapat melihat wajah pangeran dalam dirinya
"Rania"
Oh tidak! Itu suara Miss Julia kurasa aku tertangkap basah membolos kelas karna telah mengamati Kevin sedari awal.
"Sudah selesai mencatat?"
Dia bertanya lagi dan kali ini dia mendekat ke arah bangkuku.
Aku sedikit gugup hanya untuk menjawab jika aku sudah menyelesaikan catatan ku. Yahh meski tak selengkap milik Kevin atau serapi milik Jian
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI
Teen FictionGemini, sosok manipulatif yang tak terduga. Rania, seorang gadis kaya yang kesepian dan terjebak dalam trauma penyiksaan, berjuang menemukan tempatnya di dunia. Dalam cinta tak terbalas dengan Kevin yang dingin dan dalam pelukan Deandra yang tulus...