Tubuh kurus Rania yang terbaring membelakangi pintu dengan pandangan lurus ke arah jendela terlihat begitu lemah. Ia menatap tirai jendela yang terkena cahaya matahari dari luar. Netranya menatap langit yang berwarna biru cerah dengan awan putih sebagai hiasannya. Terekam kembali bagaimana Jian menusukkan benda tajam itu ke wajahnya, berada dalam ruangan lembab nan gelap tanpa cahaya yang bisa masuk menembus celah. Ketakutan selama dua hari dalam kesendirian dan kelaparan. Air mata Rania menetes tanpa sadar, padahal dokter sudah menyuruh orang orang yang menjenguk untuk tidak menanyakan apapun pada Rania demi kesehatan mentalnya. Namun malah otak Rania sendiri yang terus menerus mengingat semua yang telah dilaluinya. Bagaimana ia merintih sendirian meminta pertolongan dengan sisa tenaganya.
Cklek
Pintu terbuka oleh Kevin yang masuk membawa bingkisan ditangannya. Rania segera merubah arah pandangnya membuat Kevin menyadari jika ada sisa air mata yang menghalangi pipi Rania.
"Gue bawain bunga" ucap Kevin mengacungkan sebuket bunga ditangannya
Rania tersenyum geli seolah sudah lupa bahwa sedetik yang lalu ia sedang menangis takut.
"Gue gak tau lo suka bunga apa jadi gue pilih semua bunga yang warnanya pink"
Kevin meletakkan buket itu di nakas sebelah Rania berbaring. Sementara Rania masih terkekeh geli melihat Kevin
"Sejak kapan Kevin jadi romantis" ledek Rania
Kevin menoleh gagu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Apakah sebuket bunga terlalu berlebihan? Kemudian mendekat, duduk di kursi dengan sandaran itu
"Jangan nangis lagi ya, gue sakit banget liat lo nangis" ungka kevin
Rania mengangkat kedua alisnya "padahal dulu yang Kevin yang selalu bikin Rania nangis"
"Maaf" suara tulus Kevin
Rania melipat kedua tangan di dada "dimaafin kalo ada es krim" katanya mengerucutkan bibir
"Bawa, nih" Kevin mengacungkan kantong kresek yang tadi juga dia bawa
"Ada strawberry juga" imbuh Kevin
Mata Rania langsung berbinar dan meminta kedua benda itu dengan tangannya "mawuuu"
Seulas senyum tercetak di wajah Kevin melihat Rania yang sekarang berada di hadapannya ia merasakan bahwa Rania yang menggemaskan telah kembali. Es krim dan sekotak strawberry sudah berpindah tangan ke Rania. Dia memakan es dan buah itu bergantian dengan lahap sampai pipinya mengembang membuat Kevin gemas ingin mencubitnya.
"Lo boleh cerita sekarang kalo lo mau" kata Kevin
"Gue tau pasti berat simpen semuanya sendiri"
Rania menghentikan suapannya mendengar kalimat kedua dari Kevin. Bayangan kelam dua hari lalu kembali melintas di pikirannya.
"Lo gak akan percaya kalo gue kasih tahu siapa pelakunya" suara Rania berubah melas
"Jian"
Rania menatap Kevin tak berkedip begitu mendengar Kevin menyebutkan nama Jian. Pandangannya seolah bertanya bagaimana Kevin bisa tahu tentang Jian?
"Gue buntuti dia ke tempat lo di sekap" Kevin berbicara dengan hati hati
"Mungkin sekarang dia lagi kesana dan marah karna tau lo hilang" lanjutnya
Wajah Rania kembali muram "gue takut Vin"
Kemudian Kevin mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah buku rapor dengan sampul biru Dongker itu milik Rania Kevin menyerahkannya sambil berkata "lo pringkat dua"
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI
Teen FictionGemini, sosok manipulatif yang tak terduga. Rania, seorang gadis kaya yang kesepian dan terjebak dalam trauma penyiksaan, berjuang menemukan tempatnya di dunia. Dalam cinta tak terbalas dengan Kevin yang dingin dan dalam pelukan Deandra yang tulus...