Rania membeku ditempat. Ia kaget bukan main melihat seorang dihadapannya. Seorang yang membuka penutup mata yang mengikat di kepalanya sejak pagi tadi. Dia menyeringai ke arah Rania memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi
"Jian.."
Yang disebutkan namanya mengangkat kedua alis sambil sedikit mengangguk memberi penghormatan.
Rania kehabisan kata menghadapi situasinya saat ini bahkan untuk meneguk ludah kerongkongannya terasa begitu kering
Jian, yang digadang gadang merupakan siswa pendiam di kelas berada di hadapannya saat ini?
Ada sebuah bangku kosong dihadapan Rania, itu digunakan jianuntuk duduk setelah melempar tatapannya pada Rania
"Gimana? Kaget ya?" Katanya seraya duduk
Jian menarik napas lelu menghembuskan ya ke udara "kalian semua terlalu bodoh!"
Rania masih buntu untuk bersuara matanya mengamati penampilan Jian yang sangat berbeda dengan yang selalu ia lihat di sekolah. Rambut yang biasanya Rania lihat terkepang rapi sekarang terurai lurus dan kacamata tebal uag selalu menjadi ciri khas Jian tidak lagi menyangga di pangkal hidungnya. Tampilan Jian benar-benar berubah total bahkan Rania serasa tidak melihat sosok Jian yang sekarang berada di hadapannya
"Selamat atas pringkat DUA nya, Rania!" Kata Jian penuh penekanan di setiap katanya
Rania mengernyit bukankah hari ini belum pembagian raport? Apa yang Jian maksud adalah pringkat kemarin?
"Gue benci sama lo!" Sorot kebencian yang begitu kentara dari mata Jian
"Kenapa lo selalu rebut semua yang gue pengen?!" Nada suaranya rendah terdengar begitu menyeramkan
Tangan Rania gemetar begitu juga kakinya entah kenapa dadanya begitu sesak mendengar suara Jian yang terdengar begitu mengancam. Namun ia belum juga mengerti dengan maksud Jian terhadapnya. Kenapa dia begitu lemah kali ini
"JAWAB RAN! JAWAB!! KENAPA LO AMBIL SEMUA MILIK GUE! SEMUA YANG GUE PENGEN SELALU LO REBUT!" Jian menjerit meracau dihadapan wajah Rania tubuhnya dicondongkan agar sedikit lebih dekat dengan Rania.
"Jian.. Jian gue gak ngerti apa maksud lo" suara Rania melemah
Melihat Rania yang seperti itu membuat Jian semakin geram ia lantas berdiri kemudian menarik rahang Rania dengan satu tangannya
Masih diperhatikan setiap inci wajah Rania dengan kedua iris berwarna coklat kelam itu. Di putar sedikit ke kanan lalu ke kiri tatapan melas dan ketakutan beradu dengan sorot mata penuh dendam
"Apa karna lo cantik jadi lo dapet semuanya?" Suara yang lembut itu membuat Rania lebih ketakutan daripada bentakan tadi
Karena dibalik suara lembut tadi ada keinginan tersembunyi yang Jian cari pada sosok Rania
Jian membuang wajah Rania begitu saja. Rania merasakan de Javu dengan kejadian ini, ia ingat bagaimana diperlakukan seperti ini juga oleh neneknya. Rania bisa melihat Jian mengeluarkan sesuatu dari balik sakunya
Benda panjang itu, didorong sedikit kedepan sampai mengeluarkan benda yang lebih kecil dengan ujungnya yang runcing dan salah satu bagiannya yang tajam
"Lo tau prinsip kerja benda tajam?"
Rania membulatkan matanya melihat pisau itu Jian arahkan semakin dekat dengan wajahnya
"Gak tau? Gimana kalo kita uji bareng?"
Tanpa ragu Jian membawa ujung runcing itu menusuk pipi Rania
Rania merintih kesakitan "Jian maafin gue tolong jangan lakuin itu" suaranya gemetar karena menahan rasa sakit akibat goresan di wajahnya
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI
Teen FictionGemini, sosok manipulatif yang tak terduga. Rania, seorang gadis kaya yang kesepian dan terjebak dalam trauma penyiksaan, berjuang menemukan tempatnya di dunia. Dalam cinta tak terbalas dengan Kevin yang dingin dan dalam pelukan Deandra yang tulus...