Dokter Jayantra memberitahu pada kedua orang tua Rania jika Rania sudah dirawat dirumah sakit. Langsung mereka terbit menemui Rania. Namun keberadaan Rania masih belum diijinkan untuk diketahui banyak orang. Kevin yang meminta. baru setelah Kevin menuntaskan semuanya maka Rania boleh dikunjungi dan Jian baru akan Kevin serahkan pada polisi sesuai permintaan Ricardo.
Meski Kevin belum memberi tahu siapapun tentang Jian namun Ricardo sudah benar-benar bertekad untuk menjebloskan ke penjara. Kevin harus menuntaskan rasa sakit Rania terlebih dulu sebelum menyerahkannya ke polisi. Ia harus melihat Jian kesakitan dulu dengan tangannya sendiri ia harus melihat langsung dengan matanya sendiri.
"Rania.." Doniya berlari berhamburan tatkala membuka pintu dan mendapati Rania yang terbaring lemah di brankar, langsung didekapnya Rania dalam pelukannya
Sementara Ricardo melihat miris pada anak sematawayangnya yang kondisi wajahnya begitu parah. Tangannya terkepal kuat membayangkan siapa yang telah melakukan ini pada anak gadisnya yang bahkan belum pernah ia cubit sedikit saja.
"Bunda.." Rania langsung menangis dalam dekapan Doniya mereka saling beradu air mata
"Maafin bunda nak.. bunda gak bisa jaga Rania selama ini" racau Doniya
Ricardo mendekat kesebelas rania kemudian sedikit membungkukkan badannya untuk mengecup kening Rania
"Setelah sembuh papa akan bawa kamu ke Swiss, lebih baik kamu tinggal disana bersama kami demi keselamatanmu" kata Ricardo
Rania mendongak menatap Ricardo ia ingin menolak namun perkataan Ricardo tidak sepenuhnya salah. Berada jauh dengan orang tua memang membahayakan dirinya apalagi ada banyak orang yang ingin Rania celaka.
"Bilang ke papa siapa yang buat kamu begini" geram Ricardo
Namun Rania tidak bisa menjawab hanya membayangkan wajah Jian saja sudah membuatnya takut. Jian lebih kejam dari apapun. Tak pernah Rania bayangkan karena selama ini tertutupi oleh wajah polos dan lugunya.
"Jangan paksa Rania buat mengingat dulu" dokter Jayantra masuk mendekat menuju keluarga yang saling bersedih
"Memori kesedihannya akan membuat Rania lebih susah pulih. Biarkan dia memikirkan hal hal baik dulu" lanjut dokter Jayantra
"Aku akan membawa Rania bersamaku ke Swiss aku tidak ingin melihatnya terus seperti ini" Ricardo menoleh pada dokter Jayantra di sebelahnya
"Itu terserah padamu tapi sebaiknya diskusikan lagi setelah Rania pulih" jawab dokter Jayantra
Doniya diminta untuk melepaskan pelukannya dulu agar Rania bisa diperiksa kondisinya. Luka di wajahnya di basuh lagi dengan antiseptik agar lekas mengering
"Bagian mana yang masih sakit?" Tanya dokter Jayantra
"Tangan dan kaki Rania masih sangat nyeri paman"
"Itu karena kamu terlalu lama diikat. Kalau jantungmu, apa baik baik saja? Apa dadamu juga terasa nyeri?"
Rania menggeleng "hanya sesekali"
Setelah mendiagnosa, dokter Jayantra mengangguk paham dengan kondisi Rania. Jantungnya mungkin perlahan sudah membaik namun luka di wajahnya masih belum begitu juga dengan memar di tangan dan kakinya. Dokter Jayantra hanya berharap semoga setelah ini Rania tidak mengalami trauma dengan benda benda yang mengingatkannya akan kejadian penculikan.
Dokter Jayantra izin keluar setelah selesai memeriksa keadaan Rania, memberi ruang agar Rania bisa menikmati kebersamaan dengan keluarganya yang jarang bahkan sudah tidak pernah Rania rasakan lagi semenjak ia tumbuh dewasa. Kehidupan dewasa yang menyedihkan. Dan menyakitkan.
"Bunda.. Rania mau di elus gini kepalanya" pinta Rania memohon, tangannya terangkat sedikit untuk mengelus udara memberi contoh agar bundanya segera membelai kepalanya
Doniya mengangguk sambil tersenyum kemudian merubah posisi duduknya jadi lebih dekat dengan Rania. Deusapnya kening Rania dengan penuh kasih sayang
"Rania kangen sama bunda sama papa" suaranya masih terdengar parau
"Sudah lama kita gak kumpul gini. Meskipun sekarang Rania sakit, tapi Rania tetap bersyukur karna kalian bisa datang dan temenin Rania sekarang" Rania mengulum senyumnya memperhatikan kedua orang tuanya bergantian
"Maafin papa ya belum bisa kasih yang terbaik buat Rania" tangan Ricardo juga terjulur untuk membelai pucuk kepala Rania.
"Dulu waktu Rania masih kecil, Rania gak mau tidur kalo gak di elus kepalanya gini" kata Doniya
Rania menerawang ke atas mengingat masa kecilnya. Ia tersenyum mengingat hari hari menyenangkan sebelum ia harus mengidap penyakit yang menyita semua hidupnya. Detik berikutnya, Rania malah teringat akan ucapan Jian padanya, yang mengatakan jika Rania telah mengingkari janji untuk bermain dengan Jian kecil yang menjadikan rasa kesal saat itu tumbuh menjadi dendam sampai saat ini. Dendam yang sampai membuat Rania harus menderita menerima hukuman dari Jian.
"Bunda.. sepuluh tahun lalu, Rania suka main ke taman ya?"
Doniya mengangguk
"Kamu selalu minta gendong di pundak papa sambil lari dari mobil sampe taman" sahut Ricardo, senyumannya mengembang tatkala mengingat wajah Rania kecil yang sangat menggemaskan
"Apa.. dulu Rania pernah lupa pergi ke taman?" Rania memandang Ricardo dan Doniya bergantian
Mereka berdua tampak berpikir dengan pertanyaan Rania. Sampai Doniya ingat sesuatu yang dulu memang membuat Rania sampai menangis karena memaksa ingin pergi ke taman. Rania kala itu demam tinggi dan terus mengigau aneh membuat Doniya bingung harus bagaimana. Saat itu hari sudah malam dan Ricardo belum juga pulang. Doniya panik karena Rania terus meracau dan suhu badannya tidak menurun, badannya panas sampai menggigil. Ahirnya Doniya membawa Rania ke rumah sakit setelah menelpon Jayantra. Rania kritis dua hari tidak sadarkan diri. Baru setelah ia sadar Rania ingat jika ia ada janji jika akan pergi ke taman.
Rania kecil menangis meracau ingin pergi ke taman. Doniya dan perawat disana mencoba menenangkan Rania namun Rania masih memaksa untuk pergi ke taman, ia bahkan sampai menarik selang infusnya dan hendak melompat turun. Beruntung Jayantra langsung menyuntikkan bius pada Rania agar tenang dan Rania kembali tidur. Awalnya mereka mengira jika itu adalah efek dari demam tinggi Rania yang masih belum hilang jadi mereka mengabaikan begitu saja.
'maaf Jian' Rania merasa bersalah pada Jian setelah mendengar cerita itu. Sekalipun ia tak salah dalam kasus ini karena itu juga bukan kehendaknya untuk sakit seperti itu dan lagipula Rania juga ingat dengan janjinya bahkan memaksa untuk datang namun ia malah dibius dan kesadarannya hilang. Namun karena kejadian itu yang membuat Jian sampai menaruh dendam hingga saat ini pada Rania. Karena terus menunggu tanpa kepastian sampai ia kehilangan boneka kesayangannya. Siapa sangka bocah sekecil itu melahirkan dendam seburuk ini setelah sepuluh tahun berlalu.
Mungkin setelah ini, jika tidak muncul trauma dalam dirinya, Rania akan menjelaskan semuanya pada Jian. Rania berharap Jian sedikit memahaminya dan membuang rasa dendam dalam dirinya. Karena sesungguhnya dendam yang dipupuk semakin lama akan membahayakan diri sendiri juga.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI
Teen FictionGemini, sosok manipulatif yang tak terduga. Rania, seorang gadis kaya yang kesepian dan terjebak dalam trauma penyiksaan, berjuang menemukan tempatnya di dunia. Dalam cinta tak terbalas dengan Kevin yang dingin dan dalam pelukan Deandra yang tulus...