GEMINI || 58

173 55 0
                                    

Kevin masih menggenggam tangan Rania sambil terus merapalkan kalimat kalimat doa berharap agar Rania segera membuka matanya.

Dikecupnya telapak Rania dengan lembut kemudian Kevin bawa telapak itu untuk bersandar di pipinya. Matanya beralih pandang menatap Rania yang masih terpejam.

"Maaf Ran" mulutnya bergumam sementara tangannya terjulur membelai kening Rania.

Menyisir anak rambut yang menutupi dahinya kemudian beralih lagi ke tangan Rania yang masih digenggam. Jika diperhatikan dengan teliti ada banyak bekas luka yang sudah samar samar menghilang.

Dunianya begitu kejam pada gadis serapuh ini. Mungkin jika tidak ada krim dokter tangannya masih penuh dengan semua lukisan karya neneknya sendiri.

Tanpa Kevin sadari mata Rania perlahan terbuka namun rasanya begitu berat. Rania tak bisa menerima cahaya yang masuk ke Indra penglihatannya. Dahinya sampai berkerut namun cahayanya terlalu tajam menusuk

"Vin" suara serak Rania mencoba memanggil Kevin

Kevin tersadar dari lamunannya segera beralih menatap Rania. Ia kaget melihat Rania yang sudah sadar namun matanya masih belum terbuka sempurna. Kevin menyadari ketidaknyamanan Rania. Ia panik tak tahu harus berbuat apa atau berekspresi bagaimana.

Segera Kevin menekan tombol di belakang ranjang Rania untuk memanggil dokter agar segera datang.

Sementara Rania masih terlihat begitu kesakitan

Kevin berlari keluar, membuka pintu ruangan yang ternyata ada Deandra di baliknya. Rupanya sedari tadi Deandra sudah disana mengamati Rania dari luar. Kevin menatap kesal ke arah Deandra namun Kevin sadar saat ini Rania jauh lebih penting.

Kevin berteriak memanggil dokter atau perawat siapapun itu yang bisa membantu Rania sekarang.

Rania didalam sana masih terlihat merintih kesakitan. Entah karena terlalu memaksakan untuk membuka mata atau memang kondisinya yang parah, rasa sakitnya menjalar ke bagian kepala dan perlahan merambat ke jantungnya.

Kepalanya terasa begitu pusing seolah ia sedang diputar putar. Sekilas ia melihat Kevin dari pintu yang terbuka bayangan Kevin terlihat banyak begitu juga dengan benda benda di sekitarnya. Semuanya berlipat ganda dan bergoyang tidak seimbang.

Perlahan napasnya mulai tidak teratur beriringan dengan detak jantungnya yang semakin cepat. Rania tak bisa mengontrol napasnya sendiri dadanya begitu sesak rasanya. Kedua telinganya berdengung kencang seperti simbal yang sedang di tabuh tepat di telingnya.

Rania berusaha untuk menutup telinga namun tangannya sulit untuk digerakkan. Tiba tiba ia tak bisa merasakan tubuhnya. Semua organ tubuhnya tertutupi rasa sakit yang begitu dahsyat hingga hanya air mata yang menjadi jawabannya.

Kevin melihat papanya yang berlari dari ujung lorong bersama seorang perawat.

Dokter Jayantra langsung masuk begitu sampai. Sementara Kevin menahan Deandra agar tidak ikut masuk menemui Rania.

"Mending lo pergi dari sini!" Sarkas Kevin matanya menatap tak suka pada deandra

"Gue pacar Rania kalo lo lupa" Deandra menyunggingkan senyum

Kevin mendecih "pacar macam apa yang gak bisa jaga pacarnya"

"Lo gak liat gue lagi pake baju pasien?" Balas Deandra sambil membuka sedikit tangannya untuk menjawab jika ia tidak bisa berada di dekat Rania karena ia juga sedang dalam masa pemulihan

"Denger ya! Dari awal gue naruh banyak curiga ke lo jadi jangan sampe kecurigaan gue bener!"

Deandra yang tersulut emosi langsung mendorong Kevin sampai punggungnya menabrak tembok di belakangnya

GEMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang