Gemini || 78

222 53 0
                                    

"Tolong pak, bebaskan cucu saya dia masih kecil" nenek tua dengan baju penuh lumpur itu duduk di kursi tamu di depan meja penjaga lapas

"Maaf nyonya kami hanya menjalankan tugas. Lagipula cucu anda telah berbuat kejahatan dengan motif penculikan" tegas polisi itu

"Tolong pak.. mereka mungkin hanya bermain main anda seperti tidak tahu anak jaman sekarang saja" kedua telapak nenek tua itu bergesekan satu sama lain

"Tidak bisa nyonya. Percuma anda memohon bagaimanapun pada kami hukum tetaplah hukum. Cucu anda akan ditahan sampai ia di gugat bersalah di pengadilan"

"Tidak... Kumohon bebaskan saja cucuku pak sebagai gantinya aku akan menggantikan posisi cucuku tolong tahan aku saja dia masih ingin melanjutkan kuliah dan menjadi dokter"

Polisi dengan pangkat lebih tinggi datang ke meja bawahannya yang sedari tadi terdengar keributan

"Sebaiknya anda pulang, nyonya"

"Pak, saya mohon bebaskan cucu saya pak" nenek tua itu bangkit menggelayutkan tangannya pada lengan polisi didepannya

Polisi itu masih cukup sabar, dia menggiring nenek tua itu keluar

"Silahkan anda pulang ke rumah, nyonya. Kami tidak memiliki wewenang untuk membebaskan tahanan. Jika anda memaksa silahkan pergi pada pihak korban dan memohonlah disana"

"Aku menyerahkan diriku sendiri sebagai jaminan cucuku, tolong bebaskan dia pak dia ingin kuliah kedokteran"

"Iya nyonya, iya.. katakan itu pada pihak korban, mungkin mereka mau mendengarkanmu"

Polisi itu mendorong pelan nenek tua yang terus bergelantungan di lengannya agar melepas. Dia menyuruh pulang dan berhenti memohon di kantor polisi karena itu tidak ada gunanya. Sementara nenek tua yang bajunya penuh lumpur seperti seorang petani yang baru saja pulang dari sawah, pulang dengan perasaan sedih karena cucunya masih tidak bisa keluar dari dalam sana.

Membayangkan cucu perempuan yang selalu ini ia rawat sendiri setelah kepergian orang tua dan kembarannya, dirawat dengan penuh kasih sejak kecil, dididik meski dengan biaya seadanya namun gadis itu berhasil tumbuh menjadi gadis pintar yang selalu memenangkan juara sampai ia bisa mendapat beasiswa di sekolah menengah terfavorit. Dadanya sesak seperti teroris tipis harus menerima kenyataan bahwa cucu yang selama ini ia jaga bahkan dari gigitan nyamuk harus mendekam seorang diri dalam penjara yang lembab dan dingin.

--

"Kalian keterlaluan! Kalian gak seharusnya main hakim sendiri!" Rania marah, menatap tajam pada semua teman sekelasnya yang kini sedang berkumpul di ruangannya untuk menjenguk

"Dia pantes dapet itu Ran!" Kata Felicia yang mengingat wajah Jian di benaknya

"Liat wajah lo! Dia bahkan gak mikir buat buat luka itu disana dan dia juga seenaknya sobek telinga lo. Perbuatan dia kalo cuma dibales sama hukuman mendekam di penjara belum cukup. Dia juga harus rasain gimana rasanya terluka!" Felicia membara

"Justru karena gue terluka gue gak mau ada yang terluka juga. Gue tau rasa sakitnya terluka dan gue gak mau ada yang juga ngalamin luka yang sama. Kalian sama aja jahatnya kalo gitu. Termasuk elo Vin!" Rania menoleh pada Kevin, matanya menusuk tatapan Kevin yang diam membisu

"Lo harusnya juga serahin diri ke polisi karna lo juga sakitin Jian! Bahkan luka Jian lebih parah dari luka gue. Apa kalian gak mikir dengan perlakuan kalian ke Jian akan buat dia semakin membenci gue?"

"Ran.." Kevin mencoba mendekat, meraih lengan Rania namun segera di tangkis oleh Rania dengan cepat

"Kalian harus minta maaf sama Jian! Atau gue gak akan pernah mau maafin kalian juga!"

GEMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang