Gempa sus

578 53 15
                                    

"Pasien dalam kondisi kritis, tolong hubungi keluarganya"

"Permisi, ini ada apa dok?"

"Apa anda keluarga saudara ice?"

"Iya, saya kakaknya"

"Pasien tiba tiba kritis, pasien harus segera dioperasi"

"....."

"Jika anda setuju pasien di operasi, harap segera tanda tangani surat persetujuannya.  pasien harus segera dioperasi secepatnya"

"Baiklah aku akan menandatanganinya"

Blaze mematung di belakang pintu IGD yang tertutup. Tatapannya terlihat kosong, ia sengaja ke rumah sakit untuk menemani ice namun baru saja sampai ke rumah sakit ia sudah dipanggil dan diminta menandatangani tangani surat persetujuan.

'Rev. Bagaimana ini?'

Hening, tak ada respon dari reverse sejak ia bilang waktunya sudah habis. Berkali kali blaze memanggilnya tetapi reverse tidak merespon. Blaze langsung duduk di kursi tunggu, tiba tiba saja perutnya terasa sakit bahkan saking sakitnya blaze sampai terbatuk batuk

'Ugh, apa ini? Kenapa tiba tiba?' batin blaze

Blaze berlari ke toilet, ia langsung mencuci mukanya dan langsung menepuk nepuk pipinya.

"Sakit, perutku seperti di sobek" gumamnya pelan

Blaze cukup lama di toilet, rasa sakitnya semakin menjadi jadi selama beberapa saat dan tiba tiba saja rasa sakit itu menghilang sepenuhnya. Blaze menghela nafas lega, ia sampai berkeringat dingin gara gara rasa sakit itu.

Ia berjalan keluar dan berniat kembali melihat apa operasi nya sudah selesai atau belum. Tapi ada satu hal yang menurutnya menarik perhatian

"Tunggu, kak gempa sedang apa bersama kak kaizo?! Kenapa kak gempa keluar dari ruang perawatan? Apa dia sakit? Eh tapi sepertinya mereka tertawa"

Ya semuanya sedikit mengejutkan, gempa ditemani kaizo saat melakukan pemeriksaaan? Terus mereka berdua tertawa sampai seperti itu? Rasanya sedikit sulit untuk tidak berfikir negatif. Katanya kaizo itu polisi yang dingin kan?! Lalu kaizo juga bukannya sibuk dengan kasus magma? Lalu ini?

"Tak bisa dibiarkan, aku terlalu kepo untuk tidak mengetahui rahasia mereka" ujar blaze pelan

Ia langsung mengendap endap mengikuti gempa dan kaizo yang berjalan kearah belakang rumah sakit.

'Kaizo, kau mau apa dengan kakakku?!' tanya blaze dalam hati

"Haha tentu saja, maaf soal tadi. Itu sangat sakit dan cukup besar jadi aku refleks memukulmu"

"Santai saja gempa, lagipula aku juga sering melakukannya jadi tidak sakit"

"Ya kau sangat hebat melakukannya, lain kali tolong langsung bersihkan bekasnya. Aku tidak ingin yang lain merasa tidak nyaman karena ruangannya berantakan"

"Iya aku akan mengingatnya, jadi apa masih terasa sakit?"

"Tidak terlalu"

Sudahlah, blaze jadi tak bisa berkata kata. Sebenernya apa sih yang dilakukan kaizo dan gempa? Rasa penasaran ini seperti mau membunuh blaze, tapi ia tak bisa bertanya begitu saja kan? Yang ada ia yang bakal malu

'Kenapa aku malah berfikir kesana sih?!'

Blaze belum puas kalau belum menemukan jawaban yang pas, ia terus mengikuti kaizo dan gempa sampai ke taman belakang. Blaze tak bisa mendekat karena ia bisa ketahuan, ia hanya bisa memantau dari jauh

Dari jauh terlihat kalau kaizo menoleh kesana kemari seolah memastikan sesuatu. Ia terlihat mendekati gempa, blaze mulai tak tahan dan akhirnya langsung berlari untuk menghentikan mereka sebelum terlambat.

"KAKK!!"

"Blaze? Kenapa kau ada disini?" tanya gempa heran

Blaze tak memperdulikan gempa, ia langsung menatap tajam pada kaizo yang terlihat sedikit kesal

"Apa yang kau lakukan pada kakakku?!" tanya blaze sinis

Gempa bingung dengan protes yang blaze lakukan, memang apa yang salah?

"aku tak melakukan apapun pada gempa"

"Bohong! Aku sudah mendengar semuanya!! Kau merusak kak gempa kan?" teriak blaze kesal

Kaizo menoleh kearah gempa. Mereka berdua tak mengerti apa yang blaze maksudkan, sampai akhirnya gempa menyadarinya sontak wajahnya langsung memerah

"B-blaze kau salah faham"

"Tapi--"

"Tidak, kami kemari karena aku terluka saat ikut melakukan penyelidikan tentang magma. Kaizo membantuku mengobati lukanya"

"Lalu maksud 'sakit dan besar' lalu 'bersihkan bekasnya' itu apa?"

"hei dengar bocah, aku tidak seperti itu tahu. Gempa memang imut, tapi aku juga tahu batasan. Luka gempa cukup besar dan tentu saja itu pasti sakit. Darah gempa bercecran dilantai, aku berniat membiarkannya saja tapi gempa menyuruhku membersihkannya"

Blaze menoleh kearah gempa dan melihat tangan kirinya terbalut perban. Blaze sedikit lega tapi juga malu, aih yasudahlah blaze terlanjur terciduk mencurigai orang tak bersalah

"Kami sudah memperkirakan kalau magma dibawa ke markas utama mereka, rencananya kaizo dan beberapa polisi terpercaya akan membantu kita"

"Jadi kak gempa akan ikut dengan dia?"

"Iya, seperti kata kak taufan.... Kalau kita semua menyerang secara terang terangan mungkin bisa sedikit kacau karena para mafia itu sangat licik"

"Hmm, baiklah kalau begitu aku akan kembali saja"

"Dasar, datang menuduh pulang seolah tak bersalah"

.



.



.



.

"Dunia ini terlalu indah jika dihuni oleh manusia manusia bodoh, apa sebaiknya aku hancurkan saja semuanya dan ganti dengan peradaban manusia yang lebih sempurna?"

"Hahaha, kau sangat gila.... Bisa bisanya kau ingin berkuasa atas semuanya?"

"Tak ada yang lebih menarik daripada anak anak itu~ mungkin aku harus sedikit bersenang senang lebih lama bersama mereka"

"Tekadmu kuat juga untuk mengalahkan 'dia' haruskah aku memberikan selamat untukmu?"

"Ya kau bisa lakukan itu setelah semuanya selesai...."

"Baiklah, semoga saja mereka tidak cepat mati... Semuanya bisa jadi sia sia"

"Taufan, blaze dan thorn bukan anak yang mudah mati... Hmm, ini menarik ayo kita bersiap menyambut mereka"



















Bersambung....

Up di hari lebarann... Buat menemani kalian yang gabut dan ga kemana mana, yang lebarannya malah mojok di kamar dan bukannya ikut kumpul keluarga..

Hidden memories ||MLP2||  {Not Continued}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang