.
.
.
.
.
.
.
"WAH CURANG!!!"teriak Yuuken melihat Boboiboy meletakkan kartu Uno berwarna hijau diatas kartu Reiva.
"Hah!! Kau kalah!"seru Boboiboy kemudian tertawa layaknya Riddle saat dia Overblot.
"Aku masih tidak paham.."gumam Reiva yang sama sekali tidak paham akan permainan mereka.
"Aku juga."sahut Grim yang sudah tepar di lantai.
Akhirnya, setelah sejam bermain Uno,mereka pun tidur di kasur mereka masing-masing kecuali Grim yang tidur di sebelah Reiva.
Malamnya,Yuuken terbangun dan merasa lehernya kering dan serak.
Saat itu juga,tempat itu berubah menjadi Padang pasir di waktu malam,pantas saja lehernya serak dan kering.
"Akhirnya kau datang juga.."seorang pria berkata dengan posisi duduk diatas seekor kuda.
"M-Maafkan aku terlambat,tuan." Nampak seorang pemuda menundukkan kepalanya di hadapannya,takut akan tatapan matanya.
Muncul debu emas, yang kemudian menuntun mereka menuju ke suatu tempat,yang jelas Yuuken hanya mengikutinya.
Hingga tiba disuatu titik,muncul gundukan pasir yang kemudian bertukar bentuk menjadi sebuah mulut goa yang memancarkan cahaya kemerahan.
"Akhirnya.. setelah bertahun-tahun.. Gua Kebijaksanaan." Ujar pria itu.
"Awk! Gua Kebijaksanaan!" Sahut Seekor kakatua berwarna merah di pundaknya.
Kemudian,pria itu menunjuk kearah goa di hadapannya,"Ingat. Bawakan aku Lampu!"
Baru akan melihat kelanjutannya, semuanya seketika menjadi gelap untuk Yuuken yang kini mendapati dirinya berada di sebuah tempat yang gelap.
"Berlian di dalam batu. Itulah julukan 'dia' yang berhati bersih lagi kan jauh dari segala kebohongan... Sehingga sang Gua Kebijaksanaan sendiri yang telah menerimanya."
'Lagi-lagi dia..' pikir Yuuken sembari mendongak keatas dengan tatapan tajam,'Apa yang sebenarnya dia lakukan disini.. dalam mimpi ku..? Apa yang dia lakukan disini jika dia ada di dunia nyata..?'
.....
Reiva terbangun dari tidurnya,sebuah suara berbisik padanya untuk membuka buku yang pernah di berikan oleh Profesor Crewel waktu itu.
Langsung saja dia bangun dan menyelimuti Grim dengan selimutnya,lalu berjalan ke mejanya dan mengambil buku itu. Kemudian ia duduk di bingkai jendela dan membacanya.
"Setelah perdebatan hebat dengan Sang Raja Binatang Buas, kebenaran dan kenyataan berhasil membawa sang Hati diantara Kekosongan ke tempat dia keluar sebagai Pemenangnya. Kisah yang indah,akan tetapi tidak berarti lagi bagi ku. Karena sang Raja Binatang Buas telah mengkhianati ku,itu lah yang menjadi kesalahan ku karena tidak mendengarkan Mother."
Reiva menatap halaman itu sejenak, dan dia teringat dengan julukan yang dia pakaikan pada Leona saat itu.
Kembali dia membuka lembaran selanjutnya dan membacanya.
"Penyihir Laut tidak memenangkan pertarungannya. Dia memenangkan harga dirinya dan juga Pertama Lautnya yang Indah. Kesendiriannya telah menghilang,kini dia menjalani hidup sebagai Duyung yang hanya mencintai sang Permata. Kisah yang indah namun tragis karena Kekasihnya harus menjadi sebuah Permata,dan hanya bisa dicintai oleh si Penyihir Laut. Aku tidak mau menjadi si Permata,aku ingin dicintai sebagai diri ku sendiri,karena Mother tahu yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Twist this Wonderland ||•
Fanfikce•~ "Mirip... Mirip.. mirip siapa,ya?" ~• •~ "Maleficent..??" ~• ===============================