Lisa POV
Kebahagian istri dan juga anak adalah tanggungjawabku sebagai ketua keluarga, seperti sekarang kami dalam perjalanan ke Gimpo Airport untuk menaiki private jet ku ke Paris. Paris? yah kami menuruti keinginan putra kami untuk pergi di Paris dan juga Swiss. Melihat putra ku tidak pernah berhenti tersenyum sudah membuatkanku merasa senang bukan main sejak Jennie bersetuju membawanya libur ke paris. Putra kami sangat bersemangat dengan persetujuan Jennie sampai-sampai dia setiap harinya bertanya 'Mommy apakah kita akan ke paris?' atau 'Mommy tidak bohong sama aku kan, daddy?' seperti itulah pertanyaannya setiap hari yang membuatkan aku sama Jennie terpaksa menjawabnya dengan pasrah sebab tidak ingin mengecewakannya.
Kami tiba di Gimpo Airport dan di sambut oleh anak-anak buah ku dengan pakaian formal dan jangan lupa interkom yang ada di telinga mereka untuk berkomunikasi dengan mudah bersama anak-anak buahku yang lain. salah seorang dari mereka membukakan pintu mobilku lalu dengan serentak mereka semua membungkuk kepada kami.
" Silahkan Presiden Manoban, nyonya Manoban dan tuan muda."
Aku pun turun dan menyambut tangan Jennie untuk membantunya turun sambil tersenyum manis terhadapnya dan tidak lupa aku mengambil putra ku juga tapi dia tidak ingin di gendong jadi aku membiarkan dia berjalan tapi mengendang tanganku atau Jennie. Setelah kami bertiga sudah turun aku memandangi kearah anak buah ku dengan tatapan yang dingin.
" Apakah semuanya aman?" Tanyaku.
" Ye Presiden! Kami sudah memeriksa seluruh kawasan di sini dan kesemua anak-anak yang lain juga berjaga di seluruh kawasan Airport."
" Bagus!" Jawabku dengan datar.
" Daddy ayo." Panggil putraku.
Seketika ekspresi wajahku bertukar dengan senyuman lembut lalu menganggukan kepala dan melangkah kearah mereka yang sudah berada tak jauh di hadapanku. Setelah aku sampai kearah mereka aku menggengam tangan kanan putraku lalu Jennie menggengam tangan kirinya. Kami berjalan beriringan menuju ke arah private jet ku.
" Woah!! Apakah ini pesawat daddy?!" Tanya Jeri dengan semangat.
Aku dan Jennie terkikik melihat reaksi putra kami yang pertama kali akan menaiki pesawat lalu aku mengelus rambutnya dengan lembut dan mengganguk.
" Iya ini pesawat peribadi daddy tapi sebentar lagi akan menjadi hak milik atas namamu." Wajah kagetnya membuat aku merasa gemes sekali.
" Seriously daddy?!"
" Yes of course."
" Yeay!" Serunya dengan riang dan aku melihat kearah Jennie yang sama-sama kagetnya tapi setelahnya ia menggelengkan kepalanya.
" Kau sungguh-sungguh dengan katamu tadi, honey? Apa tidak berlebihan?" Tanyanya dengan khawatir dan aku mengerti kekhawatirannya.
" Of course, why not? Aku memang sudah merencanakan ini sejak awal. Maaf aku tidak memberitahumu dengan awal." Jawabku takut Jennie marah.
" Dad Mom? bisa aku berjalan sendiri?" Tanya putra.
" Baiklah, hati-hati dan jangan berlari." kataku dan di balas dengan anggukan lalu aku memberi kode kepada anak buah ku untuk mengikuti Jeri agar dia tidak jatuh.
Lalu aku beralih menggengam tangan Jennie.
" It's okay, aku pikir Jeri masih kecil untuk di beli pesawat peribadi." Jawab Jennie.
" Suatu hari akan sangat berguna kepada anak kita. Jangan khawatir aku akan bertanggungjawab." ucapku meyakinkannya.
" Baiklah."
Kami berjalan beriringan sambil berpegangan tangan dan aku lihat pesawat kami sudah di bukakan pintu dan sudah ada 6 orang anak kapal yang sudah menanti kami di depan pintu pesawat. Tapi sebelum kami sampai di hadapan mereka Jennie menghentikan langkah membuat aku juga ikut berhenti lalu memandang kearahnya.

YOU ARE READING
My Happiness Only For You - (JENLISA) END
RomansaPertemuan seorang pengusaha kaya raya yang berhati dingin dengan seorang pelajar wanita di Seoul National University. Dengan tidak sengaja dipertemuan malah mereka telah jatuh cinta sejak pandang pertama. Cerita ini hanya atas dasar haluan aku dan t...