Suasana rumah sakit sangat mencekam menurut cowok bernama Cornelio. Istrinya, Ariella Natio sedang berjuang mengeluarkan anaknya karena menurut dokter janin yang dikandung Ariel harus dikeluarkan sekarang. Oniel panggilannya, cowok itu duduk, berdiri, bahkan mondar-mandir di depan ruang persalinan.
Di depannya terlihat mertuanya, Kinal dan Veranda Natio tengah memeluk Shani Indira Natio yang sedang menangis. Semua ini salah dia. Ariel harusnya melahirkan dua bulan lagi. Namun karena Ariel nekad jemput kakaknya yang sedang teler di klub, mereka berdua terlibat kecelakaan.
Shani Indira ngamuk di dalam mobil yang mereka kendarai, hingga Ariel tidak fokus melihat ke depan karena sibuk bergelut dengan tangan Shani. Saat kembali melihat ke depan, terdapat mobil yang berhenti di lampu merah, akhirnya mobil mereka sukses nabrak pohon karena menghindari mobil berhenti tersebut.
Suster keluar, mengabarkan bahwa anak Oniel dan Ariel selamat, tapi tidak dengan ibunya. Kaki Oniel langsung lemas, dia hanya menunduk menahan tangis. Kinal yang di depannya kemudian duduk di sampingnya, memeluk seakan menguatkan. Mereka berdua sama-sama kehilangan. Oniel kehilangan setengah jiwanya, Kinal kehilangan anak kesayangannya.
Lalu, dua inkubator berisi bayi ringkih keluar. Oniel heran, anaknya dua? Karena penasaran dia tanya suster lagi.
"Kembar sus?" tanya Oniel ke suster.
"Iya, pak," jawab suster singkat sambil mendorong inkubator tersebut ke ruangan NICU.
Kemudian bangsal yang ditutupi oleh kain keluar. Oniel nangis lagi, penyelamatnya, Ariella Natio sudah terbujur kaku. Oniel ikuti bangsal itu ke kamar jenazah. Di dalam kamar jenazah, Oniel buka kain putih tersebut. Tampaklah wajah tenang Ariel.
"Ci, bangun ci," bisik Oniel di kupingnya yang sudah pasti sia-sia.
"Aku- aku- ga bisa tanpa kamu ci," tangisan Oniel menjadi-jadi. Veranda yang ada di sampingnya, mengelus pelan pundak Oniel memberi kekuatan.
"Ikhlasin Nil, Eril udah tenang," ujar Veranda tenang.
"Semua ini emang jalannya," tambah Veranda.
***
Urusan Oniel dan Ariel pun sudah selesai. Ariel sudah dikubur tadi sore. Malamnya, Oniel langsung pergi ke rumah sakit. Cowok pesakitan itu ingin melihat buah hatinya, di depan ruang NICU terlihat Shani Indira menunggu ponakannya.
Oniel duduk di sampingnya. Shani Indira sempat melirik ke samping, lalu menunduk lagi sambil menangis.
"Oniel, aku minta maaf," ucap Shani di tengah isakannya.
Oniel hanya diam, suaranya tiba-tiba tidak keluar. Setelah hening beberapa saat akhirnya Oniel membuka suara.
"Setelah semua ini? Kak Shani udah dua kali nyakitin aku. Kalo aja Ariel ga narik tangan aku buat ikut sama dia, mungkin aku masih sakit hati sekarang."
Shani Indira tetap diam. Dia mendengarkan semua keluh kesah Oniel.
"Kak Shani sadar ga sih? Kakak udah bikin aku sakit dua kali. Pertama karena kakak ninggalin aku. Kedua karena kakak buat Ariel ninggalin aku. Kenapa pertemuan garis takdir kita harus selalu kesedihan," Oniel menatap Shani. Sekarang cewek yang sedang menangis tersebut mengangkat pandangannya. Kedua mata manusia itu sama-sama merah.
"Aku bisa bantu kamu rawat anak-anak kamu," yakin Shani Indira.
"Caranya? Kak Shani kan orang yang paling sibuk sedunia," jawab Oniel.
"Nikahi aku."
"Hah?" Oniel terperanjat.
"Seorang Shani Indira percaya pernikahan?" Oniel terkekeh. Mana mungkin seorang Shani yang punya trauma tentang komitmen ingin menikah.
"Aku serius, nikahi aku," Kali ini Shani berbicara sambil memegang tangan Oniel.
"Aku harap, aku bisa jadi ibu sambung yang baik untuk si kembar. Aku mau nebus dosaku Niel," mohon Shani Indira dengan suara yang pelan.
"Aku rela ninggalin semuanya demi rawat anak kamu," Terdapat kilatan keseriusan dari mata Shani Indira.
Oniel hanya diam, suasana hening rumah sakit menambah kesunyian di ruang tunggu NICU tersebut. Sampai akhirnya ada suster datang.
"Ada orang tua dari anak Bapak Cornelio dan Ibu Ariella?" teriak suster tersebut.
"Saya bu," Oniel langsung berdiri, menghampiri suster.
"Mau dinamain apa pak nama anaknya," tanya suster tersebut ramah.
"Silakan tulis di sini pak nama anaknya," tambah suster tersebut sambil memberi kertas dan pena.
Oniel menulis di kertas tersebut, Daisy Ariella Natio dan Dena Ariella Natio. Dia tambahkan nama Ariella sebagai penghormatan untuk pengorbanan Ariel.
Setelah selesai dengan urusan nama, dia duduk kembali di samping Shani. Suara Oniel pun memecah kesunyian rumah sakit tersebut.
"Aku hargai kemauan kakak untuk membantu merawat anak-anakku. Tapi untuk menikah? Aku belum bisa jawab. Tanah kuburan Ariel aja belum kering. Soal maaf? Mau aku ngga maafin kakak atau aku maafin Ariel juga tetep meninggal. Jadi, aku udah maafin kakak." ucap Oniel.
Shani Indira kembali menangis. Dia kagum dengan kebesaran hati Oniel. Di dalam hatinya dia bertekad untuk menjaga ketiga orang yang disayangi Ariel. Mungkin kedepannya tiga orang yang Shani sayangi juga.
***
Tbc.Part 2 shani jadi ibu nyata adanya kah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Pendek
Fiksi PenggemarKadang-kadang Zeeshel. Kadang-kadang juga kapal ghaib. Selamat datang!