To: Azizi

797 59 4
                                    

Azizi Asadel, siswi kelas 12 SMA itu sedang diteror oleh surat-surat ga jelas di lokernya. Seperti hari ini, Azizi sudah datang pukul 5:15 tapi amplop dengan wangi parfum sudah tercium di indera penciumannya. Azizi mengambil amplop itu, membawanya ke kelas. Lalu membacanya.

To: Azizi

Oi Azizi. Kenapa sih kamu cantik banget? Kamu tau kata-kata Mahmoud Darwish ga? Kalau ga tau, begini kata-katanya: "On the train we swapped seats, you wanted the window and i want to look at you." Tapi menurut aku itu ga cukup. Memandangi kamu itu tidak cukup Azizi. Aku ingin kepalaku ada di ceruk leher kamu setiap kita ingin tidur, bahkan saat bangun aku mau cium aroma tubuh kamu. Azizi, aku tau aku bukan siapa-siapa dibandingkan kamu. Namun hidungmu yang mirip perosotan anak TK bikin aku feel asdfghjkl Azizi. Jadi, tolong, pertahankan senyuman kamu. Azizi, izinkan aku mencintaimu selamanya. Aku tau kamu pasti feel creepy baca ini tapi aku ga bakal ganggu hidup kamu. Aku ga berani untuk menghampiri kamu, berkenalan, atau basa-basi. Aku tau kamu pasti pikir aku pengecut. Ya aku emang pengecut, habisnya kamu selalu bikin hati berdenyut, apa lagi rambut pendekmu bikin aku ingin usap, hehe. Setiap berpapasan di kantin aku juga jadi ciut. Aku menunduk tanpa berani menatap kamu.

Sekian,

A.S

"Bangsat." Azizi menutup surat yang sudah dirinya baca. Ini pasti dari anak sini.

"Surat lagi?" Chika, teman sebangku Azizi bertanya.

Azizi mengangguk. Dia penasaran sekali. Matanya masih berkerut membuka surat itu lagi. Dia lihat tulisan itu.

"Hm... I have a plan," batin Azizi tersenyum.

***


"Dapat!" Aku mengucap dalam hati. Itu Azizi sedang kepedesan saat makan mie ayam di kantin. Pipinya memerah, lucu sekali.

"Andai aku pacarnya, bakal aku lap peluh si cantik," batinku lagi.

Aku buang pandanganku saat dia menatap ke arahku. Saat aku lihat dengan ekor mataku, dia sedang tersenyum.

"GEER!" Respon Febri saat akun bercerita.

"Tapi gue takut, Feb." Gigiku gemeretak, merasa panik.

"Emang dia bakalan tau tulisan lo?" tanya Febriolla, matanya memicing.

"Ya gue juga gatau. Tapi kalo iya? Mampus gue!" Akun bersandar, menatap langit-langit kelas.

Lagu Aku Makin Cinta dari Vina Panduwinata aku putar, sambil membayangkan aku dan Azizi bisa bersama.

Tanpa sadar tanganku menulis sesuatu.

To: Azizi

Surat terakhir dari aku.

Kayaknya aku ga bisa suka lagi sama kamu. Habisnya, aku terlalu takut. Azizi, aku lebih takut tidak bisa melihat senyum kamu lagi daripada aku harus menghindar tiap ketemu kamu. Azizi, semoga hidup kamu bahagia. Apalah aku yang bukan siapa-siapa. Terima kasih.


***


Keesokan harinya seperti biasa aku masukkan surat itu di loker Azizi. Saat ada yang menepuk bahuku.

"Stt..." Itu Azizi, aku membelalakkan mata.

"Jadi kamu?"

"I-yyaa." Aku terbata.

"Kenapa ga dari dulu Adzanaka Shalih?"

"Hm?" gumamku.

"Aku juga tertarik sama kamu." Dia tersenyum, aku juga.

End

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang