Gracia masuk kamar dengan perasaan yang hampa. Perasaan saat di rumah Oniel tadi everything went well, tapi kok saat ini dia jadi butuh Oniel ya. Bahkan saat tadi di ruang tamu omongan papahnya, Bobby Chaesara, tidak Gracia gubris. Habisnya, Bobby Chaesara selalu bertindak seenak jidatnya. Gracia merasa tidak dianggap. Apalagi keputusan papahnya untuk menikah lagi.
Aninditha Cahyadi mengetuk pintu kamar Gracia. "Gre... Kamu di dalam?"
Gracia tidak menjawab, "Ngapain sih tuh orang?" pikirnya kesal.
"Aku masuk ya?" Tanpa menunggu jawaban Anin masuk ke dalam kamar.
Anin duduk di tepi ranjang Gracia, melihat kondisi kaki Gracia. "Papah bilang kamu pincang? Kenapa?"
"Gausah sok peduli," ucap Gracia mengacuhkan Anin.
"Gracia?" tanya Anin sekali lagi.
"Ck... Aku habis jatuh pas jogging," decak Gracia.
Anin tersenyum. "Oh... Gitu."
"Terus semalem kemana?"
"Mau aku kemana emang kamu peduli? Urusin aja suamimu itu," ketus Gracia lagi.
"Gracia?" Anin memanggil gadis yang sedang merajuk itu lagi.
"Nginep di rumah Shani."
"Yaudah... Tante keluar dulu ya." Anin terkekeh. Entah kenapa Shania Gracia nurut jika posisi mereka hanya berdua.
Anin hanya beda 3 tahun dengan Gracia. Dia lebih cocok jadi sosok kakak daripada jadi ibu sambung. Mungkin itu yang bikin Shania Gracia kesal sekali sama bapaknya. Tapi Anin tetap menjalankan peran sebagai ibu dan kakak yang baik kok buat Shania Gracia. Toh, dia benar-benar cinta Bobby.
Sebenernya Gracia males keluar kamar, apa lagi turun buat ngambil makanan. Namun perutnya ga bisa bohong. Sekarang dia lapar, apalagi dia gengsi minta duit sama kedua orang tuanya. Terpaksa dia turun ke bawah, Gracia berjalan mengendap, saat sampai di ujung tangga dia mengintip apakah ada papahnya di meja makan?
"Laper?" Shit, Gracia ketahuan.
"Ngga!" elak Gracia. Anin tersenyum simpul.
"Yuk makan, papah lagi pergi," ajak Anin, Gracia mengekori, dia laper juga.
Hari ini Anin memasak ayam goreng dan sayur asem. Gracia sih makan aja. Anin ngeliatin saat Gracia makan. Sadar ditatap, Gracia menoleh.
"Kenapa?"
"Kamu lahap banget makannya," ujar Anin.
"Sampe belepotan gini," Anin mengambil nasi dari sudut bibir Gracia.
Setelah selesai, Anin dengan sigap membereskan piring Gracia. Lalu pergi ke dapur untuk mencucinya. Gracia berjalan menuju tangga, namun tangannya di tahan.
"Sebentar."
"Apa lagi?" keluh Gracia. Dari tadi Anin gangguin mulu.
"Duduk dulu di sofa. Aku mau ngobrol," perintah Anin.
"Gamau ah. Aku mau tidur."
"Gracia?" Anin yang sudah duduk memanggil Gracia.
"Ck... Kenapa?" Gracia duduk berjauhan dengan Anin.
"Kapan mau baikan sama papah?" kata Anin lembut.
Anin mendekat, mengusap pelan kepala Gracia. "Aku mau ngasih tau kalau aku hamil."
"For real?"
"Iya," jawab Anin singkat.
Terdapat kilatan-kilatan bahagia dari raut wajah Shania Gracia. Gracia suka bayi, sangat amat suka. Bayangin ada mainan hidup yang kamu lihat perkembangannya. Dari ga bisa apa-apa sampai dia bisa ngelawan orang tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Pendek
FanfictionKadang-kadang Zeeshel. Kadang-kadang juga kapal ghaib. Selamat datang!