Naik Ranjang: Kembar Remaja Vol. 1 (Shaniel)

1K 79 8
                                    

Tujuh belas tahun kemudian, Shani dan Oniel sudah memasuki usia pernikahan ketujuh belas. Si kembar juga sudah remaja. Sudah mulai nakal. Shani Indira ternyata jadi strict parents. Galak dia. Oniel aja sampe geleng-geleng ngeliat kelakuan Shani.

Daisy dan Danella juga tumbuh dengan perbedaan. Danella bawel macem Ariel, tapi ga macem-macem. Gadis remaja itu suka di rumah.

Beda dengan kembarannya Daisy. Daisy tumbuh menjadi pribadi pendiam. Emang kalau di depan orang tuanya Daisy terlihat baik. Namun di belakang, Daisy suka ke club bareng temen-temen kelasnya. Persis mirip Shani. Shani yang udah paham kelakuan anak muda hanya bisa memantau.

Shani Indira murka. Temannya, Sisca yang juga guru BK di sekolah kembar mengirim foto anaknya sedang ngevape. Itu Daisy. Shani langsung geledah kamar Daisy mencari barang bukti. Saat membuka laci kedua meja belajar Daisy. Dia menemukan vape di antara tumpukan buku. Shani langsung bawa vape itu ke ruang keluarga. Di mana kembar dan bapaknya sedang nonton film.

"Punya siapa?" Shani berjalan mendekat. Sudah ada vape di tangannya.

Si kembar hanya diam. Tidak ada yang berani di jawab.

"Oh, karena saya nemuin vape ini di laci kamar Daisy, berarti ini punya kamu?" Perubahan kata dari bunda ke saya itu adalah salah satu alarm kalo Shani Indira sedang murka.

"Bukan punya aku bun. Itu punya temenku. Dia nitip," elak Daisy. Bicaranya sudah bergetar. Shani Indira yang paham hanya diam. Kemudian melempar vape itu ke tembok

Prakk.

Vape itu hancur. Oniel yang di sampingnya hanya bisa mendudukkan Shani, mengelus pundaknya. Shani Indira kemudian mengeluarkan handphone-nya, menunjukkan foto Daisy ngevape.

"Lihat, saya dikirim gambar ini dari Sisca," Shani Indira melempar handphone-nya.

Daisy hanya terdiam. Saat dia ingin mengeluarkan suara. Shani Indira berjalan ke arah dia. Lalu menamparnya.

"Dasar anak kurang ajar!" Oniel yang melihat kejadian itu langsung menahan tangan Shani saat dia ingin menampar lagi.

Daisy hanya diam sambil memegang pipinya yang memerah. Dia menatap Shani dengan nyalang.

"Emang siapa yang nyuruh kamu rawat aku?"

"Emang siapa yang bunuh ibu aku?"

"Itu semua kemauan kamu kan. Kalau kamu ngga galau gara-gara laki-laki, ini semua ga bakalan terjadi. Dasar pembunuh," ucap Daisy datar lalu lari ke kamarnya. Danella yang ada di tempat mengikuti kembarannya.

"Des," ucap Danella lalu memeluk kembarannya.

"Aku capek, mau tidur. Mending kamu balik ke kamarmu." Danella yang sudah paham apa yang akan terjadi lalu keluar. Sebelum keluar dia bertanya, "Kemana?"

"Rumah Cathy, tiga hari," ucap Daisy.

Sementara itu, di kamar Oniel dan Shani, Oniel sedang menenangkan Shani yang menangis sesegukan. Pembunuh? Apa aku pembunuh?

"Nil." Oniel yang sedang duduk di sofa kamar hanya mengangkat pandangannya.

"Apa aku pembunuh? Jawab!" Loh kok Oniel dimarahin.

"Udahlah Shan, ga usah dibahas. Namanya abg. Mending kamu naik minta maaf," ucap Oniel yang sekarang sudah ada di pelukan Shani.

Oniel kemudian melepas pelukan Shani. Lalu berjalan menuju ke lantai dua. Di lantai dua, dia mengetuk pintu kamar Daisy. "Des, buka pintunya Des. Ayah mau ngomong."

Daisy membuka pintunya. Oniel melihat anaknya menangis, terbukti dari merahnya mata Daisy.

"Sejak kapan?" tanya Oniel lembut.

"Aku baru beli dua minggu yang lalu," jawab Daisy dengan takut.

"Aku minta maaf yah," tambahnya, sepertinya anak itu sudah menyesal.

"Untuk? Karena kamu ngevape? Apa perkataan kamu ke bunda?"

"Karena aku ngevape," singkat Daisy.

"Oh," gumam Oniel.

"Daisy, jangan diulangi ya ngevape sama bentak-bentak bunda. Gimana pun dia yang rawat kamu loh dari masih piyik kayak ayam sepuh warna-warni. Dia udah dapat ganjarannya kok." Oniel mengelus puncak kepala Daisy dengan lembut.

"Apa tuh?"

"Ngurusin kita lah." Oniel terkekeh. Tiga manusia ini emang kelakuannya di luar nalar. Malah kadang-kadang kalo Shani mencak-mencak mereka kerja sama buat nyari alesan.

Daisy tersenyum. Ah melihat ketulusan dan tatapan cinta ayahnya dia jadi merasa bersalah sama Shani Indira. Tapi kayaknya Shani Indira harus dikasih pelajaran hihi.

"Jangan kabur." Oniel memberikan peringatan. Habisnya masa dia pernah kabur ke tempat Greesel sepupunya. Ya langsung dijemput lah malem itu juga.

Oniel mengedip. Daisy langsung tau maksudnya. "Rumah Cathy." Oniel membalas dengan jempolnya.

***

Tengah malam, saat semuanya sudah tidur, Shani Indira keluar dari kamar. Berjalan pelan menuju lantai dua. Dia ingin melihat keadaan Daisy. Saat membuka pintu, loh kok keberadaan seonggok Daisy ngga ada.

"Ah mungkin di kamar Danella," pikirnya.

"Loh, kok ga ada juga," ucap Shani saat membuka pintu kamar Danella. Hanya ada Danella yang sedang tidur. Karena tidak ingin mengganggu dia tutup pintu kamar Danella. Lalu bergegas menuju kamar bawah.

"Nil, Nil. Daisy kabur." Shani Indira menepuk-menepuk pipi Oniel.

Oniel pun terbangun. "Biarin, tar juga balik."

"Gila kamu, anak cewek kabur malem-malem ga dicari." Shani Indira menarik tangan Oniel, lalu mengambil kunci mobil.

"Ayo, aku yang nyetir."

***

Keduanya muter komplek. Ga ada, lalu ke rumah neneknya. Veranda yang udah tau kebiasaan Daisy hanya geleng-geleng sambil memeluk Shani. Eh dia ngedipin Oniel. Anjir, paham dia. Oniel hanya balas dengan anggukan dan senyuman.

Saat Shani berbalik, Oniel menteralkan ekspresinya lalu bilang, "Udah lah gausah dicari. Besok aja."

Veranda juga bicara, "Aman kok. Biar nanti mamah yang bantu."

Shani Indira hanya mengangguk lalu pamit ke Veranda. Mereka berdua akhirnya pulang.

***

Daisy sampai rumah Cathy. Setelah membayar taksi onlinenya. Cathy yang sudah setengah sadar membukakan pintu rumah. Daisy hanya nyengir.

"Makasih ya, Cath," ucap Daisy.

Cathy hanya membalas dengan gumaman. Saat masuk ke rumah Cathy, Daisy melihat rumah dengan nuansa hijau dan ungu. Figura berisi foto keluarga, foto kecil Cathy, dan foto pernikahan kedua orang tuanya. Namun, ada satu foto yang menarik perhatian, foto orang yang dia kenal bersama dengan papahnya Cathy.

Rumah dengan nuanasa hijau dan ungu itu membuat dia sadar. Bundanya benci dua warna itu. Apa mungkin? Ah ga peduli lah. Yang Daisy butuh sekarang hanya tidur. Daisy dan Cathy pun berjalan menuju kamar Cathy di lantai dua.

Pagi-paginya Daisy sedang sarapan di rumah Cathy. Lalu papahnya Cathy datang. Daisy lalu mencium tangannya.

"Om," ucap Daisy sambil tersenyum.

"Temennya Cathy? Namanya siapa?" ucap papahnya Cathy.

"Daisy om, Daisy Ariella Natio." Saat Daisy bicara seperti itu papahnya Cathy membelalakkan matanya.

"Kenapa om?" tanya Daisy penasaran.

"Gapapa. Salam kenal ya Daisy. Saya Shania Gracia. Panggil Om Gre aja," ucap Shania Gracia sambil tersenyum.

***
Tbc

Apakah? Apakah?

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang