All I Want: L-O-V-E

812 69 2
                                    

Gracia masih asing dengan suasana ini. Suasana kehangatan keluarga. Dulu, dia pernah merasakan hal ini. Namun, semua seakan sirna ketika sang ibunda pergi meninggalkan dunia.

Hubungan antara Gracia dan papahnya jadi renggang, asing malah. Gracia sebenernya ingin memperbaiki itu semua. Gengsi yang menghalanginya.

Shania Gracia menatap jendela. Suara-suara berisik di mobil ini tidak dia hiraukan.

"Kak Gre diem aja dari tadi." Kepala Christy menyembul dari tengah. Maklum dia sendirian di baris ketiga.

"Kak Gre ga suka jalan sama kami ya?" ucap Christy sendu.

"Nggak kok." Suara Gracia tertahan. Dia batuk. Oniel reflek memberikan air.

"Cie...." ledek Christy. Entah mengapa wajah Oniel dan Gracia memerah.

Kinal yang sadar lalu berbicara, "Kayaknya ada yang lagi jatuh cinta nih."

"Sayang," panggil Kinal ke Veranda.

"Tolong setelin lagu LOVE-nya Nate King Cole," lanjut Kinal.

Saat lagu terputar, sekeluarga tiba-tiba bernyanyi. Senyum Gracia pun merekah. Dia menatap Oniel yang sedang bernyanyi. Sadar ditatap, Oniel menoleh. Yang sekarang Oniel lihat adalah senyuman Shania Gracia, senyuman terindah mahakarya Tuhan.

***

Setelah sampai, keempatnya mulai berlari. Gracia yang tidak biasa olahraga, hanya jalan. Oniel udah gatau dimana. Kinal hanya berpesan jika selesai mereka akan berkumpul di tempat ini.

Gracia berjalan santai, tanpa sadar dia berjalan ke tengah. Karena tidak fokus, tubuhnya tertabrak.

"Aw!" pekik Gracia. Lututnya berdarah. Kakinya terkilir.

Oniel yang melihat kejadian itu sigap berlari. Lalu Oniel berlutut.

"Kenapa?" tanya Oniel khawatir.

Gracia malah bengong. Dia melihat wajah samping Oniel yang berkeringat.

"Kak?" panggil Oniel.

Gracia tersadar. "Hm... Tadi kesenggol," gugupnya.

Oniel berdecak, dengan sigap mengangkat tubuh Gracia.

"Apaan nih?!" pekik Gracia. Tanpa sadar dua orang itu membuat perhatian.

"Sttt... Diem!" bisik Oniel.

Shania Gracia dibawa ke pinggir. Oniel tanpa bicara berlari ke minimarket di sana. Dia beli alkohol, kapas, plester, dan obat merah.

Setelah itu, Oniel mulai membersihkan luka Gracia.

"Aw!" rintih Gracia saat Oniel memegang bagian kakinya yang sakit.

"Waduh... Terkilir nih," ucap Oniel.

"Aku bersihin dulu deh lukanya." Oniel bergegas menempelkan kapas yang sudah dibasahi alkohol.

Dengan telaten Oniel membersihkan luka Gracia hingga bersih. Lalu dia menuangkan obat merah dan diplester.

"Dah." Oniel senang.

"Jalannya masih sakit?" tanya Oniel.

Gracia mengangguk. Setelah membereskan peralatannya, Oniel merentangkan tangannya. Gracia memberi tatapan tanya.

"Ngapain?"

"Ya aku bantu jalan lah," ucap Oniel.

Gracia memegang tangan Oniel. Dia beridri, tangan kanannya dilingkarkan ke bahu Oniel. Mereka berdua berjalan ke tempat berkumpul.

Kinal, Veranda, dan Christy yang sudah kelar berlari menghampiri.

"Kenapa Niel?" tanya Kinal.

"Jatuh pah," jawab Oniel.

"Yaudah yuk ke mobil," ajak Kinal.

Mereka berlima berjalan pelan ke mobil. Gracia salut dengan act of service dari Cornelia.

Setelah sampai di mobil. Oniel membukakan pintu untuk Gracia. Bahu lelaki itu menjadi tumpuan ketika Gracia masuk ke dalam. Lalu Oniel menutup pintu. Gracia senang dengan perlakukan Oniel, dapat dilihat dari pipinya yang memerah.

Kinal menjalankan mobilnya ke bubur ayam terdekat. Budaya keluarga Oniel sehabis lari.

"Niel, mamah papah biasa," ucap Kinal.

"Aku ga pake-" Sebelum Christy berbicara, Oniel memotong.

"Diem bocil. Kamu sama kayak mamah papah aja."

"Kak Oniel ihhhhh." Oniel tidak peduli dengan rajukan Christy.

Gracia juga sebenernya ingin request, tapi karena respon Oniel ke Christy dia jadi enggan.

Oniel kembali membawa nampan berisi lima mangkok bubur. Gracia terhenyak. Dia alergi kacang.

Keempat orang itu makan dengan khidmat. Gracia hanya mengaduk buburnya.

"Kok ga dimakan?" Oniel bertanya.

"Aku alergi kacang."

"Ck, bukannya bilang dari tadi," decak Oniel.

"Udah gausah dimakan. Biar aku aja nanti yang habisin. Aku pesenin lagi." Oniel keluar mobil lagi.

"Oniel emang suka galak gitu." Veranda terkekeh.

"Tahan-tahan ya Gracia."

Tahan-tahan? Emang Oniel siapanya Gracia. Tapi lihat Oniel manyun-manyun lucu menurut Gracia. Mulutnya yang masih penuh toping dan bubur dipaksa untuk berbicara karena kesal.

Oniel datang lagi membawa semangkok bubur. Dia ambil bubur yang lama dari pangkuan Gracia lalu menukarnya dengan yang baru.

Setelah selesai makan, Oniel mengumpulkan mangkok lalu turun lagi untuk bayar.

"Papah sampai lupa, kaki kamu diurut dulu ya?" Kinal berbicara kepada Gracia.

"Gausah om! Takut ngerepotin," tolak Gracia.

"Gapapa, deket kok tempatnya," jawab kinal lagi. Gracia hanya diam pasrah.



***



Di sinilah Gracia sekarang, di tukang urut. Di samping kirinya ada Veranda, di sisi lain ada Oniel.

"Aw!" pekik Gracia saat kakinya mulai diurut.

"Sakit Niel!"

Oniel memberikan tatapan tanya. "Emang gue yang ngurut?" pikirnya.

"Aw! Ah!" erang Gracia. Oniel jadi ga tega.

Dia genggam telapak tangan Gracia. Rasa sakit Gracia berubah menjadi rasa malu karena perlakuan Oniel.




***





Setelah drama perurutan selesai, mereka bergegas mengantar Gracia pulang.

"Kok aku kayak tau daerah sini? Kayaknya daerah teman sma kita ya Ve?" Obrolan Kinal dan Veranda tampak tidJ menarik di kuping Oniel dan Gracia.

Setelah sampai, Gracia turun sambil dipapah Oniel.

"Mau sampai dalem?" tawar Oniel dijawab gelengan.

"Yaudah. Aku pergi dulu ya. Sampai ketemu di kampus," pamit Oniel.

Christy yang sudah pindah ke depan berteriak, "DADAH KAK GEEE!!! KAPAN-KAPAN KITA MAIN LAGI-" belum selesai berbicara mulutnya sudah ditutup oleh tangan Oniel.

"Kita pulang dulu ya." Veranda berbicara.

Gracia tersenyum, "Terima kasih om, tante."

Mobil pun berjalan. Gracia lalu masuk ke rumah dengan tertatih. Baru sampai ruang tamu, sebuah suara terdengar.

"Dari mana aja kamu Shania Gracia?"

"Ck... Urusi saja istri barumu," jawab Gracia sambil berjalan ke kamarnya.


***
Tbc
Hehe

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang