Halo, kenalin nama aku Christy. Anak satu-satunya dari pasangan Cornelio Vanisa dan Shani Indira. Lucu kan, ibuku public figure terkemuka di Indonesia. Sebagai anak artis ayahku selalu melindungiku dari gemerlap kehidupan artis. "Bahaya," Itu kata-kata yang selalu terucap dari ayahku.
Kehidupan ayah dan ibuku berbeda. Ayahku sangat jauh dari kehidupan glamour. Ngga suka ke club, bahkan ketika ibuku, Shani Indira, pulang dengan keadaan mabuk dia hanya geleng-geleng. Btw, Rumah yang sekarang kami tinggalin juga bukan miliknya. Ini milik Shani, ibuku.
Ayahku tumbuh di Jakarta Timur. Sebuah tempat yang dia bilang nyaman. Ramai tapi sepi, katanya dia suka nongkrong di daerah Pulomas. Sampai ngerubah nama warung jadi Wartai alias Warung Pembantaian, karena di dekat sana pernah ada kejadian orang dikurung di kamar mandi sama maling.
Sebaliknya, ibuku tumbuh di Jakarta Selatan. Deket sih, Tebet, tapi kan tetep keren. Sekolahnya aja jauh banget sama ayahku. Udah ah, kalian jangan tau soal ibuku. Jahat dia soalnya.
Kalian penasaran kan gimana sih Shani Indira si ratu SMA 26 bisa menjalin hubungan sama Cornelio atau Oniel si gembel SMA 22. Sama aku juga bingung. Yang pasti mereka sudah tidak ngomong satu sama lain di belakangku sejak aku kelas 1 SMP.
Ibuku ketahuan berselingkuh. Satu kalimat yang mengubah keluargaku. Yang tadinya hangat menjadi dingin. Capek deh.
Ibuku selingkuh dengan Shania Gracia. Pernah sekali waktu ibuku bawa-bawa nama Shania Gracia saat mereka berantem. Ternyata itu cinta pertama ibuku.
Ayahku mati-matian menyembunyikan masalah itu dariku. Namun, teman-temanku di sekolah merundungku dengan sebutan si anak tukang selingkuh.
Aku dengar percakapan mereka berdua waktu itu.
"Maafin aku Niel. Tolong kamu bertahan demi Christy." Ibuku sudah nangis sesegukan.
Ayahku hanya diam. Tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Tidak juga membalas tatapan bahkan pelukan ibuku.
Yang dia ingat hanya aku. Buktinya dia sekarang melangkah ke kamarku. Aku yang dari tadi menonton dari daun pintu langsung buru-buru mengerjakan PR di meja belajar.
Ayahku mengetuk pintu, lalu membukanya. Pria itu sepertinya sedih. Aku paham perasaan ayahku walau masih kecil. Penghianatan adalah sesuatu yang horrible kalau kata Jessi, sahabatku.
"Aku sayang ayah." Aku menghambur ke pelukannya, memberikan sedikit kekuatan.
Ayahku luluh. Air mata mulai keluar dari sudut matanya. Kami berdua menangis tanpa suara, menguatkan diri masing-masing.
"Udah ah, ga usah nangis." Ayahku melepas pelukannya lalu mengusap matanya dari air mata.
"Kamu lagi ngerjain apa?" Ayahku bertanya sambil melirik buku tulis fisikaku.
"PR fisika yah," jawabku singkat.
"Duh. Ayah skip deh. Walaupun dulu anak ipa tapi pas pelajaran fisika masuk kuping kanan keluar kuping kanan juga alias ga masuk ke otak," canda ayahku sambil mengacak poniku.
"Christy-ku sudah besar ya. Perasaan baru kemarin berantem sama Matthew si cowok manis itu di ayunan taman. Sekarang udah pacaran aja," ucap ayahku menerawang.
"Jadi inget dulu. Si Indah, kamu tau kan Indah? Gadis manis pindahan dari Jambi yang bikin ayah kesemsem sampai nulis namanya besar-besar di tembok kamar." Kalau udah begini, pasti ayahku lagi sedih. Masa mudanya emang seru sih. Apalagi ketololan 7 temannya bikin aku penasaran.
"Kok ayah ga pernah main sama sirkel temen sekolah si yah?" tanyaku ragu.
"Christy, mencintai Shani Indira butuh pengorbanan. Syukur bisa sampai nikah dan punya kamu. Coba kalau tiga bulan putus. Abis ayah. Udah jarang nongkrong , eh sekalinya nongkrong pas lagi sedih doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Pendek
FanfictionKadang-kadang Zeeshel. Kadang-kadang juga kapal ghaib. Selamat datang!