Naik Ranjang: Kembar Remaja Vol. 2 (Shaniel)

899 72 7
                                    

Gracia, Cathy, dan Daisy pun makan dengan khidmat. Tidak ada pembicaraan sama sekali. Sampai akhirnya Gracia bersuara, "Gimana kabar Oniel? Baik?"

"Baik om, om kok tau?" singkat Daisy.

"Dari tadi kamu lihat foto bunda, mamah, dan ayahmu pas SMA terus. Udah tau kan ceritanya?" Gracia terkekeh, bikin Cathy bengong. Kok laki-laki ini peka. Padahal Shani pernah cerita katanya pacar pertamanya ga peka. Huh! Bohong! Tapi jangan bilang-bilang Oniel ya, soalnya bakalan mencak-mencak.

Gracia yang sudah selesai makan itu berjalan mengambil figura itu, lalu duduk di sofa depan TV. "Daisy, Cathy, sini papa ceritain gimana masa SMA papa."

Kedua cewek itu mendekat. Cathy duduk  di sebelah kanan dan kiri Gracia.

"Dulu, orang ini, Oniel, adik kelas polos itu suka sama Shani Indira." Gracia membuka pembicaraan sambil menunjuk foto Oniel.

"Tapi Shani Indira cuma nganggap dia temen. Shani sukanya sama om," ujar Gracia terkekeh.

"Jadi karena Om gamau cowok sebaik dan sepolos Oniel ditolak Shani, tepat saat hari di mana Oniel mau membak, om duluin. Karena Oniel ga tau kelakuan Shani di belakang," ucap Gracia. Kali ini nada bicaranya serius. Matanya menerawang mengingat masa lalu.

"Shani Indira manusia yang sempurna," tambahnya.

"Setelah tembak menembak itu kelar. Ga lama kemudian Oniel jadian sama Ariel. Om seneng dong, anak itu ternyata ngga galau." Daisy mendengar dengan serius sambil menatap foto ibunya. Cantik, mirip Danella.

"Udah tuh, Om sama Shani dan Oniel sama Ariel langgeng. Sampai akhirnya kami masuk kuliah. Shani berubah karena banyak cewek yang deketin Om. Galak, posesif, suka marah marah. Om jadi pusing lah, ga suka digituin. Akhirnya Om putusin aja Shani. Malah, orang yang pertama ngelabrak Om itu Ariel. Oniel kayaknya udah bilang gausah ikut campur tapi ga didengerin."

"Shani Indira jadi suka minum. Pergi ke club. Ariel yang udah gerah diemin dia. Tapi tetep jadi penyelamat. Saat Shani udah ga sadar, Ariel pasti jemput," jelas Gracia sambil menatap nanar foto tersebut.

"Ga lama kami lulus. Oniel dan Ariel menikah. Om juga deket sama cewek yang sekarang jadi mamanya Cathy. Ga ada yang tau, karena Om tau Shani belom bisa terima keputusan Om buat mutusin Shani. Sampai akhirnya, dia tau karena diceritain seseorang. Shani mabuk sampai ngga sadar. Dia ngamuk di club. Feni yang gatau harus ngapain, nelpon Om dan Ariel, ternyata yang sampai duluan Ariel. Kalo aja Om yang sampe duluan, mungkin mamamu masih ada Daisy," Tanpa sadar setitik air mata jatuh di pipi Gracia.

"Om minta maaf, Daisy," Gracia menatap Daisy.

Daisy yang gatau harus ngapain hanya menganggukkan kepalanya.

"Tapi Om tau, waktu ayah dan bundamu lagi nunggu Ariel dioperasi buat lahirin kalian berdua. Tiba-tiba Shani ngajak nikah ayahmu. Soalnya Om ada di tempat tapi ngumpet." Gracia tertawa sambil menghapus air matanya.

"Dari situ Om menjauhkan diri dari Shani."

Cerita terpotong, ada telpon masuk di handphonenya Daisy. Terpampang jelas nama 'Bunda'.

"Sini Om yang angkat aja," kata Gracia sambil mengambil handphone Daisy.

"Halo," Gracia memulai pembicaraan.

"Ini siapa? Anak  saya mana?" Nada bicara Shani terlihat khawatir.

"Apa kabar Shani Indira?" tanya Shania Gracia kepada cinta lamanya.

"Baik Shania Gracia," jawab Shani datar.

"Kasih tau dimana anak saya," tambah Shani Indira dengan suara yang tidak bersahabat.

"Daisy aman di rumah saya. Alamatnya masih sama Shani Indira. Jangan lupa bawa Oniel."

Tut.

Telepon pun mati, Gracia lalu memberikan handphonenya ke Daisy.

"Mamahmu kayaknya udah berubah. Baguslah, keputusan dia buat rawat kalian kayaknya butuh pengorbanan. Sampai senewen gitu dibercandain. Daisy mending siap-siap pulang. Om gamau cari masalah sama Shani Indira," perintah Shania Gracia.

Tiga puluh menit kemudian. Sebuah mobil berhenti di depan rumah Gracia. Gracia yang memang sedang duduk di depan rumah berdiri, menyambut kedatangan dua sejoli orang tua Daisy.

"Baik Nil?" Gracia memeluk Oniel.

"Udah 17 tahun ya ga ketemu?"

"Iya Ge. Gila udah ubanan lo," Oniel tertawa.

"Mana Daisy?" Di saat kedua laki-laki sedang tertawa. Satu wanita umur 40 tahunan ini malah terlihat berang.

"Sabar Shan. Lagi siap-siap," jawab Gracia singkat.

"Saya ga percaya kamu masih sama Anin. Setau saya hubungan yang dimulai dari perselingkuhan ga bakal lama," Shani Indira menatap remeh Shania Gracia.

Oniel yang di sebelahnya hanya menarik nafas kasar.

"Masalah lama Shan. Move on lah," ucap Oniel.

Gracia hanya terkekeh, masih sama ternyata. Daisy pun keluar, lalu mencium tangan Gre untuk pamit pulang. Gadis remaja itu langsung masuk ke mobil tanpa berbicara dengan bundanya. Shani mengikuti, tanpa pamit ke Gracia. Muak dia.

"Maafin Shani ya Gre."

"Santai." timpal Gracia singkat.

"Yaudah gue balik dulu ya," pamit Oniel lalu berjalan keluar.

***

Di mobil hawanya masih ga enak. Entah kenapa dua cewek itu milih duduk di belakang. Shani Indira kayaknya gengsi minta maaf di depan Oniel. Dasar dua cewek gengsi.

"Jangan kayak gitu, bunda khawatir."

"Lihat sini Daisy Natio!" perintah Shani. Daisy yang sedari tadi menatap luar dari jendela mengalihkan pandangannya, kali  ini menatap Shani.

"Bunda minta maaf," Akhirnya kata maaf keluar dari Shani Indira. Maaf bukan berarti kalah. Lalu dia memeluk Daisy.

"Jangan kayak bunda ya. Hidup dengan rasa bersalah itu ga enak." Shani Indira mengelus punggung Daisy.

"Maafin aku juga bun. Seharusnya aku ngga kayak gitu." Daisy terisak saat bicara seperti itu.

"Iya, udah kan maaf-maafannya. Sekarang kita makan, Ayah laper," ucap Oniel di kursi kemudi.

***
End

Sumpah gue mau nulis komedi aja.





Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang