Kaisar kembali jatuh sakit setelah hampir satu tahun dalam kondisi sehat.
Selir Lin memanggil Tabib Istana yang dulu berhasil menyembuhkan Kaisar.
"Bagaimana?"
"Ampuni Hamba. Sudah tidak ada jalan lain... Tubuhnya sudah di ambang batas."
Selir Lin hanya tersenyum kecil.
Diam-diam Tabib ini telah memberikan obat yang diracik dari bunga opium pada Kaisar.
Opium membuat tubuh Kaisar lebih bertenaga dan terasa segar. Seolah-olah Ia sudah sembuh dari sakitnya.
Negara ini tidak memiliki bunga Opium. Oleh karena itu, Tabib yang lama tidak mengenalinya sebagai zat berbahaya bagi kesehatan.
"Kau boleh pergi."
"Terima kasih, Kui Fei."
Selir Lin melirik kasim kesayangannya. Kekasihnya itu mengedipkan sebelah matanya.
Tabib yang satu ini tidak akan hidup lama. Ia akan segera dibunuh setelah keluar dari tembok Istana.
Hanya orang mati yang bisa menjaga rahasia dengan benar.
Selir Xin tidak perduli pada kondisi kesehatan Kaisar. Ia hanya menginginkan tahta kerajaan.
Beberapa bulan yang lalu, Ia melahirkan seorang bayi lelaki.
Kaisar yang merasa sangat senang memberikan janji untuk mengangkatnya jadi Putra Mahkota.
Para Menteri sangat menentangnya.
Mereka berpendapat lebih baik Mu Rong Ying tetap menjadi Putra Mahkota.
Atau Pangeran ke satu yang dipilih menjadi pengganti yang baru.
Bukannya seorang bayi baru lahir.
Istana sedang sangat kacau karena keinginan Kaisar yang tidak masuk akal.
Kasim Liu merasa terombang-ambing. Ia tidak ingin Kaisar tambah sakit. Namun Ia juga tidak mau Pangeran palsu yang naik tahta.
Malam itu, Ia berlutut di hadapan ranjang Kaisar. Ia menangis sambil membeberkan semuanya.
Kaisar terbatuk-batuk keras dan hampir meregang nyawa.
Ia bertanya lemah, "Benarkah?"
"Ya. Hamba tidak berani berbohong. Tabib Istana bisa menjadi saksi."
Tabib yang sudah lama melayani Kaisar berlutut dan memohon ampun beberapa kali. Ia mengutarakan kebenaran dengan tersendat-sendat.
Kaisar terbatuk-batuk parah. Topi hijau sudah dipasangkan ke kepalanya. Belum pernah Ia merasa terhina seperti ini.
Harga dirinya tidak memungkinkan untuk menghukum Selir Lin karena berselingkuh.
"Kasim Liu...ada titah rahasia...untukmu..."
"Hamba mengerti."
"Bunuh ketiganya ketika Cen (Aku) wafat. Jangan biarkan mereka dikubur di pemakaman keluarga."
"Hamba menerima titah Kaisar."
Tabib menelan ludah. Riwayat Selir Lin dan kasimnya sudah tamat. Bahkan bayi yang baru lahir itu ikut terseret dalam kematian.
Kondisi Kaisar semakin memburuk. Tiada seorangpun yang datang menjenguknya.
Para Selir yang Ia sayangi. Sang Empress. Putra dan putrinya. Semuanya telah melupakannya.
Hanya seorang Kasim Liu yang sudah tua tetap setia menemaninya.
"Kasim... Liu..."
"Hamba di sini, Yang Mulia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Yang Terlupakan (END)
Historische Romane1. Pangeran Yang Terlupakan Mu Rong Yan punya cita-cita sederhana. Hidup santuy sampai tua. Terlahir sebagai anak dari seorang selir yang tidak disukai Kaisar. Kesempatan menjadi Kaisar? Apa kau gila? Enakan hidup santai. Biarkan para kakak saja...