V. Kekejaman Perang

111 13 5
                                    

Jiang Rong menatap keluarga besar yang berada di hadapannya. Seluruh anggota keluarga Kerajaan Xin sudah terkumpul di sini.

Ia memerintahkan seorang prajurit menuangkan arak untuk mereka semua.

Para selir menangis dengan sedih. Anak-anak hanya menatap Jiang Rong dengan tidak mengerti. Ratu menangis dalam diam di samping suaminya.

Raja Xin menundukkan kepalanya. Ia tidak pernah menyangka kalau Benteng Gunung berhasil ditembus musuh. Ia masih tidak dapat menerima kenyataan pahit ini.

Jiang Rong memerintahkan, "Sebagai pihak yang kalah, Kau tahu kalau tidak mungkin bisa hidup. "

Ia menatap Raja Xin dengan tatapan membunuh.

"Kau meracuni Jenderal Besar Zhou. Kau juga mengatur usaha pembunuhan atas Jenderal Besar Yang. Dosa terbesarmu adalah usaha pembunuhan terhadap Kaisar. "

Raja Xin tertawa dengan marah. Ia seorang pecundang. Orang yang kalah dalam perang akan kehilangan segalanya.

Ia mengangkat cangkir yang berisi arak beracun.

"Minumlah, keluargaku. Kita bertemu lagi di akhirat sana. "

Raja Xin minum arak duluan.

Ratu dan para selir memberikan cangkir arak kepada anak-anak mereka. Lalu mereka sendiri meminum arak beracun.

Hanya dalam waktu sepuluh menit, semua anggota keluarga Kerajaan Xin terkapar mati di lantai.

Jiang Rong mendesah. Rasanya sesak membunuh keluarga sendiri.

Kalau dilihat dari garis keturunan, Raja Xin dan Yan masih sepupu. Ibu mereka sama-sama putri Kerajaan Xin.

Sayang Raja Xin terlalu tamak dan mengincar Kekaisaran. Ini seperti memukul batu dengan sebutir telur.

Ia memerintahkan para prajuritnya untuk segera mengubur para mayat dengan layak.

Sebenarnya bukan ide Yan menggunakan racun. Ia hanya memberikan kuasa penuh kepada Jiang Rong untuk mengatasi hal ini.

Cabut rumput sampai ke akarnya. Itu cara pantas membasmi musuh.

Garis keturunan Raja Xin sudah ditumpas habis. Mencegah kemungkinan pemberontakan di masa depan.

Memang Jiang Rong lebih kejam dibandingkan sang Ayah.

Jiang Rong berdiri di balkon Istana dan menatap rakyat Kerajaan Xin yang berkumpul di bawah sana.

Wajah-wajah lelah dan penuh ketakutan.

Jiang Rong berpidato, "Jangan salahkan Kekaisaran. Ini semua ulah Raja kalian. Mulai sekarang, wilayah ini akan menjadi negara bagian Kekaisaran. "

Tiada orang yang berani protes. Semuanya takut mati.

Jiang Rong meneruskan, "Atas perintah Kaisar, tahun ini pajak ditiadakan. Mulai sekarang hukum yang berlaku adalah hukum Kekaisaran. "

Rakyat terperangah. Mereka sangat menderita karena perang besar. Setidaknya sekarang mereka dapat sedikit bernafas lega.

Jiang Rong masuk kembali ke dalam Istana. Ia akan segera kembali ke Ibukota Kekaisaran. Setelah menunjuk seorang pejabat sipil sebagai pemegang administrasi sementara.

Ia merindukan istrinya, Fang Yin. Mereka memang menikah secara tiba-tiba. Namun ternyata mereka sangat cocok.

Fang Yin yang cantik dan berhati lembut sangat sesuai dengan kriteria istri idamannya.

Peperangan berlangsung lebih lama dari perkiraan awal.

Umur kandungan Fang Yin sudah sekitar delapan bulan.

Pangeran Yang Terlupakan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang