28. Kerja Paksa

586 94 2
                                    

Wakil Gubernur terus mengutuk ketika Ia diseret ke ruang sidang sebelum matahari terbit.

Hakim mungkin sudah makan hati singa. Berani sekali Ia melakukan hal segila ini. Gubernur pasti akan menghukum Hakim beserta seluruh keluarganya.

Anehnya wajah Hakim tampak pucat pasi seolah habis melihat hantu saja.

Seorang pria muda berpakaian sederhana bertanya, "Apa Kau wakil Gubernur? "

"Siapa Kau? Beraninya... "

Hakim memukulkan palu ke meja. Ia hanya berdiri saja di ruang sidang. Tidak berani duduk.

Ia berteriak, "Pengawal, seret dia dan pukul tiga puluh kali karena melawan dalam persidangan. "

Wakil Gubernur memohon ampun ketika Ia dipukuli berulang kali dengan keras.

Hakim menghapus keringat di dahinya dengan lengan baju. Ia melirik ke pemuda di sampingnya.

Kaisar menghadiri sidang. Ia berdiri bersama para pengawalnya.

Mana berani Hakim duduk ketika Kaisar sendiri berdiri.

Kaisar berbisik dan Yi Dao menyerahkan bukti kepada Hakim.

Setelah membaca sejenak, Hakim menyatakan, "Bukti-bukti sudah lengkap. Wakil Gubernur dinyatakan bersalah karena korupsi. Ia akan dihukum penjara... "

Kaisar batuk sekali dan Hakim terdiam karena takut.

Hakim menunggu keputusan Kaisar.

Yan memerintahkan, "Ganti hukumannya. Kerja paksa selama dua puluh tahun. Untuk dia dan keluarganya."

Hakim menambahkan, "Ya. Itu hukumanmu. "

Wakil Gubernur yang baru saja menderita karena dipukuli menangis tersedu-sedu.

Ia memeluk kaki Hakim sambil memohon, "Ini semua perintah Gubernur. Aku hanya melaksanakannya. Mohon belas kasih... "

Bayangan Kaisar sudah memeriksa masa lalu Wakil Gubernur.

Dulu Ia cukup adil dalam memerintah. Sampai atasannya yang dulu pensiun dan diganti. Setelah itu, Ia berubah menjadi pejabat korup.

Yan jongkok dan mencolek Wakil Gubernur yang tampak sangat menyedihkan.

Ia bertanya, "Hukumanmu akan dibuat ringan jika kau mau bersaksi atas kesalahan Gubernur. "

"Tentu saja. Hamba bersedia bersaksi. "

Gubernur terus memaki ketika Ia diseret ke ruang Sidang dalam pakaian tidurnya.

Matahari baru saja terbit setengah jam yang lalu.

Ia melirik ke Hakim yang terlihat ketakutan. Lalu ke Wakil Gubernur yang terlihat babak belur.

Hakim memerintahkan, "Berlutut. Ini ruang Sidang. "

Gubernur tertawa mencemoh.

"Kau tahu siapa pamanku? Akan kupecat kau! Seluruh keluargamu akan menjadi budak!"

Yan mengorek kupingnya.

Ia berkata, "Berisik sekali, seperti babi saja. Tampar dia. "

Yi Dao langsung beraksi secepat kilat. Ia menampar kedua pipi Gubernur sebanyak dua puluh kali.

"Cukup. Tanganmu sakit, Yi Dao? "

"Hamba baik-baik saja, Master. "

Gubernur menunjuk pemuda itu dengan marah. Kedua pipinya bengkak. Ia kesulitan bicara.

Hakim memukul palu ke meja. Ia membacakan kesaksian Wakil Gubernur dan semua bukti yang ada.

Setelah itu, Ia melirik kepada Kaisar.

Pangeran Yang Terlupakan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang