22. Bandit

638 100 9
                                    

Namgoong Su melirik kakek tua yang berkuda di sampingnya.

"Apa? Tidak pernah melihat Kasim sebelumnya? " ejek Kasim Liu.

Namgoong Su menoleh ke arah lain.

Kaisar telah mengirimkan titah untuk memberantas para bandit di sekitar Gunung Huang San.

Kasim Liu diperintahkan untuk mengawasi pemberantasan para Bandit. Pasukan cadangan juga dikerahkan untuk membantu.

Dalam hati, Kasim Liu mengeluh. Ia sudah terlalu tua untuk menempuh perjalanan jauh.

Patriach Namgoong mau menyediakan kereta kuda untuknya. Kasim Liu menolak. Ia ingin mempertahankan muka di depan pendekar Wulin.

Sayangnya pinggang tuanya memprotes keras saat ini.

Memancing perlu umpan yang tepat.

Dua puluh prajurit cadangan berpakaian seperti pedagang sedang melintasi hutan di sekitar Gunung Huang San.

Mereka mendorong tiga gerobak. Setiap gerobak berisi sepuluh karung beras, sepuluh gulungan sutra dan barang dagangan lainnya.

Tiba-tiba mereka dihadang kelompok bandit. Para prajurit cadangan pura-pura melawan sejenak sebelum mereka melarikan diri karena ketakutan.

Kelompok bandit bersorak sorai gembira. Sudah beberapa hari sejak mereka tidak mendapatkan mangsa sebesar ini.

Banyak pedagang tidak berani melintasi daerah ini lagi walaupun jalur ini adalah yang terdekat untuk melewati beberapa propinsi.

Ketiga gerobak didorong pergi.

Para Bandit tidak menyadari ada beberapa karung beras yang sudah dibolongi.

Lubangnya tidak terlalu besar namun menjatuhkan butiran beras sepanjang perjalanan.

Setengah jam kemudian, Kasim Liu dan sepuluh orang pendekar Wulin tiba di lokasi kejadian.

Mereka sudah meninggalkan kuda mereka satu mil sebelumnya. Supaya tidak ada suara kuda yang akan menarik perhatian para Bandit.

Ada tiga ekor anjing pelacak bersama mereka. Seorang pemburu tua juga ikut hadir. Ia memerintahkan ketiga anjingnya untuk melacak gerobak.

Semua roda gerobak sudah dilumuri ramuan khusus.

Butiran beras juga sudah direndam ramuan untuk memberikan bau yang samar-samar. Hidung manusia tidak akan menyadarinya. Lain halnya dengan hidung anjing.

Seekor anjing menyalak kecil sebelum Ia berlari ke suatu arah. Dua anjing lainnya ikut semangat memburu mangsa.

Mereka semua mengikutinya.

Seorang pendekar mengikat seutas tali yang panjang ke sebatang pohon sebelum berangkat.

Ujung yang satu lagi tetap berada dalam genggaman tangannya.

Kabut mulai menebal di pagi hari ini. Sulit untuk melihat jarak yang jauh.

Jenderal dan para prajurit cadangan akan mengikuti lima belas menit kemudian. Mereka akan mengikuti tali sebagai petunjuk.

Pemburu tua memberi tanda supaya berhenti.

Ia melemparkan batu sebesar genggaman tangan ke suatu semak.

Dua batang pohon yang besar jatuh ke bawah dan menimpa semak tersebut.

Jika ada orang yang melewati semak, pastinya Ia sudah mati tertimpa.

Para pendekar menelan ludah.

Untungnya tadi Kasim Liu memaksa menyewa pemburu veteran dari daerah lokal. Atau mungkin sudah ada korban jiwa dari kelompok mereka.

Pangeran Yang Terlupakan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang