Yan baru saja selesai menuliskan surat pernyataan perang kepada Negeri Xin. Sudah saatnya negara kecil itu hancur luluh lantak karena perbuatan jahat Rajanya.
Tiba-tiba ada laporan tiba.
Jenderal Besar Yang diserang beberapa pembunuh bayaran di tengah perjalanan menuju perbatasan.
Ia terluka karena terkena dua panah.
Yan meraung marah dan merobek surat pernyataan perang. Lagi-lagi negeri Xin berulah.
Saat ini tidak ada Jenderal Besar yang mampu memimpin perang. Terpaksa rencana diundur sampai salah satu dari mereka sembuh total.
"Cen bersumpah akan menghancurkanmu, Raja Xin... "
Dia memerintahkan, "Panggil Pangeran Kedua, Mu Rong Jiang. "
*****
Xiao Hu sedang mendengarkan penjelasan dari penasihat militer Lu.
Ia penasaran mengapa negeri kecil seperti Xin mampu bertahan melawan pasukan negara mereka.
Penasehat Lu mengajaknya jalan-jalan. Mereka berkuda ke arah benteng perbatasan.
"Di sana. Kau lihat benteng itu. Hanya ada satu jalan masuk menuju negeri Xin. Lewat benteng itu. "
Xiao Hu menatap benteng yang tingginya lima belas meter dari permukaan tanah.
Benteng itu dipahat langsung di tembok gunung.
Penasehat menjelaskan, "Dulu, Jenderal Besar Yang menggunakan puluhan katapel raksasa dan Trebuchet. Namun mereka gagal menembus pertahanan benteng. "
Ada perang besar di zaman pemerintahan Alm. Kaisar (ayah Yan). Perang berkecamuk selama lima tahun lebih.
Seluruh putra Jenderal Yang tewas dalam perang tersebut.
Penasehat menggelengkan kepalanya.
" Tidak mungkin pasukan Kita dapat menembus benteng tersebut. "
"Bagaimana jika Kita mengambil jalan memutar? " tanya Xiao Hu.
"Pegunungan terlalu terjal. Pasukan tidak dapat lewat."
Tidak semua prajurit ahli memanjat tebing. Akan ada banyak korban jiwa berjatuhan sebelum perang dimulai.
"Jenderal Besar Zhou pernah berusaha mengirim mata-mata yang membuka pintu gerbang dari dalam. Namun gagal total."
"Ada sekitar tujuh ribu prajurit berjaga di benteng tersebut. Tidak mudah mengurangi jumlah mereka. "
Penasehat Lu akhirnya berhenti memberikan penjelasan.
Xiao Hu hanya diam saja sambil menatap ke arah benteng alami itu.
Penasehat Lu menarik nafas panjang. Ia mengipasi diri dengan kipas bulu. Sebenarnya Ia malu karena tidak mampu memberikan ide bagus.
Namun apa daya. Benteng itu terlalu kuat untuk diterobos.
Penasehat Lu pergi untuk membiarkan Xiao Hu berpikir sendirian.
Bahkan Jenderal Besar Zhou yang berpengalaman menyerah untuk menaklukkan benteng tersebut.
Xiao Hu sedang berjalan balik ketika melihat ada lubang di lantai benteng yang terbuat dari batu.
Ia menatap ke atas.
Setetes air jatuh dari atap di tempat yang sama.
Butuh beberapa tahun bagi air untuk membuat lubang ini. Namun akhirnya batu yang keras kalah terhadap air.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Yang Terlupakan (END)
Исторические романы1. Pangeran Yang Terlupakan Mu Rong Yan punya cita-cita sederhana. Hidup santuy sampai tua. Terlahir sebagai anak dari seorang selir yang tidak disukai Kaisar. Kesempatan menjadi Kaisar? Apa kau gila? Enakan hidup santai. Biarkan para kakak saja...