Bab 43 ~ Aku Tidak Bisa Mundur

244 5 0
                                    

Artizea dan Reyner kembali ke ballroom setelah sesi percintaan kedua berakhir. Sepanjang jalan, perbincangan hangat tidak lepas dari mereka. Mereka tampak sangat bahagia seolah baru saja berbulan madu. Padahal itu hanya berbaikan setelah dua bulan mengalami hubungan yang renggang, namun mereka benar-benar menikmati seolah dua tahun tidak berjumpa.

"Aku akan berbicara dengan kakakku terlebih dulu," ujar Artizea. Penampilannya yang rapi dengan tatanan baru memang sedikit berbeda. Tetapi meski berbeda, selama masih rapi, baik-baik saja maka.

"Kuharap dia tidak menghalangimu untuk kembali." Firasatnya buruk tentang hal ini. Meski ia belum pernah bertemu dengan kakak laki-laki Artizea, namun ia merasa orang itu tidak mudah ditangani.

Artizea mengangkat bahu. "Entahlah. Dia sedikit rumit." Dan posesif. Untuk kalimat ini Artizea tidak mengatakannya.

Reyner menghela napas panjang. Di usianya yang sekarang, ia tidak menduga masih harus berurusan dengan orang-orang hanya karena usianya berbeda jauh dengan Artizea. Melihat bagaimana orang tua Artizea cukup menentangnya, mungkin Alecto tidak jauh berbeda.

Untuk beberapa alasan, Reyner merasa frustasi dengan usianya sendiri. Jika ia seusia Diego, ia mungkin tidak akan merasakan ketidaknyamanan seperti ini. Namun jodoh benar-benar sulit di prediksi. Sesuatu yang tak terduga tiba-tiba terjadi dan tidak terkendali.

"Jangan khawatir," Artizea menggenggam tangan Reyner. "Semua akan baik-baik saja."

"Mm." Reyner menggangguk. "Kuharap begitu."

Begitu mencapai ballroom dan Alecto melihat kedatangan orang yang sedari tadi ia tunggu, ia segera menyingkirkan Xana ke samping seolah tidak membutuhkannya lagi. Berjalan menuju Artizea, ia langsung mencubit hidungnya dengan geram. "Kemana saja kau? Aku mengkhawatirkan mu setengah mati. Apa kau tidak lihat, kakakmu yang tampan ini hampir kehilangan setengah darahnya karena mengkhawatirkan mu?"

Bibir Artizea berkedut. Bisakah ia berpura-pura tidak mengenalnya? Alecto terlalu memalukan untuk di akui sebagai anggota keluarga.

"Jawab!" Alecto kembali berkata sembari menggoncang tubuh Artizea dengan tidak sabar. Jika Artizea hilang, ia pasti mati di tangan orang tuanya. Memikirkan itu, ia semakin ingin menginterogasi Artizea dan memberinya pelajaran.

Xana yang melihat ini, menyeret Alan dan bergegas menuju Alecto kemudian menghentikannya. "Hentikan, bodoh! Kau sudah cukup memalukan. Jika bisa lakukan sendiri, jangan seret orang lain bersamamu." Ia menjauhkan Alecto sejauh mungkin dan tersenyum canggung kepada pria yang berdiri di samping Artizea.

Reyner, siapa sangka Artizea ternyata pergi dengan orang itu? Xana pikir, dengan siapa gadis itu bersenang-senang? Tahu hanya Reyner, ia tidak akan berharap terlalu banyak.

Pertanyaan tentang bagaimana Reyner berada di sini, Xana tidak akan membuang-buang waktu untuk menanyakannya. Lagipula ia tidak ingin mengetahuinya, benar-benar tidak ingin. Ia hanya ingin tahu, untuk apa dia ke sini? Jika hanya untuk mengacaukan Artizea, lagi, sebaiknya dia bersiap mati dengan tragis.

Melihat kemana senyum canggung Xana di arahkan, Alecto terpaku. Terlalu sibuk mengeluh, ia tidak menyadari ada eksistensi lain di samping Artizea.

Seorang pria yang tampak tua, uhuk.. uhuk.. berumur, berdiri di samping Artizea. Melihat bagaimana tangan Artizea bertautan dengan tangan pria itu, tatapannya menjadi dingin. Jadi, bajingan ini yang mencuri adik perempuannya? Haruskah ia menghabisinya sekarang?

Tahu apa yang Alecto pikirkan, Artizea melotot. Tatapannya sudah menyiratkan agar Alecto lebih menjaga sikap. Jika tidak ingin menjaga mukanya sendiri, setidaknya jaga muka orang lain.

Alecto berhenti bersikap gegabah. Namun tidak membuat tatapannya menghangat. Kebencian justru tertanam semakin dalam di hatinya.

Tatapan kebencian yang Alecto arahkan padanya membuat Reyner merasa sedikit tidak nyaman. Dan firasatnya terbukti benar. Tidak mudah memuaskan keluarga Artizea. Apalagi kesan pertama yang ia tinggalkan untuk kakak iparnya tampak tidak begitu baik.

Kekasihku Adalah Ayah Mantanku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang