Gelombang kejutan menghantam Artizea. Ia menoleh. Menatap Reyner dengan tidak percaya.
Kekasih?
Apakah ia salah dengar?
Artizea masih mencari tahu ketika Reyner menambahkan. "Apa ada masalah?" Pertanyaan kecil itu segera mengembalikan kesadaran Artizea dan Gael. Dua orang yang tadi masih kebingungan, sekarang tidak lagi.
"Oh, begitu, aku mengerti." Gael cukup tahu diri untuk tidak melewati batas. Lagipula bukan tempatnya untuk berbicara. Tidak ingin mengganggu pasangan kekasih ini, ia pamit undur diri. "Kalau begitu, bersenang-senang lah. Dan, jaga dirimu baik-baik, Zea."
Artizea mengangguk. "Terima kasih, Gael. Kau juga."
Gael melangkah pergi, meninggalkan Artizea dengan kekasihnya yang masih memeluknya posesif. Sebenarnya, jika boleh jujur, sapaannya pada Artizea bukan untuk menghidupkan perasaan yang dulu tenggelam. Ia menyapanya semata-mata untuk melihat keadaannya tanpa niat buruk sedikit pun.
Namun beberapa orang mungkin salah mengartikannya.
Jadi ketika Reyner datang dan mendeklarasikan kepemilikannya, ia tahu tidak memiliki tempat lagi untuk terus di sini. Itu sebabnya ia buru-buru pergi.
Melihat kepergian Gael, Reyner kembali berkata, "Kau tidak rela dia pergi?" Ia tersenyum dingin, dan jika seseorang melihat lebih dekat, mereka akan melihat kemarahan dingin yang menggelegak di bawah fasadnya.
"Omong kosong," jawab Artizea setelah pulih dari keterkejutannya. Ia mencoba melepaskan diri dari Reyner namun pria itu tidak membiarkannya.
"Ayo kita bicara," ucap Reyner kemudian.
Artizea menaikan sebelah alisnya.
Tanpa menunggu persetujuan Artizea, Reyner meraih pergelangan tangan gadis itu lalu menariknya ke sudut yang lebih sepi, tidak menunggu penolakannya.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Artizea setelah Reyner menghentikan langkahnya. Ia tidak mengerti tentang pria ini. Benar-benar tidak mengerti.
Hari-hari yang panjang dan melelahkan ia habiskan untuk menunggu. Menunggu kabar dari pria itu, menunggu kabar baik yang mungkin akan dia berikan. Namun seiring berjalannya waktu, tidak ada kabar apapun. Tidak ada kata 'putus' atau 'melanjutkan', dan perlahan ia mulai berhenti mengharapkan pria itu.
.Namun, Reyner selalu menjadi orang yang sulit diuraikan. Bahkan ketika pria itu bersikap lembut padanya, matanya dalam dan tidak dapat diprediksi. Tidak mungkin untuk mengetahui apa yang dia pikirkan.
"Ayo kita pulang," ucap Reyner tanpa ragu. Daripada melontarkan kata-kata cinta, kalimat seperti ini sudah mengartikan segalanya. Permintaan maaf, penyesalan, kecemburuan, cinta, sayang, pasangan, tinggal bersama, menikah dan hidup bahagia selamanya.
Artizea tercengang.
Perkataan Reyner seperti truk yang melindas tubuhnya. Membuat gadis berparas cantik itu kehilangan kontak dengan kenyataan.
Ia bukan orang bodoh yang tidak tahu apa arti ucapan Reyner.
Pulang ke rumah.
Kalimat yang sangat sederhana itu kenyataannya mengandung banyak arti. Menyiratkan agar mereka kembali bersama. Sesuatu yang jelas ia rindukan, kebersamaan mereka.
Namun ketika mengingat semua yang terjadi, terutama hubungan antara Reyner dan Diego, Artizea tidak yakin bisa melanjutkan hubungan mereka. Sesuatu yang sepertinya akan sulit jika memaksa menerjang. Lagipula hubungan ayah dan anak terkadang jauh lebih rumit dan mengkhawatirkan daripada yang terlihat di permukaan
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasihku Adalah Ayah Mantanku (END)
RomanceArtizea benar-benar bahagia saat menjalin hubungan dengan Reyner, pria yang 20 tahun lebih tua darinya. Baginya, usia bukan masalah dalam sebuah hubungan. Sayang, kebahagiaan yang pikir akan bertahan selamanya hancur setelah kedatangan Diego, mantan...