Bab 22 ~ Berenang Bersama

205 3 0
                                    

Artizea menatap Teresia dengan wajah tegas. "Berhenti membicarakan pria itu, Mom. Kami sudah putus." Dan alasan putusnya mereka bukan karena pengkhianatan, bukan karena Gunner selingkuh atau ia selingkuh, tetapi karena memang sudah tidak ada lagi kecocokan di antara mereka. Baik ia atau Gunner justru akan saling menyakiti jika meneruskan hubungan itu.

"Aku hanya menjawab apa yang kau tanyakan." Teresia masih sesantai sebelumnya seolah yang ia katakan hanya deretan kata tidak penting.

"Aku bertanya tentang Diego, bukan Gunner." Karena berbincang dengan ibunya, tidak masalah menyebut Diego dengan nama panggilan yang biasa ia pakai, bukan 'Marcel' seperti yang selalu Reyner gunakan.

"Dan aku menjawab apa yang aku pikirkan," jawab Teresia. "Kau tahu, aku sangat menyukai mereka. Ku pikir, salah satu dari dua pria itu adalah yang paling cocok untukmu." Baik Diego atau Gunner, Teresia menyukai keduanya. Selain tampan dan mapan, mereka muda dan energik.

"Omong kosong. Jika salah satu dari mereka cocok denganku, aku sudah menikahi salah satu dari mereka." Lebih tepatnya jika Diego cocok dengannya, ia akan mencarinya sampai ke ujung dunia untuk menangkapnya. Namun alih-alih memburunya, ia memilih untuk melepaskannya walau ia harus merasakan rasa sakit yang luar biasa.

Sedangkan Gunner, jika pria itu cocok dengannya, hubungan mereka tidak akan berakhir setelah delapan bulan menjalin hubungan. Setidaknya ia akan bertahan apapun yang terjadi. Namun ia juga tidak melakukannya.

Alasan yang sama seperti ia melepas Diego, hubungan mereka tidak akan menghasilkan apa-apa di masa depan selain kehancuran. Jadi untuk mencegah kehancuran itu, ia memilih untuk mengakhirinya meski sakit dan menderita.

Jadi, secara garis besar, mereka tidak berjodoh.

Teresia menggelengkan kepala, enggan menanggapi. Ia sibuk dengan bunga-bunganya dan tidak peduli dengan cuitan yang Artizea lontarkan. Lagipula Artizea masih terlalu muda untuk pernikahan. Setidaknya satu tahun atau dua tahun lagi, baru membicarakan tentang pernikahan. Lebih dari itu, ia dan suaminya juga masih belum siap melepas Artizea untuk pria manapun.

Tanpa dua wanita itu sadari, seorang pria berdiri di dekat pintu dan mendengarkan obrolan itu dengan seksama. Ia tidak berniat untuk menguping, ia hanya sedang mencari Artizea dan tidak sengaja mendengar ini.

Tentang bagaimana ibu Artizea tidak menyukai ayahnya, itu bukan urusannya. Ia, Diego, bukan orang yang memiliki banyak simpati. Setiap orang memiliki nasib yang berbeda. Jika dia ingin menyalahkan seseorang, dia harus mengalahkan nasib buruknya sendiri.

Tidak ingin mencampuri urusan orang lain, Diego memutuskan untuk kembali ke kamar tidurnya.

***

Hari selanjutnya.

Hari kemarin berlalu dengan damai.

Hubungan Ben dan Reyner tidak seburuk yang Artizea duga, namun hubungan Teresia dan Reyner masih sama. Ibunya masih tidak menyukai Reyner bahkan setelah Reyner memberikan tas mahal harga puluhan ribu pounds kepada wanita itu.

Benar-benar suap yang sia-sia.

"Itu bukan suap, Zea. Itu adalah hadiah perkenalan dariku," ucap Reyner ketika Artizea mengatakan secara terang-terangan jika suap itu hanya sia-sia karena berakhir kegagalan.

Artizea memijit ruang di antara alisnya. "Aku tidak mengerti jalan pikiranmu. Maksudku, kenapa kau harus membeli hadiah semacam itu? Kau tahu, apapun yang kau lakukan, Mommy tidak akan melihat ketulusanmu. Setidaknya untuk saat ini tidak, bukan, maksudku belum. Jika kau mendiskusikan ini denganku, aku akan menyarankan agar kau membeli sesuatu yang lebih murah." Meski ibunya menyukai barang-barang mahal, namun wanita itu teguh pendirian.

Jika dia berkata tidak suka, maka keyakinan itu akan bertahan cukup lama. Satu bulan, dua bulan, tidak ada yang tahu pasti kapan keyakinan itu akan runtuh.

Reyner mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya di bibir Artizea. Hanya sekejap, Reyner segera menarik diri. "Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku. Tapi jangan khawatir, aku punya banyak uang. Aku tidak akan jatuh miskin hanya dengan beberapa puluh ribu pounds."

Begitu malam yang panjang mereka berakhir. Di tutup dengan sedikit perbedaan pendapat.

Ketika mengingat perdebatan tadi malam dengan Reyner, Artizea merasa tidak enak hati. Mungkin Reyner berpikir ia sudah meremehkannya. Padahal bukan itu maksudnya. Ia hanya merasa tindakan itu percuma. Seperti mencuci dengan air kenc*ng, meski sudah di basuh, tidak akan membuatnya bersih.

Artizea menghela napas panjang.

Ia bangun pagi-pagi sekali dan pergi ke kolam renang untuk berenang. Sebanyak apapun ia berpikir, pikirannya tidak bisa jernih. Jadi ia merasa berenang mungkin bisa membuatnya merasa lebih baik.

Mengenakan monokini berwarna merah terang, ia melangkah santai menuju kolam renang. Perpaduan antara one piece dan bikini, juga lubang-lubang pada bagian samping torso, membuat tubuh Artizea melekuk seksi dan lebih menawan.

Artizea melakukan perenggangan sederhana sebelum menceburkan diri ke air, lalu berenang dari satu sisi ke sisi yang lain. Setelah beberapa putaran, ia berenang ke pinggir dan menyembulkan kepalanya ke permukaan namun terkejut dengan kehadiran seseorang di depannya.

"Ah," Artizea menjerit. Ia membuka kacamata renangnya dan melihat sesosok pria berjongkok tepat di depannya. Bertelanjang dada hanya dengan celana renang ketat yang menutupi pantat dan bagian terpentingnya, ia dapat melihat benjolan milik pria itu dengan cukup jelas.

"Kenapa kau terkejut?" Diego menarik pergelangan tangan Artizea dan mengangkatnya ke daratan. Seolah tidak sedang mengangkat manusia, ia melakukannya dengan cepat dan rapi.

Artizea terduduk di tepi kolam renang atas bantuan Diego. Ia melepas topi renangnya, memperlihatkan rambut panjangnya yang kering dan mengibas-kibaskannya selama beberapa saat sebelum menghela nafas dalam-dalam.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Artizea kemudian. Ia menatap Diego dengan wajah tegas. Ia ingin berenang dengan damai. Sungguh. Tapi kenapa begitu sulit hanya untuk mendapatkan sebuah kedamaian?

Diego mendudukkan diri di samping Artizea lalu mengangkat bahu. "Aku pergi berenang, memang apa lagi?"

Artizea menatap Diego dengan tatapan meremehkan.

"Kau tidak percaya?" tanya Diego saat mendapat tatapan tidak percaya dari Artizea.

"Berhentilah mengatakan sesuatu yang tidak penting, Diego," ujar Artizea. "Kita tidak berada dalam hubungan dimana kau bisa berbicara leluasa denganku." Ia menaikan tangan dan menunjuk Diego tepat di hidungnya. "Ingat, kita adalah musuh." Sejak Diego meninggalkannya bertahun-tahun yang lalu, bendera perang sudah di kibarkan. Suka tidak suka, mau tidak mau, fakta itu tidak akan berubah.

"Aku menolongmu, kau lupa?"

Artizea menaikan sebelah alisnya, menatap Diego seperti lelucon. "Aku hanya ingat kau membawaku ke rumah es dan menjatuhkan ku ke air es." Selesai berkata, Artizea memakai topi dan kacamata renangnya lagi sebelum menceburkan dirinya ke air.

Diego menatap Artizea dengan tatapan rumit sebelum menceburkan diri ke dalam air. Tanpa topi dan kacamata renang, ia berenang menyusul Artizea lalu mensejajarinya. Begitu Artizea mencapai sisi yang lain, Diego juga tiba di sampingnya pada waktu yang sama.

Diego bertanya, "Siapa Gunner?"

Mendengar nama yang belakangan terus terdengar, Artizea mengerutkan kening. "Kenapa kau menanyakan ini?"

Kekasihku Adalah Ayah Mantanku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang