Bab 3

3.2K 256 2
                                    

Belgia POV

"Kevin!!! Bangun cepat,kau tidak mau sekolah atau kau sudah bosan sekolah!!!"

Suara menggelegar ku setiap kali membangunkan adikku untuk sekolah. Ini sangat rutin aku lakukan hampir setiap hari, sehingga Kevin tidak membutuhkan alarm lagi. Percayalah suaraku lebih baik dari pada alarm saat membangunkan Kevin. Adik tersayangku kalau tidur seperti orang mati. Tak jarang kami mengawali hari dengan mood yang kurang baik karena pertengkaran di pagi hari saat aku sangat sulit membangunkannya dan dia akan kesal karena dibangunkan secara paksa.

"Tak juga kau bangun Kevin! Atau kau mau mandi di kasur!! Cepatlah bangun bodoh nanti kita terlambat!"

Teriakan ku yang kesekian kali sejak tadi dan itu berhasil. Kevin perlahan memaksakan dirinya untuk duduk meskipun matanya masih terpejam, kemudian berjalan kekamar mandi dengan mata yang masih tertutup. Aku hanya bisa menghembuskan napas dengan kasar melihat Kevin. Sungguh aku sangat menyayanginya tapi kenapa dia sangat menyebalkan.

15 menit kemudian

Aku sudah menyelesaikan sarapanku. Aku juga sudah menyiapkan bekal sarapan untuk adikku karena dia tidak akan sempat untuk sarapan di rumah.

"Aku pergi sendiri saja ya kak, kau tidak perlu mengantarku lagi, nanti kau bisa terlambat ke kantor." Ujar Kevin tiba-tiba. Aku segera menoleh cepat padanya sambil mengerutkan keningku.

"Hmm? Kau tidak mau lagi aku mengantarmu kesekolah Kev? Kalau kau tersesat bagaimana?" Jawabku khawatir.

"Huft selalu begitu." Dia mendengus sebal. Aku langsung mendelik melihat respon kesalnya.

"Kak, aku sudah kelas 3, sebentar lagi lulus, tidak bisakah kau percaya padaku? Bahkan kalau pulang sekolah kan aku pulang sendiri." Kevin masih berusaha membujukku dengan wajahnya yang dibuat sememelas mungkin kali ini.

"Kau pulang sekolah tidak sendiri bodoh, kau bersama temanmu si Adam. Aku hanya tidak ingin kau kenapa-kenapa." Aku masih bersikeras pada Kevin.

"Yasudah aku pergi sekolah bersama Adam juga kalau begitu. Rumahnya juga hanya beberapa blok dari sini. Adikmu ini sudah besar kak. Bahkan aku sudah bisa berkeliling kota atau luar kota sendiri. Kalau hanya pergi dan pulang sekolah sendiri itu hal yang mudah. Percayalah kak,hmm?" Dia menampilkan puppy eyes nya padaku dan aku hanya membuang nafasku.

Entahlah rasanya sangat berat membiarkan Kevin pergi sekolah sendiri. Aku masih trauma dengan kejadian saat Kevin masih duduk di bangku Sekolah Dasar beberapa tahun silam.

"Kau tau Kev, aku percaya padamu, sangat percaya tapi aku tidak percaya dengan orang di luaran sana, kau tau maksudku kan?" Aku hanya ingin Kevin mengerti kalau aku sangat mengkhawatirkan dirinya. Tiba-tiba dia merangkulku. Percayalah adikku ini sangat so sweet sebenarnya walaupun dia sangat menyebalkan dan aku menyebalkan untuknya.

"Aku sangat tau kekhawatiranmu kak. Tapi aku juga mengkhawatirkanmu, bagaimana kalau kau terlambat ke kantor dan di pecat. Bahkan pekerjaanmu saat ini aku sangat mendukungnya, di perusahaan besar pula, aku juga sudah memamerkan pekerjaanmu pada teman-temanku kak, kalau kau di pecat nanti aku jadi malu dan bagaimana hidup kita kalau kau tidak punya uang, aku tidak ingin menjadi gembel." Seketika tawaku lepas mendengar perkataan perkataan konyol Kevin. Reflek saja aku menjitak kepalanya.

Tuk...tuk...

"Auuuh sakit kak, masih pagi kau sudsh melakukan kekerasan dalam rumah tangga." Cibir Kevin kesal sambil mengerucutkan mulutnnya.

"Kau bodoh. Sudah pergilah sana kesekolah, berjanjilah kau segera menghubungiku kalau sudah sampai." Akupun menyerah, kalau dipikir-pikir Kevin benar, dia sudah besar bahkan sebentar lagi dia berkuliah. Mungkin kekhawatirkan ku sedikt berlebihan. Dan lagi kejadian itu sudah beberapa tahun lalu dan semenjak itu sampai sekarang tidak ada  hal buruk lagi yang terjadi. Untuk saat ini aku akan percaya padanya.

MY SAFE PLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang