Belgia POV
"Selamat malam Bel."
"Selamat malam Sa."
Tut...tut..tut..
Sudah 4 hari berturut-turut Sahara selalu menghubungiku saat malam. Pertama kalinya dia menghubungiku malam itu jujur saja jantungku hampir copot rasanya, butuh 30 menit membalas pesannya saat itu. Namun saat dia menelponku dan mengutarakan maksudnya untuk meminta maaf atas perlakuan menyebalkannya saat bekerja siang itu, aku benar-benar sangat tidak menyangka dan merasa aneh. Sahara memang tidak dapat di tebak.
Malam kedua dan seterusnya dia menelponku lagi, kami hanya membicarakan masalah random. Jujur saja awalnya memang sangat canggung. Bagaimana tidak dia bosku, sikapnya di kantor juga sangat dingin dan selalu tanpa ekspresi, dan katanya apa? Dia membutuhkan teman untuk bercerita.
Awalnya aku cukup tidak percaya dia bisa mengatakan itu. Pikirkan saja pakai logika, bagaimana bisa dia membutuhkan teman dan malah menghubungiku, apa dia tidak memiliki teman untuk berbagi cerita hingga menghubungi sekretaris yang baru di kenalnya ini.
Mengobrol dengannya di luar pekerjaan memang cukup menyenangkan, dia adalah orang yang cerdas menurutku. Tidak buruk berteman dengannya. Iya kita akhirnya sepakat untuk menjalin pertemanan. Sahara itu Aneh, benar-benar aneh. Tapi entah kenapa aku tidak merasa terganggu. Memutuskan berteman dan mengobrol dengannya sebenarnya cukup menghiburku. Mungkin saja bukan dia saja yang membutuhkan teman tapi aku juga begitu. Jujur saja hatiku sedikit menghangat beberapa hari ini karena dia. Sikapnya di kantor juga tidak sedingin dulu, bahkan tadi saat pulang kantor dia menawarkan untuk mengantarku tentu saja awalnya aku menolak tapi pada akhirnya aku memang pulang bersamanya.
"Kak? Apa kau gila?"
"Shit, sialan! Kau mengagetkanku Kevin, sudah berapa lama kau berdiri di pintu?"
"Sejak kau menutup telponmu dengan seseorang dan berakhir dengan senyum-senyum sendiri seperti orang gila."
"Kau salah lihat, aku tidak senyum-senyum sendiri."
"Kau pikir aku buta, jadi siapa kali ini pria yang berhasil membuat kakakku ini jatuh cinta lagi?"
"Hah maksudmu apa? Jatuh cinta? Kau gila, bagaimana kau bisa menyimpulkan hal yang tidak masuk akal itu."
"Sudah kubilang kak aku tidak buta, aku melihatmu senyum-senyum sendiri dan merona. Itu adalah kebiasaanmu jika sedang menyukai seseorang. Aku ingat sekali satu tahun yang lalu kau pernah bertingkah konyol seperti ini dan beberapa minggu setelahnya kau mengenalkan seorang pacar padaku walaupun satu bulan kemudian kau menangis karena di selingkuhi dan putus dengan pacarmu itu."
Sialan, kenapa Kevin mengingat itu. Itu benar-benar sangat konyol. Bagaimana aku bisa lupa dengan mantan pacarku yang brengsek itu. Untung saja aku tidak terlalu jatuh cinta dengan pria brengsek itu sehingga tidak butuh waktu lama untuk melupakannya.
"Sialan, kenapa harus kau ingatkan lagi hal memalukan itu Kevin."
"Jadi kali ini siapa kak?" Lagi Kevin mencercaku.
"Siapa apanya Kev?"
"Orang yang membuat kakakku jatuh cinta, senyum-senyum seperti orang gila." Kekehnya di depanku.
"Ya Tuhan aku tidak sedang jatuh cinta Kevin. Aku hanya menertawakan kekonyolan dan keanehan bos ku di kantor."
"Maksudmu si wanita menawan sekaligus menyebalkan itu?" Tanyanya sambil menampilkan senyum penuh arti.
"Namanya Sahara. Dia ternyata tidak semenyebalkan itu. Bahkan dia meminta maaf padaku setelah membentakku waktu itu dan sekarang kami memutuskan untuk berteman." Tatapan Kevin seperti menyelidikku, dia memindai wajahku dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SAFE PLACE
Romance"Jangan menangis!" "Apa hak mu melarangku menangis?" "Tangismu menggangguku! Berisik." "Bagaimana aku tidak menangis? Aku tidak tau harus tinggal di mana malam ini. Hiks Hiks hiks." "Salahmu sendiri meminjam uang dengan lintah darat." "Jangan s...