Bab 6

2.8K 210 16
                                    

Belgia POV

Sialan!!! Aku terjebak akibat dari pertanyaanku sendiri pada Sahara . Harusnya dengan lantang aku bisa menjawab tegas tapi lihatlah yang aku lakukan. Mulutku bungkam, jantungku berpacu sangat cepat, bahkan sekedar memandangnya saja aku tidak sanggup. Ada apa denganku? Kenapa reaksiku atas pertanyaanya membuatku terlihat seperti orang bodoh?

"Kenapa tidak menjawab pertanyaanku Bel?" Dia benar-benar menunggu jawabanku.

"Pertanyaanmu konyol."

"Konyol? Hahaha benar saja itu sedikit konyol."

"Hmm apa kau menyukai wanita?" Seketika aku langsung menutup mulutku dengan tanganku saat menyadari pertanyaanku ini sedikit lancang. Sialan sekali mulutku ini!!! Aku merutuki diriku sendiri.

"Coba tebak!"

"Aku tidak tau, maaf kalau pertanyaanku lancang, kau tidak perlu menjawab bila tidak ingin." Ujarku dengan rasa sedikit tidak enak pada Sahara.

"Aku rasa kau bisa menebaknya sendiri. Alih-alih seorang pria, kenapa aku malah memintamu yang seorang wanita ini menjadi pacar pura-puraku saat itu."

"Aaaah aku mengerti."

"Jadi apa jawaban dari pertanyaanku tadi?"

"Kalau kau menyukaiku itu hak mu, mana bisa aku melarangnya bukan."

"Ah ya kau benar, tapi aku serius dengan yang aku katakan, aku menyukaimu Bel."

Bisakah aku lari saja mendengar pengakuan Sahara barusan. Jujur aku tidak tau apa yang aku rasakan. Aku tidak risih tapi untuk menerimanya juga rasanya tidak mungkin. Tidak pernah terbayangkan sedikitpun aku akan menjalin hubungan dengan seorang wanita. Jujur saja Sahara memang sedikit membuat hatiku bergetar tapi itu tidak cukup untuk memulai suatu hubungan dengannya. Aku juga cukup tau diri, Sahara terlalu tinggi untuk ku gapai, rasanya tidak mungkin.

"Bukankah itu terlalu cepat untuk kau katakan Sa, hmm maksudku, kita belum lama kenal bagaimana kau yakin yang kau rasakan adalah sebuah rasa suka padaku." Aku cukup realistis dan logis.

"Aku yang paling tau tentang hatiku Bel, aku yakin kalau aku benar-benar menyukaimu." Bisakah aku sebut Sahara adalah orang yang pemberani. Aku tidak menyangka di balik sikap dinginnya dia adalah seorang gentle woman, berani mengakui apa yang dia rasakan pada orang yang belum tentu memiliki seksualitas yang sama seperti dia.

"Terima kasih karena telah menyukaiku Sa, tapi maaf aku tidak bisa membalas perasaanmu." Aku lihat dia mengendurkan pundaknya dan tatapannya menjadi sendu. Kenapa ada perasaan menusuk hatiku saat aku melihat wajah sedihnya saat ini. Aku merasa bersalah.

"Apa kau sudah mencintai seseorang Bel?"

"Tidak, bukan begitu Sa. Aku belum mencintai siapapun, hanya saja aku tidak merasakan hal yang sama seperti yang kau rasakan." Ya Tuhan mulutku. Kenapa rasanya aku ingin menarik kembali perkataanku. Dia pasti sangat sakit mendengar penolakanku barusan.

"Tidak bisakah kau mencobanya, maksudku memberi kesempatan untukku. Hmmm bisakah kau mencoba menyukaiku juga?" Tanyanya ragu-ragu dengan kepala yang tertunduk.

"Aku tidak tau Sa, aku tidak bisa menjamin apapun. Aku takut kau kecewa bila berharap padaku. Jujur saja fokusku saat ini hanya adikku, Kevin dan juga memperbaiki kehidupanku." Aku mencoba jujur padanya. Kenyataannya memang seperti itu.

"Baiklah aku mengerti, terima kasih karena sudah mencoba jujur padaku. Aku mengerti. Tapi bisakah kita tetap menjadi teman?" Meskipun aku masih bisa melihat kesedihannya tapi dia mencoba tersenyum padaku. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatiku tapi aku tidak tau apa itu.

MY SAFE PLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang