Bab 21

1.1K 127 22
                                    

Sahara POV

Aku demam dan ini sudah 3 hari setelah pertemuan dengan Belgia sore itu. Pengakuannya yang sudah memiliki kekasih membuat nafsu makanku hilang entah kemana. Moodku bahkan memburuk di hari berikutnya. Pekerjaanku kacau. Konsentrasiku pecah. Aku tidak bisa fokus mengerjakan apapun. Ya Tuhan efek patah hati begitu dahsyat untukku.

Kalimatnya yang menyebut pria bule tampan itu kekasihnya terus terngiang-ngiang di telingaku. Aku tidak bisa menerima ini. Bahkan Belgia terlihat baik-baik saja dan juga bahagia dalam hidupnya.

Aku merasa ini tidak adil, 3 tahun lamanya aku mencarinya, menunggunya, merindukannya dan selalu mencintainya tanpa putus. Persetan dengan pertunangan itu, yang ku mau hingga saat ini hanyalah Belgia. Hanya dia! Tidak ada yang lain. Tapi apa sekarang? Dia sudah punya kekasih dan berani-beraninya dia memamerkan kemesraannya di depanku.

Itu sakit!! Rasanya aku seperti di kuliti hidup-hidup!!

Aku marah! Tapi marah pada siapa? Padanya? Pada keadaan? Atau pada diriku sendiri? Seorang bodoh yang di butakan oleh cinta tapi pada akhirnya aku menderita karena cinta. Kehidupan cintaku tidak sesuai ekspektasi sialan yang ku bangun sendiri. Aku terlalu berharap dia akan mencintaiku sebesar aku mencintainya tapi apa?! Lihatlah sekarang! Aku lah yang menderita. Hanya aku!!

Aku benci menjadi dewasa. Berpikir dewasa hanya membuatku terjebak, aku seakan tidak merasa bebas. Di saat aku terluka pikiran dewasaku harus menerima keadaan, aku harus menguatkan diriku sendiri, memendam dan menelannya untuk diri sendiri.

Aku ingin Belgia ya Tuhan!

Rasanya benar-benar sakit. Belgia bukan milikku lagi, aku kehilangannya!

Drrttt...drrtttt..drrttt

Kenapa ada saja yang menelponku di saat ku seperti ini!

Aku mencari arah getaran ponselku dan ternyata benda kotak canggih itu sudah berada di bawah ranjangku. Apa aku tidur seperti singa mengamuk? Hingga membuat ponselku meluncur ke lantai.

Kulihat sebentar nama orang yang menelponku dan itu nama sekretarisku.

"Halo Dis? Ada apa?"

"Hmm Miss, pihak B&K menanyakan tentang kontrak kerjasama. Mereka akan kembali lagi ke Switzerland lusa, jadi mereka meminta waktu anda untuk penandatanganan kontrak kalau tidak hari ini atau besok."

"Ya Tuhan Gladis, kau tau aku sedang sakit saat ini. Aku benar-benar tidak bisa ke kantor atau kemanapun. Kondisiku benar-benar lemah. Suruh saja mereka datang kerumahku dan bawa kontraknya sekalian. Suruh datang hari ini atau besok."

"Baiklah Miss, nanti saya akan infokan pada mereka."

"Yasudah, tolong kabari lagi mereka akan kerumahku tepatnya jam berapa dan aku mohon hubungi aku lewat pesan singkat saja. Aku sedang malas bicara terlalu banyak."

"Baik Miss, maaf mengganggu waktu istirahat anda dan semoga cepat sembuh."

"Hmm, thanks Gladis."

Setelah menyudahi panggilan telepon itu, kepalaku kembali berdenyut. Sepertinya aku butuh tidur saat ini. Waktu ku untuk meminum obat setelah makan siang masih 2,5 jam lagi. Kondisiku benar-benar buruk. Rasanya ini demam terparahku setelah bertahun-tahun lamanya. Seingatku terakhir aku sakit yang sampai membuatku terkapar di tempat tidur seperti ini saat SMA, kalau tidak salah aku terkena cacar air saat itu.

***

Belgia POV

Sahara sakit? Dan itu sudah 3 hari, berarti setelah bertemu denganku dia langsung sakit? Kenapa aku jadi khawatir saat ini. Aku benar-benar membenci diriku yang lemah ini. Baru mendengar dia sakit saja rasanya aku ingin segera menemuinya saat ini juga.

MY SAFE PLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang