Bab 32

1.4K 129 24
                                    

Sahara POV

"Jangan pergi Sa!!" Itulah yang kudengar darinya. Dia menangis!

Apa kalian pikir aku akan benar-benar pergi? Tidak akan pernah kulakukan itu, meskipun dia yang mengusirku sendiri pun aku tidak akan pergi dari nya. Aku hanya kesal. Manusiawi aku merasa marah kan, seseornag yang kucintai lebih bersemangat berbicara bersama orang lain sedangkan dengan ku dia bersikap dingin dan risih siapa yang tidak sakit di perlakukan begitu. Namun meninggalkannya tidak pernah terniat sedikitpun. Meskipun akan sulit tapi aku yakin aku akan membuat dia jatuh cinta padaku lagi.

Ceklek

Aku membuka pintu ruangan itu lagi. Belgia ku masih menangis sambil meringkuk bahkan aku bisa medengarnya sesenggukan kali ini. Kurebahkan badanku di sampingnya, lalu kupeluk tubuhnya dari belakang. Seketika aku merasa begitu nyaman. Dia terlihat terkejut.

"Sa?" Panggilnya padaku dengan tubuhnya yang sedikit menegang beberapa saat lalu kembali rileks.

"Hmm." Gumamku.

"Aku kira kau akan pergi meninggalkanku." Ujarnya masih sesekali sesenggukan.

"Jadi kau ingin aku pergi?" Tanyaku, aku bisa merasakan dia menggeleng. Senyum mengembang dari bibirku.

"Jangan tinggalkan aku seperti itu, melihat punggungmu menjauh rasanya sakit sekali." Aah apa ini? Apa dia sudah mengingat perasaannya untukku.

"Aku di sini, tidak mungkin aku meninggalkan istriku yang cantik ini, bisa di rebut Rey nanti." Ujarku. Aku tidak sedang menggodanya tapi aku benar-benar takut hal itu akan terjadi.

"Kau salah paham Sa, aku hanya mengagumi Rey dan juga dia teman yang enak di ajak mengobrol." Mau kagum, atau apalah itu namanya tetap saja aku cemburu.

"Bisakah kau memperlakukanku lebih manis lagi Bel, maksudku jangan terlalu dingin, tapi bagaimana ya, aku tidak ingin memaksamu juga, yasudah terserahmu saja, yang penting sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkanmu, meskipun kau mendorongku menjauh pun aku tidak akan mendengarkanmu." Dia terkikik dalam pelukanku. Ini pertama kalinya dia tertawa karenaku. Aku senang sekali.

"Aku tidak menyangka ternyata kau keras kepala juga. Aku pikir kau orang yang mudah mengalah."

"Kalau aku tidak keras kepala mana bisa aku bisa mendapatkanmu dulu, mana bisa juga aku akhirnya menikah denganmu."

"Ceritakan bagaimana dulu aku bisa jatuh cinta dengan seorang Sahara,hmm?"

"Hmm mulai dari mana ya, aku bingung, kisah kita itu sangat panjang. Aku tidak tau mulai dari kapan kau tertarik padaku. Aku lebih dulu menyatakan perasaanku padamu karena aku mencintaimu sejak lama. Kau cinta pertamaku."

"Hmmm?" Dia melepaskan tanganku dari perutnya lalu merubah posisi menghadapku dan meletakkan lagi tanganku di pinggangnya. Apa dia sadar melakukan itu? Aku merona di buatnya.

"Ceritakan padaku, kenapa aku bisa menjadi cinta pertamamu?"

"Kita pernah bertemu beberapa tahun lalu sebelum kau bekerja denganku. Tapi hanya aku yang mengingatnya karena waktu itu sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu."

"Apa kau mengada-ada? Aku seperti tidak percaya." Dia mencibirku tapi aku suka.

"Aku tidak berbohong sayang, apa aku memiliki tampang tukang bohong, hmm?" Dia memegang wajahku lalu menelisik keseluruhan wajahku.

"Sepertinya kau jujur, aku akan percaya." Katanya masih terus memegang wajahku, kali ini dia mengelus pipiku dengan ibujarinya. Ya tuhan wajahnya begitu dekat. Sialan !! Malu sekali kalau dia dengar jantungku yang berdebar begitu hebat.

MY SAFE PLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang