Bab 25

1.5K 147 6
                                        

Author POV

"Bagaimana perkembangan pencarianmu?" Tanya seseorang pada Pria dengan stelan hitam yang sedang menyesap minumannya.

"Kau mempercayakannya padaku tentu saja aku akan memberikan berita dan bukti bagus untukmu." Ujar Pria itu sambil memberikan beberapa bukti yang di letakkan pada sebuah amplop coklat. "Buka saja!" Titah Pria itu sambil tersenyum puas.

"Hanya ini saja?" Tanya orang itu seolah menatap tidak percaya hanya sebuah flashdisk dan juga beberapa lembar foto.

"Kalau untuk memenjarakan mereka aku rasa bukti itu cukup." Ujar pria dengan setelan hitam itu sambil menaikkan satu alisnya.

"Bukan hanya penjara, aku ingin mereka benar-benar hancur." Timpal seseorang lainnya.

"Tenang saja, aku akan memberikan bukti lain yang lebih valid untuk menghancurkan mereka. Beri aku 2 minggu."

"2 minggu kenapa terlalu lama, kau tau kondisiku sangat tidak terprediksi sekarang. Aku hanya takut sesuatu hal buruk terjadi padaku terkait penyakitku yang semakin mengganas ini."

"Kenapa kau sangat pesimis, bahkan kau masih bisa duduk dan mengobrol seperti ini denganku. Mau 2 minggu ataupun 2 tahun lagi sekalipun kau akan baik-baik saja." Pria itu kesal karena sejak beberapa bulan lalu pria di depannya ini mulai membahas hal-hal omong kosong.

"Baiklah, setelah 2 minggu tolong langsung terbang lagi kesini, aku lebih suka kau melaporkan secara langsung seperti ini dari pada harus melalui telepon."

"Kau tenang saja, aku akan menyelesaikan ini dalam jangka waktu 2 minggu, aku pastikan mereka benar-benar akan memperoleh ganjaran yang setimpal."

"Tolong pastikan itu, aku akan tenang setelah membalas budi pada sahabatku, Abel dan Kevin harus aman, maka aku akan pergi dengan tenang. Hmm Aku telah memberimu kontak seseorang, kalau sesuatu hal terjadi padaku sebelum kau memberikan bukti itu padaku maka tolong berikan padanya."

"Kau bicara apa, jangan melulu membahas umur dan kematian, optimis lah kau akan sembuh. Kami semua menyayangimu kak." Pria itu mulai marah pada orang yang dipanggilnya 'kak' ini.

"Haris, aku hanya membicarakan fakta. Apa kau tidak ingin menikah juga, setidaknya berilah aku adik ipar sebelum waktuku sampai."

"Jangan membahas hal yang sia-sia, aku memang tidak ingin menikah seumur hidup, itu sudah keputusanku dan kau berhentilah terlalu keras kepala. Anakmu benar-benar tersiksa karena kau memisahkannya dengan Belgia."

"Apa aku terlalu egois selama ini? Aku hanya ingin yang terbaik untuk Sahara."

"Terbaik? Kau lihat sekarang gara-gara keingianmu itu Sahara akan menikahi anak dari keluarga tidak tau diri itu. Yang terbaik menurutmu belum tentu terbaik menurut Sahara. Hubungan seperti itu memang sangat tidak lazim, hanya saja coba kau pikirkan lagi setelah 3 tahun berpisah Sahara masih sangat mencintai Belgia, bahkan dia rela berlutut di hadapanmu waktu itu kan demi bersama Belgia. Cinta mereka itu sungguh kuat kak, aku berani jamin, Sahara tidak akan bahagia setelah menikah dengan pria itu."

"Tapi Abel sepertinya tidak begitu, bahkan dia tidak meminta apapun padaku yang berhubungan denga Sahara."

"Ckck peka lah sedikit. Belgia cukup tau diri untuk tidak mengecewakanmu Kak, bukankah kau sendiri yang memintanya untuk melupakan Sahara. Meskipun dia sangat mencintai Sahara mana berani dia membantah perkataanmu. Sekarang aku katakan, mengalahlah pada mereka. Mereka itu saling mencintai.

"Tapi Ris.."

"Syutt berhentilah menyangkal lagi, pikirkanlah baik-baik sebelum Sahara benar-benar menikahi anak Prayoga. Aku tidak ingin Sahara di manfaatkan oleh keluarga mereka."

MY SAFE PLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang