3 Tahun lalu
Author POV
"Aku mohon siapapun tolong aku!" Ujar lirih seorang wanita yang tidak lain adalah Belgia.
Bau gudang lama, lembab dan pengap membuat Belgia lemas karena tidak adanya sirkulasi udara yang baik di ruangan ini di tambah lagi tenaganya banyak terkuras karena berteriak meminta tolong pada siapapun namun naas usahanya sia-sia karena gudang itu terletak jauh dari keramaian.
Kreeet
Suara pintu di buka pelan oleh seseorang. Belgia yang mendengar itu berusaha menegakkan badannya lagi yang sudah mulai terkulai di lantai. Matanya masih tertutup namun pendengarannya masih tajam.
Seseorang masuk. Belgia tidak begitu yakin berapa orang yang masuk keruangan itu namun dia bisa mendengar langkah orang yang masuk itu lebih dari satu orang.
"Buka penutup matanya!" Titah seseorang dengan suara beratnya dan Belgia tidak asing dengan suara yang baru dia dengar itu.
Saat penutup matanya terbuka, matanya langsung menatap pada lampu yang sangat terang yang ada di ruangan itu, reflek saja dia memejamkan matanya seketika. Cahaya terang yang masuk ke retina matanya membuat kepalanya sedikit sakit dan berkunang.
"Buka matamu!" Perintah suara berat yang sama.
Belgia mulai membuka matanya secara perlahan, dia menutupi silau yang mengenai matanya dengan telapak tangan yang juga sudah tidak terikat lagi.
"Sudah jelas melihatku Abel?" Tanya lelaki itu yang wajahnya sangat Belgia kenali.
"Uncle?" Matanya menatap lurus dan tajam ke arah Unclenya. Pikirannya diliputi ketidak percayaan Uncle nya benar-benar menculiknya meskipun Belgia sudah memiliki Feeling akan itu.
"Apa kabar Abel? Sepertinya jauh lebih baik dari beberapa tahun lalu." Lelaki itu tersenyum miring sambil berjongkok menyamai Belgia yang saat ini masih terduduk di lantai gudang itu.
"Apa mau Uncle? Apa belum cukup semua yang kumiliki telah Uncle rampas!" Belgia berkata dengan nada penekanan. Dia geram Unclenya bisa bertindak sejauh ini.
"Mau ku kau dan Austin menghilang selamanya."
Austin adalah nama lain dari Kevin. Mendengar nama adiknya di sebut, rasanya kemarahannya yang memuncak tadi hilang begitu saja, meninggalkan rasa yang begitu khawatir saat ini.
"Aku mohon Uncle jangan sakiti adikku!" Harga diri Belgia hilang begitu saja saat dia memohon dan bersimpuh di kaki Unclenya.
"Harusnya kalau mau menghilang ya menghilang selamanya atau bersembunyi di suatu tempat hingga tak seorangpun menemukan kalian. Ini kau berani-beraninya bekerja di perusahaan besar sekelas Dharma Corp dan menjadi sekretaris dari pewaris satu-satunya dan sekarang kau malah berkencan juga dengannya. Sebenarnya apa yang kau rencanakan hah? Kau berusaha menaiki tangga hingga sampai sejajar denganku dengan cara mendekati putri satu-satunya mereka?!" Uncle Belgia membentak dengan keras tepat di depan wajah Belgia. Wajahnya yang bengis tidak pernah sekalipun Belgia melihatnya. Ini pertama kalinya. Jujur saja Belgia merasa ngeri.
"Demi Tuhan Uncle, aku bekerja di sana hanya untuk mencari uang. Aku tidak memiliki rencana licik apapun yang seperti Uncle tuduhkan tadi."
Bahkan berpikir sejauh itu pun tidak pernah terlintas di otak Belgia. Belgia sudah mengikhlaskan semuanya, yang Belgia inginkan adalah hidup aman, nyaman dan tanpa bersembunyi dari kejaran Unclenya yang hanya mengkhawatirkan Belgia akan mengambil lagi yang harusnya menjadi haknya dan Kevin.
"Membiarkanmu hidup sepertinya tidak mungkin Bel. Lambat laun orang-orang akan tau siapa dirimu kan. Padahal aku sudah mengarang cerita kau dan Kevin memutuskan pulang ke Negara Ibumu tapi kau malah muncul di sini sebagai ancaman, sialan!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SAFE PLACE
Romance"Jangan menangis!" "Apa hak mu melarangku menangis?" "Tangismu menggangguku! Berisik." "Bagaimana aku tidak menangis? Aku tidak tau harus tinggal di mana malam ini. Hiks Hiks hiks." "Salahmu sendiri meminjam uang dengan lintah darat." "Jangan s...