1 Tahun Kemudian
Belgia POV
"Kepalamu sakit Bel, apa perlu kita ke dokter?"
"Tidak Mom, aku hanya kelelahan saja."
"Yasudah kalau begitu kau pulang saja dulu, nanti Mommy lanjutkan pekerjaan yang tersisa."
"Tidak Mom, hanya tinggal sedikit, aku akan menyelesaikannya."
"No no Bel, ingat pesan Sahara, kau tidak boleh kelelahan."
"Baiklah Mom, kalau begitu aku pulang duluan ya, untuk pekerjaan ini biar aku saja yang menyelesaikan besok."
Kurang lebih sudah satu tahun lamanya sejak aku sadar dari komaku, aku baik-baik saja sampai sekarang dan kabar baiknya ingatanku telah kembali. Itu semua kembali saat Kevin menggelar pernikahannya yang mendadak.
Ya benar, adik nakalku itu sudah menikah, bahkan sudah memiliki anak sekarang. Si bodoh itu membuat pacarnya hamil. Rasanya ingin sekali aku menghajarnya hingga babak belur karena telah menghamili pacarnya. Untung saja orang tua dari pacarnya tidak mempermasalahkan itu. Herannya mereka bahkan sangat senang akan mendapat cucu.
Kevin dan keluarganya tinggal dan hidup di Swiss, dia sudah resmi menjadi CEO B&K Group beberapa bulan setelah dia menikah. Sedangkan aku dan Sahara tentu saja tinggal di sini, di Jakarta karena sangat tidak mungkin untuk meninggalkan Mommy sendiri di sini. Tapi sepertinya dalam waktu dekat, kami akan menetap di Swiss tentu saja dengan mengajak Mommy. Sangat tidak mungkin untuk pasangan seperti kami tinggal di Indonesia, Sahara dan aku tentu sadar itu jadi itu merupakan kesepakatan kami untuk tinggal di Swiss, di rumah yang Sahara bangun untukku.
Saat ini Sahara sangat sering pergi keluar negeri, dalam sebulan dia bisa 2 minggu berada di Amerika, Swiss atau pun negara-negara lainnya untuk memantau perusahaannya yang ada di sana. Sedang sisanya dia habiskan di sini denganku tapi tetap saja ada atau tidak adanya dia bagiku sama saja, kami jarang menghabiskan waktu berdua, dia sangat sibuk! Dan aku kesal akan hal itu.
Dan hari ini tepatnya sudah hampir 1 bulan dia tidak pulang. Meskipun setiap hari dia menyempatkan untuk mengabariku tetap saja itu tidak cukup, yang aku butuhkan adalah kehadirannya. Sejak seminggu yang lalu aku sudah merengek padanya untuk dia segera pulang. Selama seminggu terakhir aku sering menangis karena merindukannya dan sepertinya imun ku sedikit menurun, aku sering sekali tidak enak badan, seperti hari ini tiba-tiba kepalaku sangat pusing berkunang-kunang. Bahkan Mommy sudah memintaku untuk pergi ke dokter sejak kemarin tapi entah kenapa aku hanya ingin pergi dengan Sahara.
Aku bukannya manja, hanya saja entahlah aku hanya ingin dia di dekatku saat ini. Rindu membuat emosiku tidak stabil. Tidak melihatnya secara langsung dan mencium aroma tubuhnya membuat aku kehilangan sesuatu, padahal kamar kami juga di penuhi wangi Sahara tapi tetap saja aku ingin menciumnya secara langsung dari orangnya.
"Udah pulang Non?" Mbak Yaya membukakan pintu depan untukku. Aku hanya mengangguk dan memberi senyum pada mbak Yaya.
"Tolong buatin teh hangat ya mbak, kepalaku agak pusing. Nanti tolong antar ke kamarku." Ucapku sebelum berlalu meninggalkan mbak Yaya menuju kamar pribadiku dan Sahara yang ada di lantai 2.
Ceklek
Wangi parfum Sahara menyeruak di hidungku dan tiba-tiba aku seperti ingin menangis.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa perasaanku menjadi tidak enak." Aku bergumam sambil memegang dadaku yang tiba-tiba nyeri.
Aku berjalan menuju ranjangku dan memutuskan berbaring di sana tanpa mengganti pakaianku. Rasanya tubuhku sudah tidak punya tenaga untuk hanya sekedar ke kamar mandi ataupun mengganti pakaian, aku hanya butuh kasur. Aku mengambil ponselku dan langsung menghubungi Sahara. Hari ini dia tidak ada kabar seharian.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SAFE PLACE
Romance"Jangan menangis!" "Apa hak mu melarangku menangis?" "Tangismu menggangguku! Berisik." "Bagaimana aku tidak menangis? Aku tidak tau harus tinggal di mana malam ini. Hiks Hiks hiks." "Salahmu sendiri meminjam uang dengan lintah darat." "Jangan s...