10. MENUTUPI?.
Malam hari, Noe dan Tasya duduk berdua di kursi tepat di depan gerbang gedung olimpiade. Mereka hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong. Hening menyelimutinya sejak 5 menit yang lalu. Mereka kehabisan topik kali ini.
"Sya." Noe bersuara terlebih dahulu setelah sekian menit terdiam. Tangannya menggenggam lengan Tasya erat.
Sepontan Tasya segera menoleh menatap Noe. "Kenapa?." Tanyanya.
"Hati-hati."
"Hati-hati buat?." Tanya tasya bingung.
"Aku dapet kabar dari Kelvin. Katanya, setiap ada lomba di sini selalu ada korban yang meninggal. Dan anehnya korban itu meninggal karena bunuh diri. Banyak juga pemerkosaan di sini." Jelas Noe.
Tasya mengangguk iya. "Iya, aku bakal hati-hati lagi."
"Ayo deh masuk, udah malem nanti kamu sakit." Noe segera berdiri dari duduknya membantu Tasya berdiri.
Kemudian mereka berjalan masuk beriringan. Karena hari sudah terlalu larut para peserta lain mungkin sudah istirahat melihat lorong gedung begitu sepi, seperti tidak ada penghuninya.
"Kalian habis ke mana?."
Noe dan Tasya berhenti melangkah. Mereka saling tatapan sebelum akhirnya memutuskan untuk menoleh. Tasya mengelus dada saat melihat pria setengah baya di hadapannya. "Kita habis dari depan." Balas Tasya
Beliau pak Tito—ketua panitia olimpiade. "Cepat istirahat, jangan begadang, jangan lupa belajar. Besok tahap terakhir." Kata pak Tito.
"Baik pak. Kita duluan." Kata Noe yang kemudian berlalu dari sana.
Sebelum kembali ke ruangannya Noe mengantarkan Tasya terlebih dahulu. Tepat di depan pintu ruangan Tasya, Noe melirik ke dalam. Salah satu dari 3 gadis di dalam itu membuat Noe mengerutkan keningnya. Tatapannya hanya menatap gadis dengan kaos hitam serta kacamata yang bertengger di hidungnya, rambutnya hitam panjang, gadis itu sepertinya sedang belajar.
"Itu siapa sya?." Tanya Noe, jelas dia ingin tahu siapa gadis itu. Dia selalu berpapasan dengannya tapi gadis itu tidak mau menatap wajahnya, malah setia menunduk.
"Dia Laras. Siswi dari SMA 5 gajah Mada. Nilai kita selalu di bawahannya. Dia pinter banget, aku aja heran." Ucap Tasya.
"Tetep pacar aku yang paling pinter." Balas Noe sembari mengusap rambut hitam Tasya. "Jangan lupa belajar. Kalo bisa kita juara 1 besok." Kata Noe.
Tasya mengangguk kemudian Noe berlalu dari sana. Seulas senyum menghiasi wajah gadis bernama Tasya itu, matanya masih menatap Noe hingga punggung laki-laki itu hilang karena masuk ke dalam lift.
"Gue bangga sama diri gue sendiri." Kata Tasya yang kemudian masuk ke dalam.
🙍🙍🙍🙍
KAMU SEDANG MEMBACA
EMANOEL [Noe&Laras]
FanfictionEmanoel byantara namanya, sosok laki-laki yang tidak pernah bahagia dalam hal apapun. memiliki orangtua yang terlalu mementingkan karir di banding dirinya sendiri itu hal yang tidak di inginkan olehnya, bahkan jika akan seperti ini, dia tidak ingin...