Chapter ini lebih dari 4000 kata, kalo bosen boleh di jeda dulu bacanya..
Untuk sementara aku update yg ini dulu ya karena dua story sebelah aku bener2 stuck blm tau gmn mau ngelanjutinnya, semoga kalian gak bosen sama apdetan dariku..
Sebelum baca, jangan lupa klik bintangnya
Happy readingKim Yoona masuk ke dalam rumahnya dengan langkah gontai. Kedua netranya lurus menatap ke depan tapi tatapannya kosong. Bahkan saat Jisoo memanggilnya, ia tak menyadarinya.
"Kim Yoona.."
Meski sudah lima tahun menjadi istri dari ayahnya, Jisoo masih saja enggan memanggil ibu tirinya itu dengan sebutan Eomma.
"Kim Yoona.. Dari mana saja kau?"
Akhirnya Yoona menyadari bahwa ada yang memanggilnya.
Yoona menghampiri Jisoo yang duduk di sebuah meja yang ada di halaman rumahnya. Seorang pelayan di rumahnya menyajikan dua gelas teh dan sepiring tteokbokki.
"Bukankah seharusnya kau masih dirawat?" Tanya Yoona. "Kenapa kau sudah di rumah?"
"Aku kabur dari rumah sakit." Jawab Jisoo setelah menyesap tehnya. "Aku kabur saat para perawat lengah."
Yoona menggelengkan kepalanya tak percaya. Meski ia sudah hafal tabiat Kim Jisoo yang keras kepala dan selalu berbuat sesukanya, tapi tetap saja ia masih cukup tercengang dengan perbuatan nekat anak tirinya ini.
"Pasti Dokter Min akan mengamuk nanti." Lanjut Jisoo. "Bantu aku untuk menenangkan Dokter Min nanti."
Yoona mengernyitkan dahinya ketika ia melihat Jisoo dengan santai melahap tteokbokki.
"Tenang saja, aku sudah sembuh." Ucap Jisoo setelah menelan makanannya. "Bahkan aku bisa menelan batu tanpa ragu."
"Syukurlah kalau kau sudah sembuh." Hanya itu respon Yoona.
"Ini juga berkat jasamu." Ucap Jisoo lagi. "Tindakan darurat yang kau lakukan di pesawat itu benar-benar menolongku."
"Bukan aku yang melakukannya. Tapi dokter itulah yang melakukan tindakan tepat."
"Dokter?" Sahut Jisoo. "Kudengar dia bukan seorang dokter?"
"Bukan dokter yang sesungguhnya. Dia hanya pernah kuliah di fakultas kedokteran. Tapi berhenti di tengah jalan."
"Karena itu kau menemui orang yang bukan dokter tapi memiliki kemampuan hebat itu." Sahut Jisoo. "Atau kau ingin memulai pengalaman baru yang seru?" Jisoo menjeda sejenak ucapannya lalu berdecak sebal. "Aishh.. Aku sudah tidak tahan lagi! Aku tidak suka basa-basi."
Yoona hanya mengernyitkan dahinya karena tak paham dengan ucapan Jisoo.
"Kenapa kau memberinya uang satu miliyar won?" Lanjut Jisoo to the point dan ia dengan jelas melihat Yoona terkejut bahkan Yoona membolakan kedua matanya. "Kau memberi uang satu miliyar won pada pria bukan dokter itu. Kenapa?"
"A-apa yang kau katakan?" Yoona pun gelagapan.
"Jangan pura-pura bodoh, Kim Yoona!" Sahut Jisoo. "Aku memiliki mata-mata yang selalu mengawasimu."
Memang semenjak Yoona hadir di tengah-tengah keluarganya, Jisoo tak lantas percaya begitu saja. Ia mengutus seseorang untuk mengawasi gerak-gerik Yoona. Dan tadi utusan Jisoo mendapati Yoona mendatangi rumah pria yang menolong Jisoo saat ia tak sadarkan diri di pesawat.
"Ibuku meninggal satu minggu setelah didepak keluar dari rumah ini. Dan aku yakin itu perbuatanmu, Kim Yoona." Jisoo meneruskan ucapannya dalam hati. "Jadi aku akan mencari kelemahanmu sekecil apapun itu, Kim Yoona."
KAMU SEDANG MEMBACA
Awake (END)
FanfictionKim Seokjin harus merelakan cita-citanya menjadi seorang dokter karena ia lebih memilih berkorban untuk Kim Yoona, wanita yang sangat ia cintai. Tapi sayangnya pengorbanan yang ia lakukan untuk wanita yang ia cintai itu tak terbalas. Bahkan Yoona ki...