Seokjin mengoleskan antiseptik pada telapak kaki Jisoo yang terluka karena tadi saat berlari ke rumah Seokjin, ia tak mengenakan alas kaki. Setelahnya ia membalut luka itu dengan kain kasa.
"Kemana sepatumu?" tanya Seokjin. "Kenapa kau kesini tidak memakai alas kaki?"
"Aku tidak menggunakannya sejak dari rumah tadi." Jawab Jisoo dengan tubuh yang terbalut dengan handuk.
Kini Jisoo malah sibuk memandangi wajah Seokjin yang terlihat lebam di sekitar mata dan ujung bibir. "Apa yang mereka lakukan padamu? Wajah tampanmu jadi lebam seperti ini."
Seokjin menjauhkan dirinya ketika Jisoo hendak menyentuh pipinya yang terdapat luka goresan disana. "Kau ingin makan apa?" Tanyanya mengalihkan topik pembicaraan. "Aku akan membelikannya untukmu. Di rumah sedang tidak ada bahan makanan."
"Apa itu sakit?" Jisoo mencoba lagi hendak menyentuh pipi Seokjin, namun dengan segera Seokjin menahan tangan Jisoo.
"Sejujurnya aku lebih suka wajahku yang seperti ini," ucap Seokjin. "Ini terlihat lebih manusiawi, bukan? Jadi wajahku tidak terlihat tampan seperti biasanya."
Mungkin Seokjin berucap dengan nada bercanda, namun Jisoo merasa sedih mendengarnya karena wajah lebam Seokjin didapat karena Jisoo.
Seokjin berdeham sebelum memberikan pakaian milik Lisa kepada Jisoo. "Ganti pakaianmu dengan ini. Ini milik Lisa, adikku."
Jisoo menerima pakaian yang diberikan oleh Seokjin kepadanya.
"Gantilah pakainmu!" Ucap Seokjin lagi. "Aku akan membelikan makanan untukmu."
Setelah berganti pakaian, Seokjin menggunakan payung keluar dari rumahnya hendak membeli makanan agar bisa disantap bersama Jisoo.
Saat membuka pagar rumahnya, Seokjin melihat ada satu rantang makanan yang ditinggalkan Yoona tadi. Seokjin menghentikan langkahnya sejenak menatap ke arah makanan tersebut.
Haruskah ia mengambil makanan tersebut agar ia tidak perlu repot-repot kehujanan untuk membeli makanan lagi?
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Seokjin lebih memilih untuk membeli makanan di luar dan membiarkan makanan dari Yoona begitu saja.
***
Jisoo duduk bersandar pada dinding yang ada di kamar Seokjin. Setelah mengganti pakaiannya, sambil menunggu Seokjin pulang dengan membawa makanan, ia hanya duduk melamun.
"Eomma, apa tindakanku ini benar?" Gumam Jisoo. "Apa ini yang kau inginkan? Aku bisa hidup bersama dengan pria yang aku cintai."
"Aku akan tetap menjalaninya meski akan sulit ke depannya," lanjut Jisoo. "Doakan aku dari sana agar aku bisa kuat menjalaninya."
Karena terlalu lama menunggu Seokjin yang tak kunjung pulang, akhirnya rasa kantuk menyerang dan Jisoo tak bisa menahannya lagi. Akhirnya ia pun tertidur tanpa alas.
Beberapa saat kemudian, Seokjin datang dengan membawa satu kantung plastik makanan.
Seokjin mengetuk pintu kamarnya terlebih dulu sebelum masuk. Saat membuka pintu, ia menemukan Jisoo sudah tertidur di bawah. Lalu ia menggendong Jisoo dan menidurkannya dengan alas selimut agar lebih hangat.
Setelah membenarkan selimut pada tubuh Jisoo, telapak tangan Seokjin menyentuh dahi gadis itu memastikan jika demamnya sudah membaik.
Seokjin menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya. Lalu kedua netranya menatap pada beberapa bingkai foto yang berjajar rapi di atas nakas. Dari beberapa bingkai foto tersebut, ada foto Seokjin bersama dengan Lisa dan mendiang ayahnya. Ada juga foto yang menampakkan Seokjin remaja bersama dengan Jungkook. Dan ada satu lagi foto yang menarik perhatian Seokjin. Foto tersebut tak terbingkai. Dan ia merasa foto tersebut tidak berada pada tempatnya. Seingatnya, ia menyimpan foto yang menampilkan pemandangan sebuah pantai dengan air laut yang berwarna hijau itu di laci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awake (END)
FanfictionKim Seokjin harus merelakan cita-citanya menjadi seorang dokter karena ia lebih memilih berkorban untuk Kim Yoona, wanita yang sangat ia cintai. Tapi sayangnya pengorbanan yang ia lakukan untuk wanita yang ia cintai itu tak terbalas. Bahkan Yoona ki...