Masih di hari yang sama dengan chapter sebelumnya
Kim Seokjin berjalan dengan langkah gontai keluar dari restoran meninggalkan Yoona sendirian. Di luar ia melihat Jisoo yang sedang berdiri bersandar pada sebuah tiang dengan tatapan kosong. Kentara sekali jika gadis itu sedang banyak pikiran.
Sebenarnya Seokjin tidak tega membuat Kim Jisoo, gadis polos, gadis yang sama sekali tak bersalah itu masuk juga ke dalam permasalahannya dengan Kim Yoona.
Tapi mau bagaimana lagi?
Kim Jisoo lah satu-satunya cara agar Seokjin bisa membalaskan dendamnya kepada Yoona, wanita yang sudah mengkhianatinya.
Seokjin mengeluarkan sebuah sapu tangan dari saku celananya ketika ia berdiri tepat di hadapan Jisoo. Lalu ia mengusap wajah dan rambut Jisoo yang basah karena disiram air minum oleh ayahnya sendiri tadi. Jisoo pun tersenyum manis mendapat perlakuan seperti itu.
"Maaf, karena aku, kau bertengkar dengan ayahmu." Ucap Seokjin sambil mengusap wajah dan rambut Jisoo dengan sapu tangannya.
"Tidak. Ini bukan salahmu. Ini sudah keputusanku. Aku yang seharusnya minta maaf karena ayahku sudah--" Jisoo tak melanjutkan ucapannya, ia merasa tak enak hati menyinggung harga diri Seokjin.
"Tak perlu minta maaf. Aku tidak merasa malu. Aku juga tidak merasa harga diriku terluka." Sahut Seokjin. "Ternyata keluargaku dan keluargamu tidak jauh berbeda. Sama-sama berantakan." Seokjin mengakhiri ucapannya dengan kekehan.
"Ya, kau benar."
"Jadi, apa kau akan menyerah?" Pertanyaan Seokjin membuat Jisoo mengernyitkan dahinya. Gadis itu tak paham arah pembicaraan lawan bicaranya. "Aku tidak menerima uang sepeserpun dari ibumu. Jadi jika ayahmu akan melaporkanku, aku tak masalah. Tubuhku cukup kuat jika harus menerima pukulan di kantor polisi selama dua atau tiga hari. Aku yakin aku bisa bertahan."
Entah Seokjin berbicara serius atau hanya bercanda, tapi nyatanya ucapan Seokjin itu bisa membuat Jisoo terkekeh.
"Aku merasa nyaman jika bersamamu." Ucap Jisoo.
"Memangnya apa yang telah kulakukan hingga kau merasa nyaman saat bersamaku?"
"Mungkin ini terdengar sangat konyol, tapi walau baru beberapa hari aku mengenalmu, aku rasa aku mulai tertarik padamu. Aku begitu menyukaimu."
Got it!
Jisoo benar-benar masuk ke dalam perangkapnya. Seokjin pun tersenyum menang karena usahanya agar bisa masuk ke dalam kehidupan Yoona selangkah lagi sampai.
"Apa kau bisa melepas semua yang kau miliki saat ini demi cinta?" Tanya Seokjin.
Yang Jisoo tangkap, Seokjin mengucapkannya dengan wajah serius, tapi entah kenapa Jisoo malah terkekeh. Lalu gadis itu melihat ke arah langit seakan nampak berpikir.
Jisoo akui jika ia memamg telah jatuh hati pada Kim Seokjin. Selain parasnya yang rupawan dan telah menyelamatkan hidupnya, Seokjin bisa membuat Jisoo merasa dinanti oleh seseorang. Tapi sayangnya Jisoo tidak bisa meninggalkan apa yang telah ia miliki saat ini. Dulu saja saat ibunya memaksanya agar mau terlepas dari ayahnya ia menolaknya dengan tegas. Apalagi ini hanya Kim Seokjin, pria yang baru ia kenal beberapa hari ini.
Jisoo mengulurkan tangannya ke arah Seokjin.
"Apa ini salam perpisahan?" Tanya Seokjin yang terdengar kecewa.
"Selamat tinggal." Sahut Jisoo. "Jaga dirimu baik-baik, Kim Seokjin-ssi."
Seokjin mengulurkan tangannya juga hendak menjabat tangan Jisoo, namun ia urungkan. "Hahh, ini bukan salam perpisahan yang aku inginkan." Katanya. "Aku ingin salam perpisahan dengan sebuah ciuman atau menghabiskan malam bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Awake (END)
FanfictionKim Seokjin harus merelakan cita-citanya menjadi seorang dokter karena ia lebih memilih berkorban untuk Kim Yoona, wanita yang sangat ia cintai. Tapi sayangnya pengorbanan yang ia lakukan untuk wanita yang ia cintai itu tak terbalas. Bahkan Yoona ki...