Kim Jisoo dan Kim Yoona kini berada di ruang ganti. Mereka baru saja menyelesaikan olah raga pagi di sebuah tempat gym yang biasa mereka lakukan di akhir pekan.
Meski Jisoo tak pernah akur dengan Yoona, tapi setidaknya ia harus bisa membangun image positif di kalangan publik. Ia harus memperlihatkan betapa ia dan Yoona sangatlah serasi sebagai sepasang ibu dan anak tiri.
Jisoo sedang mengeringkan rambutnya. Ketika Yoona baru saja selesai mandi.
"Apa hubunganmu dengan pria itu?" Tanya Yoona tanpa menghadap ke arah Jisoo. Yoona juga sibuk mengeringkan rambutnya sambil bercermin.
Karena tak kunjung mendapat jawaban, lantas Yoona membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Jisoo yang nampak acuh kepada Yoona.
"Pria yang mengantarmu pulang semalam." Tanya Yoona lagi. "Apa hubunganmu dengannya."
"Kenapa kau mendadak peduli dengan kehidupan pribadiku?" Sahut Jisoo ketus. "Apa saat ini kau sedang bertindak sebagai seorang ibu? Atau hanya penasaran saja?"
"Aku hanya ingin tau seberapa jauh hubunganmu dengan pria itu."
"Sudah kubilang, aku sedang dekat dengannya." Jisoo menjawab tanpa mengalihkan pandangannya pada cermin di depannya.
"Apa kau sudah tau bagaimana latar belakangnya? Apa kau sudah tau siapa pria itu sebenarnya? Apa kau sudah memahaminya? Seberapa banyak kau memahaminya?" Cecar Yoona. Nampak sekali jika Yoona sama sekali tak suka jika Jisoo dekat dengan Seokjin. "Kau sama sekali tidak tau siapa dia yang sebenarnya. Kau sama sekali tidak tau, kan?"
"Jadi apa kau mengenalnya dengan baik?" Sahut Jisoo. "Seberapa baik kau mengenalnya hingga kau terlihat marah dan kesal seperti ini--" Jisoo menjeda sejenak ucapannya. "Omo! Apa jangan-jangan kau tertarik dengan Kim Seokjin?"
Yoona lantas menatap tajam pada Jisoo. Tatapan tak suka dengan ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Jisoo.
"Ternyata kau tau mana pria yang muda dan tampan, Kim Yoona. Ku kira kau hanya menilai pria dari hartanya saja." Jisoo mengakhiri ucapannya dengan kekehan. Kentara sekali ucapannya tadi menyindir Yoona yang menikahi ayahnya dengan usia yang terpaut cukup jauh di atasnya.
"Dari luar ia terlihat bukan pria baik-baik." Ucap Yoona mengabaikan sindiran Jisoo. Ia memang bermuka tebal.
Jisoo berdecih. "Benarkah?"
"Apa pria itu tau siapa kau? Aku yakin orang seperti dia mendekatimu hanya karena hartamu saja."
"Orang seperti itu?" Sahut Jisoo. "Ahh, maksudmu Kim Seokjin itu orang sepertimu juga? Orang yang hanya mengincar harta saja? Begitu, kan?"
"Kim Jisoo, apa kau akan terus bersikap menjengkelkan seperti ini?" Akhirnya Yoona berang juga karena Jisoo selalu membantah setiap ucapannya.
"Kim Yoona, dengar! Aku tidak peduli bagaimana latar belakang Kim Seokjin itu. Aku juga tidak peduli apakah Kim Seokjin mendekatiku hanya maksud tertentu. Aku sudah pernah menghadapi orang sepertimu, jadi aku sama sekali tidak keberatan akan hal itu."
Sebenarnya apa yang dikatakan Jisoo itu tak sejalan dengan hatinya. Tentu saja wanita manapun tak terkecuali Kim Jisoo pasti mengharap bisa dicintai oleh seorang pria yang benar-benar tulus mencintainya. Bukan mencintai karena maksud lain apalagi harta.
Apalagi selama hidupnya Jisoo belum pernah bertemu dengan pria yang memang benar-benar tulus mencintainya tanpa syarat. Dan Jisoo berharap kelak akan datang satu waktu dimana ada seorang pria yang mencintainya dengan sepenuh hati tanpa embel-embel apapun. Mencintainya hanya karena memang cinta.
Setelah berucap, Jisoo hendak keluar dari ruang ganti itu. Tapi baru beberapa langkah, suara Yoona kembali menginterupsinya.
"Pada akhirnya orang yang akan terluka itu adalah kau, Kim Jisoo." Yoona mencoba memperingati Jisoo. "Kaulah yang akan menangis nantinya. Ingat itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Awake (END)
FanfictionKim Seokjin harus merelakan cita-citanya menjadi seorang dokter karena ia lebih memilih berkorban untuk Kim Yoona, wanita yang sangat ia cintai. Tapi sayangnya pengorbanan yang ia lakukan untuk wanita yang ia cintai itu tak terbalas. Bahkan Yoona ki...