21. Regret

500 54 23
                                    

"Apakah otakmu serusak itu, hah?" Pekik Seokjin di depan wajah Jisoo. "Kenapa kau mau saja ikut dengan pria yang tidak kau kenal?"

"Bukankah kau menyuruhnya mengantarku kepadamu--"

"Aku tidak pernah menyuruhnya," sahut Seokjin memotong ucapan Jisoo. "Apa kau benar-benar bodoh?"

Sebenarnya Seokjin tak berniat mengatai Jisoo seperti itu. Namun rasa takut sekaligus khawatir membuatnya tak bisa mengontrol emosinya.

Jisoo lantas melepaskan genggaman tangannya pada jas Seokjin. Ia tak menyangka jika Seokjin akan begitu marah kepadanya. "Apa itu yang membuatmu marah? Pria tadi membawaku pergi agar bisa bertemu denganmu dan kau--"

"Yaakk, Kim Jisoo!!!"

"Apakah sebegitu bencinya kau denganku sampai kau marah seperti ini?" Air mata Jisoo sudah luruh begitu saja. "Aku tidak menyangka jika kau sangat membenciku seperti ini. Jika aku tau, sejak awal seharusnya aku tak mencarimu."

Bukan ini maksud Seokjin.

Tiba-tiba saja ia merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol emosinya sehingga kata-katanya telah menyakiti hati gadisnya.

"Aku menyesal sudah memintamu untuk menungguku," lanjut Jisoo. "Aku menyesal karena sudah mencarimu. Aku menyesal karena--"

Jisoo tak melanjutkan ucapannya ketika Seokjin tanpa aba-aba menarik tangannya. Namun Jisoo berontak dan menepis tangan Seokjin yang menggenggam tangannya.

"Lepaskan! Aku tidak mau ikut denganmu!" Ucap Jisoo lagi. "Aku tidak mau ikut dengan orang yang membenciku."

"Kim Jisoo.." Panggil Seokjin sendu.

"Aku minta maaf," sahut Jisoo. "Aku berjanji mulai detik ini aku tidak akan pernah mengganggumu lagi," Jisoo menjeda ucapannya karena terisak. "Sejak awal aku yang salah. Karena memang otakku bermasalah. Sangat bermasalah."

Jisoo hendak berbalik meninggalkan Seokjin. Namun dengan segera Seokjin mencegahnya. "Kau mau kemana?"

"Itu bukan urusanmu!"

Tanpa berucap lagi Seokjin lalu menarik tangan Jisoo dan ingin membawanya lagi ke mobilnya.

Jisoo tentu tak tinggal diam. Ia mencoba melepaskan tangan Seokjin namun tidak bisa. "Kim Seokjin, lepaskan!"

"Ikut aku, Kim Jisoo!"

"Lepaskan!" Dan di saat bersamaan Jisoo bisa melepaskan tangannya dari tangan Seokjin. "Apa aku terlihat sangat bodoh di hadapanmu sehingga kau bisa semena-mena berbuat apapun kepadaku?"

"Bukan begitu--"

"Baiklah," sahut Jisoo. "Seperti yang sudah kukatakan tadi, aku tidak akan pernah lagi muncul di hadapanmu. Aku tidak akan mengganggumu lagi agar kau bebas dari wanita bodoh sepertiku!"

Setelah berucap Jisoo berbalik dan melangkahkan kakinya menjauh dari Seokjin. Sedangkan Seokjin tak bisa berbuat apa-apa lagi karena ia terlalu ceroboh dan terbawa emosi hingga membuat Jisoo merasa sedang dipermalukan. Padahal sebenarnya niat Seokjin bukanlah seperti itu. Ia hanya terlalu khawatir dengan wanita yang ia cintai itu.

Awake (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang