Hai.. ada yang masih nunggu lanjutan cerita ini?
Seokjin baru saja keluar dari kamar setelah selesai bersiap-siap untuk pergi bekerja. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Jungkook membaringakan tubuhnya dengan posisi terlentang di depan pintu.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Seokjin yang tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya ini.
"Kau harus ke rumah sakit." Jawab Jungkook yang masih dengan posisi terlentang.
"Aku harus pergi bekerja."
"Tidak boleh!" Jungkook pun mengubah posisinya menjadi duduk namun masih menghalangi pintu. "Kau harus segera dioperasi."
"Aku tidak punya waktu untuk itu--"
"Semalam aku bertemu lagi dengan Yoongi," sahut Jungkook. "Dia berpesan bahwa kau harus segera dioperasi agar kau bisa selamat."
"Kau tidak tau apa efek sampingnya--"
"Apa yang kau takutkan, Seokjin-ah?" Sahut Jungkook lagi. "Jika setelah operasi kau mengalami kelumpuhan, aku akan menjagamu bersama Lisa. Dan.." Jungkook menjeda sejenak ucapannya. "Dan jika operasimu gagal, aku berjanji akan menjaga Lisa seumur hidupku."
Yoongi sudah menjelaskan semuanya kepada Jungkook mengenai efek samping dari operasi yang seharusnya Seokjin lakukan. Jika Seokjin beruntung, Seokjin masih bisa hidup namun akan mengalami kelumpuhan sementara waktu. Namun jika takdir berkata lain, saat operasi itulah saat terakhir untuk Seokjin.
Bisa dikatakan peluang Seokjin hidup saat menjalani operasi adalah 50-50. Namun menurut Yoongi setidaknya Seokjin harus mencoba dioperasi karena jika tidak segera dioperasi, umur Seokjin juga tidak akan bertahan lama.
"Karena itu kau harus segera dioperasi." Lanjut Jungkook dengan lirih.
Tanpa menghiraukan Jungkook, Seokjin melewati Jungkook begitu saja dan tetap pergi bekerja.
***
Jisoo melangkahkan kakinya perlahan mengikuti langkah pria yang berada lima meter di depannya. Ia sengaja datang ke gedung Hansen Grup agar bisa bertemu dengan Seokjin meski dari jarak jauh.
Jisoo hafal betul rutinitas Seokjin setelah makan siang. Biasanya setelah makan siang, Seokjin akan menyempatkan diri untuk keluar ke taman kantor menikmati langit siang yang saat ini tak begitu terik.
"Semalaman aku berpikir tentangnya. Ingin sekali aku berlari ke pelukannya. Ingin sekali aku mengutarakan perasaanku yang sebenarnya. Ingin sekali aku berbincang dengannya. Tapi jika aku mengingat apa yang sudah dia lakukan padaku, aku kembali mengurungkan keinginanku itu. Ayah, apa jalan yang kuambil ini sudah benar? Apa keputusanku ini sudah tepat?"
Terus saja terjadi pergolakan di dalam batinnya. Haruskah ia memaafkan Kim Seokjin, menyingkirkan seluruh egonya dan kembali ke pelukan pria itu? Atau ia harus tetap pada egonya dengan tak ingin memaafkan Kim Seokjin?
Meski berat, Jisoo tetap harus memutuskan. Karena Jisoo sadar ia tak akan bisa terus-terusan hidup dengan pergolakan batin yang berat.
Di saat yang bersamaan Jisoo melihat Seokjin menunduk sambil memegang kepalanya.
Disini Jisoo sama sekali belum mengetahui tentang penyakit yang diderita Seokjin.
Jisoo pikir Seokjin memegang kepalanya hanya karena pusing oleh pekerjaannya yang terlalu banyak tanpa ia tau apa yang sebenarnya sedang diderita oleh Kim Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awake (END)
FanfictionKim Seokjin harus merelakan cita-citanya menjadi seorang dokter karena ia lebih memilih berkorban untuk Kim Yoona, wanita yang sangat ia cintai. Tapi sayangnya pengorbanan yang ia lakukan untuk wanita yang ia cintai itu tak terbalas. Bahkan Yoona ki...