08 | Dodge

127 20 0
                                    

S O M
.
.
.
.


Jin disambut dengan wajah masam Sowon. Tidak masalah. Jin sudah biasa mendapatkannya.

Hari dimana Sowon mulai membenci dan merundungnya, Jin sudah terbiasa dengan tatapan benci itu.

"Masuklah, " ucap Jin mempersilahkan Sowon masuk ke apartemennya.

Sowon menggeleng, "Aku hanya perlu datang kan? Kalau begitu aku akan pergi. "

"Siapa yang menyuruhmu pergi?"

Sowon menghembuskan napasnya, "Menyebalkan. "

"Lalu? Kau mau apa?" Sowon melipat tangannya di dada, "Kau saja belum minta maaf karena sudah menciumku sembarangan. "

Jin tersenyum kecil, "Kau membahas itu sekarang?"

Sowon diam saja. Tatapannya memancarkan aura permusuhan yang sangat ketat.

Jin menarik tubuh Sowon untuk masuk ke apartemennya.

Brak!

Pintu terkunci. Sowon terkurung di antara tangan Jin.

"Ciuman itu adalah bukti bahwa kau tidak bisa macam-macam denganku. "

Jin melepas ikatan rambut Sowon dengan pelan, "Kau tidak lupa bahwa sekarang duniamu berada di genggamanku kan?"

Sowon merinding begitu merasakan jemari Jin memperbaiki rambutnya.

Perempuan itu tertawa, "Hei! Baiklah. Anggap saja aku takut dengan ancamanmu itu. "

Bugh!

Sowon mendorong dada Jin menjauh.

"Bajingan!" Desis Sowon setelah itu berjalan menuju sofa.

Jin ikut duduk di samping Sowon.

"Kenapa kau ikut duduk?"

"Pijat kepalaku, " suruh Jin.

"Tidak mau!"

"Kalau begitu aku akan mengurungmu disini. Kau tidak akan bisa pulang, " ucap Jin. Laki-laki itu sudah membaringkan kepalanya di paha Sowon.

"Hei, menyingkir!" Sentak Sowon, "Aku akan lapor polisi. "

"Silahkan, nona. " jawab Jin santai.

Sial. Jin benar-benar menyebalkan.

"Cepat pijat. Kepalaku sakit gara-gara kau akhir-akhir ini, " desak Jin.

Sowon memutar bola matanya, "Setelah ini aku akan pulang. "

"Terserahmu saja. "

Tangan Sowon memegang kening Jin. Memijatnya pelan. Selagi ia memijat kening Jin, ia memperhatikan wajah Jin. Laki-laki itu berubah banyak.

Dulu dia gemuk. Pipinya berisi. Pendek. Serta wajahnya yang penuh jerawat itu membuat siapa saja jijik.

Dulu Sowon tidak memandang Jin seperti itu. Jin dulu adalah teman baiknya. Teman yang selalu mendengarkannya. Teman yang selalu ada untuknya.

Tapi, sesuatu mengubah hal itu. Mereka tak lagi sama. Jin mengkhianati Sowon. Sowon yang sakit hati membalas Jin dengan ikut merundungnya.

Sowon menatap wajah Jin. Wajah itu punya pesona yang memikat. Sowon tidak tau Jin bisa se-tampan ini. Hidungnya mancung. Bibirnya yang penuh. Dan matanya yang tajam kini sedang tertutup. Menikmati pijatan Sowon.

Scandal or Me? | SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang