Happy reading
"Semua bajumu sudah aku kemas. Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi. Ibu dibawah sudah menunggumu, baik-baik menghadapnya." Evan menatap datar.
"Oke." Timpal ku tak kalah datar.
"Kamu gak sedih? Aissh, benar benar kamu Wulan." Ucapnya kesal.
Kutarik koper besar lalu ku geret keluar kamar. Sembunyikan wajah sedih, mencoba baik-baik saja agar egoku tak tertoreh. Untuk apa juga aku bertahan, toh cintanya Evan memang bukan diri ini yang sederhana.
"Jangan pernah lagi kamu kembali. Dalam amplop ini rasanya sudah sangat cukup untuk menjamin hidupmu beberapa tahun." Tari menatap jijik.
Sejak awal pernikahan sikapnya memang seperti itu. Acuh dan sangat tak ramah. Tari sosok ibu yang selalu memanjakan anak semata wayangnya. Apa yang Evan inginkan selalu dia berikan.
•••
Plak,,.
"Jangan pernah berbicara keras kepada ibu saya. Kamu mau mati disini?" Ucapku dengan suara lantang.
Pipi kanan Kia tampak merona. Kini kedua pipinya sama-sama merah. Namun tamparan ku belum sempurna, karna posisiku memang tak bagus. Kalau saja posisiku bagus, kupastikan kulit di pipinya akan menipis.
Evan terbelalak. Dia luar biasa kaget melihat pacarnya ditampar oleh dua wanita yang kuat.
"Kia duduk kamu. Malu, kita hanya tamu." Evan menarik tangan Kia yang masih mengusap kedua pipinya.
"Mas! Kamu membela mereka?" Ucap Kia merengek kesal.
Evan hanya memelototi Kia dengan kesal.
Brussss,,.
Air satu ember terlepas sudah dari tangan ibu. Ibu mengguyur kedua tamunya.
"Pergi kalian dari sini. Aku tak ingin lagi melihat kalian berdua."
Evan juga Kia basah kuyup kini. Bukan hanya mereka, kursi baruku pun kena imbas. Ruang tamu persis kamar mandi. Air yang mengalir kemana-mana. Dinding pun basah sudah.
Arrrgggh,,.
Kia menjerit kesal. Dia mengacak-acak rambutnya persis orang gila. Evan berdiri lalu menarik tangan Kia. "Sudah kubilang kamu gak usah mengikuti ku kesini!" Evan menarik Kia hingga ke pintu keluar.
"Sayang, kesini. Bantu istri tercintamu ini." Teriak ibu dari halaman belakang.
Pasti beliau memanggil ayah yang sudah dipastikan di kolam lele. Ayah ini, tak tahu saja tadi anak perempuannya ditampar wanita tak guna. Ah, kalau saja ibu tak ada. Mungkin aku sudah mematahkan tangan wanita tak guna itu.
"Kita jemur sopa ini diluar."
"Loh, kok Evan sudah gak ada? Lalu kenapa ruangan ini manjadi basah gini Tesa." Ucap ayah bernada heran.
"Evan meriang katanya. Sepertinya dia tak enak badan sayang, pergi begitu saja tadi. Jadinya Evan tak pamit." Ucap wanita genit itu.
Sayang, sayang. Bulu kuduk ini langsung berdiri kalau mendengar kata sayang dari bibirnya. Dasar lebay. Aku mendengar celotehan pasangan tua dari kamar. Aku langsung ambruk kan tubuh ini setelah terdengar mobil mas Evan pergi. Entah apa tujuannya kesini tadi, mas Evan belum sempat utarakan maksudnya. Tubuhnya sudah kuyup sebelum berbicara serius kepadaku.
•••
Cusssss... Lanjutin baca jangan putus di prolog aja ya baca nya, part selanjutnya di jamin menggelitik perut kamu🤗🤗
Salam manis dari author 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTO JANDA [ TAMAT ]
Teen Fiction"Semua bajumu sudah aku kemas. Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi. Ibu di bawah sudah menunggumu, baik-baik menghadapnya." Evan menatap datar. "Oke," Timpalku tak kalah datar. "Kamu gak sedih? Aissh, benar-benar kamu Wulan." Ucapnya kesal. Kutar...