Mari vote sebelum baca⭐
_______________________
Happy Reading❤️
Hari ini aku dan Adit pergi ke kantor polisi, ingin bertanya bagaimana kabar tentang Wulan.
Semoga saja polisi bisa melacak nomor telepon Wulan, meskipun sekarang sudah tak aktif lagi.
Setelah sampai kami langsung memasuki gedung yang di penuhi dengan orang-orang menggunakan seragam berwarna coklat tua, sebelumnya aku sudah terlebih dahulu memberi kabar kepada polisi yang bertugas, polisi yang memegang Kasus ini.
"Bagaimana pak, bisa di lacak?" Tanya ku saat sudah berada di hadapan nya.
"Bang, tenang, jangan tergesa-gesa." Adit mengingatkan ku, tapi jujur saja meskipun begitu tentu kabar tentang Wulan sangat penting bagiku.
•••
Wulan POV
Aku berusaha melepas ikatan tali yang menyiksa tangan ku, tapi nihil ikatan ini begitu erat.
Untung saja aku masih selamat dari kecelakaan kemarin. Bukan kecelakaan biasa, ternyata ini sudah di rencanakan. Entah siapa aku tak mengenali mereka, yang masih buat ku bingung kenapa mereka ingin mencelakai ku, apa salah ku pada mereka.
Meski begitu untung saja mereka masih memberiku makan meski seadanya, setidaknya kandunganku kuat.
Pintu gudang tua ini terbuka, lebih tepatnya gudang yang terbengkalai. Banyak debu dimana-mana, di setiap sudut kudang terdapat kardus-kardus yang ntah apa isinya. Kayu-kayu mulai lapuk, tembok yang mulai retak. Benar-benar tidak terawat.
"Oh, ternyata kau sudah sadar baguslah!" Ketus wanita itu menatap ku tajam, hanya matanya saja yang bisa ku lihat karna dia mengunakan masker untuk menutupi wajahnya, dan Hoodie merah yang menutupi kepalanya.
Sedangkan pria disampingnya menggunakan topeng dan Hoodie berwarna hitam.
"Tolong lepaskan aku! Apa mau kalian! Siapa kalian! Apa salahku!" Ku lontarkan pertanyaan beruntun.
"DIAM!!" Seru pria itu.
Plak,,
Perih, pipi ku perih. Tamparan telak merekat di pipi kanan ku, ah kurasa pasti pipiku memerah. Sangking kerasnya sudut bibirku berdarah. Dasar laki-laki tak berperasaan!
"Diam kau jalang! Kau tak pantas bertanya kepadaku!" Bentak wanita itu, bersedekap. Pria di samping nya hanya tertawa puas.
"Dimana suamimu jalang! Dia harus datang melihat mayat mu!" Ketus pria itu mengeluarkan pisau dari balik celananya. Tak sadar aku menangis karna takut.
"Mas Evan kamu dimana?" Batinku.
"Lepaskan aku, hiks..." Mata ku mulai memanas tetesan bening mengalir di pipiku.
"Kau pikir dengan menangis akan membuat kami iba terhadap mu!" Ketus pria itu menarik rambut ku kasar, lalu mencengkram pipiku kuat.
"Tolongg!!!" Teriakku sekuat tenaga berharap ada yang mendengar dan menolong ku.
Kedua sejoli itu tertawa keras setelah aku berteriak minta tolong.
"Cuih, eh rubah betina! Kau pikir akan ada yang datang membantu mu? Kami tidak bodoh dengan membawa mu kelingkungan yang ramai? Dasar jalang!"
Lagi, wanita itu mengumpat.
Pria itu menjauh dariku dan kembali berdiri di samping wanita itu. Pria itu memberikan pisau ke wanita di sebelah nya "lakukan semau mu, lampiaskan kemarahan mu!" Tegasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AUTO JANDA [ TAMAT ]
Teen Fiction"Semua bajumu sudah aku kemas. Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi. Ibu di bawah sudah menunggumu, baik-baik menghadapnya." Evan menatap datar. "Oke," Timpalku tak kalah datar. "Kamu gak sedih? Aissh, benar-benar kamu Wulan." Ucapnya kesal. Kutar...